SkenaRio #2: 5 Band Indonesia yang Perlu Kamu Dengar Bulan Ini!

5 Band Indonesia yang Harus Kamu Dengar Bulan Ini

Bagian Kedua

SkenaRio kembali lagi. Setelah melakukan percobaan pertama, saya merasakan kebahagiaan saat mendengar lagu. Perasaan dari tidak tahu musisi tertentu, kemudian mendengarkan, lagunya persis dengan perasaan saat mengenal sebuah band ketika remaja.

Setelah mendengar, saya mencoba menilai. Seperti yang saya bilang kemarin, saya menilai karya-karya tersebut dengan sedikit kemampuan dan pengetahuan yang saya punya. Dan yang paling penting saya akan melakukannya dengan penuh semangat dan sedikit ngeyel.

Semoga SkenaRio bakal terus berlanjut. Dan lagi-lagi saya harus ingatkan, ini bukan upaya menyelamatkan jurnalisme musik. Misi itu terlalu berat. Saya hanya melakoni hobi mendengarkan musik kemudian menilainya sesuai kemampuan yang saya miliki.


Tigerpaw feat Dila Lips - Ciu

Sejak awal lagu ini seakan mengajak kita untuk mendengar rock tingkat tinggi. Dengan drum double pedal dan gitar bak gergaji, Tigerpaw langsung mengajak saya membayangkan panggung musik yang pengap dan berkeringat. 

Melalui single yang dirilis pada 1 Maret 2024 lalu, Tigerpaw  mengajak saya bernostalgia dengan musik-musik heavy metal di tahun 1980an seperti Iron Maiden, Judas Priest, RATT, Helloween dan semacamnya. Bertemakan pemujaan terhadap minuman keras, lirik lagu “Ciu”  bak anthem yang mudah diingat orang. Dengar saja di bagian reff lagu ini:

CIU…Orang mengenalnya
CIU…Orang mencintanya

“Lagu ini bercerita tentang miras lokal asal Desa Bekonang, Sukoharjo yang sangat terkenal buat para pecinta mimik jahat di daerah Jawa Tengah hingga Yogyakarta. Ciu sangat terkenal
karena murah dan mudah didapat. Dikemas dengan botol bekas, minuman ini beredar di
toko-toko gelap yang berada di sekitar kita,” ujar vokalis Tigerpaw, Brande El Tigre melalui press rilis yang kami terima.

Di lagu ini, sekawanan rocker asal Sleman ini juga mengajak Dila Lips untuk berkolaborasi. Tapi sayangnya, Dila tak mendapat porsi banyak di lagu ini lantaran penggunaan dua vokal. Mestinya Dila mendapat satu verse. Nah, di bagian reffrain baru Brande dan Dila bernyanyi bersama.

Selepas mendengar lagu ini,  saya jadi bertanya: apa ya guna kehadiran Dila dalam kolaborasi ini? Mestinya kehadiran Dila bisa memberi warna lain di lagu ini. Kalau hanya menjadi backing vokal, apa guna mengajak Dila? Mulanya, saya membayangkan project ini ibarat Iron Maiden berkolaborasi dengan Kathleen Hanna, vokalis Bikini Kills. Tapi sayangnya, ekspektasi saya keliru. Mungkin saja Tigerpaw punya pertimbangan lain..

Tapi sebagai band yang produktif dan terus aktif berkancah di skena musik Tanah Air, Tigerpaw nantinya siap memberi kita kejutan-kejutan lain. Mari kita tunggu.

Sobwave - Tidur

Mendengarkan lagu ini, mengingatkan saya dengan lagu Insomnia milik Efek Rumah Kaca. 
Sobwave sebagai band alternative rock, entah disadari atau tidak, tampaknya menyadari betul tema apa yang harus diangkat. Dua jempol buat Sobwave atas pemilihan tema lagu ini.

Penggarapan musiknya pun oke. Mixing dan masteringnya rapi. Tapi entah mengapa, kesan pertama yang saya dapat saat mendengar pertama, saya merasa tidak sreg dengan cara bernyanyi vokalis. 

Vokalis band ini tampak kurang menjiwai meski cara bernyanyi sang vokalis seperti perpaduan Cholil dengan Thom Yorke. Mestinya, dalam imaji saya, lagu ini makin enak jika vokalisnya tahu betul jika kita susah tidur, kita bakalan sebal sama keadaan tuh. Coba dengar lagu Slank yang “Mau Beli Tidur” atau “Insomnia” milik ERK, baik Kaka atau Cholil mampu membagikan keresahan yang mereka miliki. Nah saya gak mendapatkan resah atau rasa sebal itu saat mendengarkan Tidur milik Sobwave. 

Mungkin saya harus mendengarkan lagu ini berulang kali, ya. Meski demikian, saya menyambut baik kehadiran Sobwave sebagai band alternative rock pendatang baru.

Wish Of Life - Malam dan Mereka

Saat band ini mengirim email, saya mendengarkan tiga single milik mereka di Spotify. Kesimpulan yang saya dapat: mereka berupaya menjaga dan meneruskan semangat britpop. Mendengar “Malam dan Mereka” tercium benar aroma band-band britpop masa lalu seperti Piknik, Rumahsakit atau Pure Saturday. Lagu mereka enak. Ya beneran enak buat didengar dan disenandungkan. 

Tapi sayangnya, sebagai band britpop yang hari ini tak punya banyak teman, Wish Of Life seperti tak punya formula mangkus bagaimana musik mereka bisa diterima oleh anak muda. Sepanjang mendengarkan Wish Of Life mengejar nuansa nostalgia, band ini seakan tak diuntungkan oleh kehadiran Rumahsakit yang diuntungkan oleh kehadiran Tik Tok. Arus kembalinya Rumahsakit tak ikut membuat nama mereka dikenal. 

Harusnya dengan modal lagu-lagu yang mereka miliki, mereka bisa punya cara memperkenalkan karya mereka. Bikin konten atau semacamnya. Gak ada salahnya kok sebagai sebuah band, musisi belajar bagaimana memperkenalkan karya lewat sosial media.

Ayo ditunggu full albumnya.

Riverlane - Wishing Well

Pertama mendengar lagu ini, saya cukup menganggukan kepala. Layaknya mendengar band alternativ rock pada umumnya. Paduan Jimmy Eat World dan Foo Fighter. Bedanya, cara bernyanyi vokalis mengingatkan saya dengan band pop punk.

Dalam imajinasi saya, semua personel di grup ini punya kemampuan dan skill bermusik yang jago. Benar saja, setelah saya baca press rilisnya band ini ada jebolan lomba UI Music Fair. Saya pun yakin mereka punya kemampuan mengenal bagaimana sound yang tepat buat lagu mereka.

Sayangnya, modal tersebut tak dimaksimalkan dengan baik. Saya menangkap kekurangan referensi menjadi kendala band ini. Mestinya, dengan banyak referensi bisa musik mereka menarik. Ibarat pemain bola, dengan skill yang oke, harusnya bisa membuat orang nengok mereka. Bisa jadi dengan penulisan lirik berbahasa Indonesia.

Jadi tak sebatas musik bagus atau enak atau rapi saja. Sebuah band menurut saya harus punya ‘jimat’ agar karya mereka bisa menjadi candu buat yang mendengarkan. Sedih rasanya jika seuiah karya hanya dinilai: oh bagus, ya. Tapi orang tersebut tak mau mendengar lagi. ‘Jimat’ tersebutlah yang harus dicari. 

Maka itu, sebagai band baru yang punya skill mumpuni, saya bersedia menunggu karya mereka selanjutnya.


The Mymy - Balada Air dan Sungai

Saya selalu suka dengan band yang percaya diri. Melalui press rilis yang kami terima, mereka yang menamakan diri The Mymy ini mendaku bahwa mereka adalah unit psychedelic rock dari Cirebon.

“Balada Pulau Parang adalah sebuah interpretasi dari sebuah kisah fiksi romansa antara seorang dewi yang sangat dipuja oleh rakyatnya dengan seorang pria yang merupakan rakyat biasa, namun berakhir pilu karena perasaan pria tersebut tak terbalaskan,” ujar The Mymy melalui keterangan yang kami terima.

Secara garis besar ini lagu tentang kasih tak sampai. Lirik lagu ini diadaptasi dari puisi “Balada Pulau Parang” yang  ditulis oleh YuanAlfasa dan disunting ulang oleh Ricky Nurnovaldi pada tahun 2020 lalu. 

Lirik dan tema mereka jelas ciamik. Kesedihan cinta, kasih tak sampai karena berbeda status.. Tapi sayang sentuhan aransemennya cenderung membosankan. Tak menggetarkan. Tak ada keliaran ala The Doors yang berhasil melagukan puisi-puisi Jim Morrison.

Namun lagi-lagi saya merasa, kebingungan dan kegagalan menciptakan musik menarik ini lantaran tak ada produser yang ciamik. Harusnya dengan keterlibatan produser yang tahu mau diarahkan ke mana musik mereka, The Mymy bisa bikin karya yang lebih menggigit. Semoga.

***

Sampai jumpa di bagian ketiga.


Foto dan Lagu