Aliran Kesadaran dan Asal Usul Journaling
Tak seperti buku harian yang merangkum aktivitas per hari, privat, dan mesti disimpan baik-baik. Menulis jurnal (Journaling) berisi tulisan bebas tentang apapun yang terlewat dalam pikiran, bersifat fleksibel, bahkan boleh dibuang sekalipun. Journaling hanyalah sebuah tulisan di atas kertas. Anda bisa membuangnya. Apa yang tertinggal di dalam hati adalah yang bermakna; apa yang terlupakan biarkan lenyap.
Untuk yang menyimpannya, barangkali dapat menjadi kenangan. Apa yang Marcel Proust dalam In Search of Lost Time tulis sebagai “efek madeleine”. Ketika tak sengaja membaca jurnal itu kembali di kemudian hari, kalimat-kalimat acak yang tertulis tersebut memicu kembali ke waktu dan tempat memori itu berasal.
Studi dari Michigan State University menemukan aktivitas menulis jurnal dapat membantu otak “rileks” dari kekhawatiran yang melanda. Studi lain mengungkapkan menulis jurnal juga membantu meningkatkan daya ingat dan kesadaran terhadap detail kecil. Studi lain menemukan menulis jurnal dapat membantu tidur, meningkatkan imun, dan menjadi lebih percaya diri.
Umumnya, orang mengisi jurnal dengan rentetan kalimat yang berasal dari bermacam pikiran yang terlintas di kepala. Struktur kalimat, tata bahasa, dan penggunaan tanda baca diabaikan ketika menulis jurnal.
Gaya ini dikenal dengan Aliran Kesadaran (Stream of Consciousness) yang biasa digunakan dalam novel fiksi non dramatis untuk menangkap pikiran yang terus berlangsung di pikiran karakternya. Bukan hanya pemikiran rasional dan terstruktur, tapi juga impresi dan sensasi yang mereka rasakan seperti yang mereka lihat dengan, raba dan bahkan pikiran terlintas di kepala begitu saja.
Teknik dapat ini memberikan akses ke dalam dunia internal manusia, memperlihatkan kompleksnya pikiran.
Lebih dari satu abad yang lalu, para novelis memakai teknik ini untuk menggambarkan realitas yang kompleks, yang Virginia Woolf ungkap dalam Hyde Park Gate News dapat “membantu orang-orang mengungkap apa yang terbenam di dalam hatinya.”
POPULER DI TENGAH KEHIDUPAN YANG MEMBINGUNGKAN
Teknik Aliran Kesadaran (Stream of Consciousness) berkembang ketika kepala orang-orang Eropa sedang dilanda banyak pikiran menyaksikan perubahan sosial yang bergerak begitu cepat.
Pada akhir abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20 rentetan peristiwa besar mengguncang Eropa. Depresi ekonomi (1896), Pandemi Flu Spanyol (1918-1919), juga kedahsyatan Perang Dunia I (1918) yang membuat perasaan banyak orang tersesat tanpa arah yang jelas, merasa bingung akan masa depan, kecewa bahwa dunia tidak sebaik yang diyakini.
Gertrude Stein menyebut kelompok sosial yang tumbuh pada zaman tersebut sebagai Generasi yang Hilang (Lost Generation), yang kemudian Ernest Hemingway mempopulerkan nya dalam The Sun Also Rises pada 1926.
Pada akhir abad ke-19, penemuan dalam bidang psikologi membuka jalan yang baru dalam memandang dunia dan pikiran manusia.
Sigmund Freud menerbitkan Studies on Hysteria (1895) sebagai karya yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk memahami pikiran manusia. Freud berargumen bahwa segala sesuatu yang manusia alami dipengaruhi oleh dorongan dan naluri dasar yang tak bisa dikendalikan. Sementara, filsuf Jerman, Friedrich Nietzsche juga menyumbangkan pikirannya, mengenai “kehendak berkuasa”. Nietzsche menelusuri bahwa dorongan dalam diri dapat mempengaruhi perilaku manusia.
William James yang dianggap luas sebagai “Bapak Psikologi Amerika” dikreditkan untuk istilah Aliran Kesadaran (Stream of Consciousness) sebagai metafora terhadap pandangannya “bahwa kesadaran manusia terlihat seperti sebuah arus yang mengalir, alih-alih dari potong yang terpisah” yang ia cetuskan dalam The Principle of Psychology pada 1890.
PENGGERAK MODERNISME
“Karakter manusia berubah sekitar Desember 1910,” tulis Virginia Woolf dalam Mr. Bennet & Mrs. Brown. Kalimat yang terkesan hiperbola tersebut, merupakan pandangan Woolf tentang datangnya modernisme. Ia mengungkapkan dengan berubahnya hubungan manusia, pada saat yang sama literasi juga berubah untuk merepresentasikan kehidupan manusia yang sebenarnya.
Penulisan konvensional, terutama dalam literasi Victoria yang didominasi pandangan realisme, menyajikan narasi penggambaran secara eksternal, deskripsi pemandangan alam, dan berjalan linier berusaha diputus oleh para novelis modern. Misalnya Charles Dickens, dalam Oliver Twist yang potret kenyataan pahit Inggris pasca Revolusi Industri, kemiskinan dan eksploitasi pekerja.
Modernisme merupakan gerakan kebudayaan untuk mendobrak bagaimana realitas direpresentasikan. Terdorong pemikiran mengenai “pikiran manusia” yang semakin terkenal pada awal abad ke-20, para novelis ingin mengadopsi berbagai penemuan dari Freud, Nietzsche, Mach, dan Bergson ke dalam bentuk sastra.
Aliran kesadaran (Stream of Consciousness) menjadi kunci dari modernisme pada bidang literasi. Modernisme merepresentasikan kehidupan masyarakat pasca Perang Dunia I.
Perang Dunia I memberikan trauma yang mendalam kepada mereka yang mampu bertahan hidup. Mereka hidup dalam keterasingan, tak terhubung dengan dunia. Timbul gejolak batin dan perasaan kecewa kepada kehidupan.
Teknik aliran kesadaran menjadi perangkat naratif yang tepat dalam menangkap kondisi manusia yang menjalani kehidupan batin kontras dengan keberadaan eksternalnya. Teknik mampu menyelam ke dunia internal, menangkap pikiran yang mengalir, mengeksplor mimpi, ketakutan, harapan, dan keinginan menjadikannya ke bentuk kata-kata.
James Joyce merupakan salah satu penulis penting modernisme yang mempelopori teknik aliran kesadaran.
Terinspirasi para novelis psikologi awal, Fyodor Dostoevsky dan Leo Tolstoy, Joyce bereksperimen dengan aliran kesadaran dalam novel-novelnya. Pada 1922, terbitlah Ulysses, karya Joyce yang dianggap signifikan dalam sastra modern.
Ulysses hanya berlatar satu hari dari kehidupan Leopold dan Molly Bloom, namun Joyce memberikan potret realistis tentang kompleksnya pikiran manusia, bagaimana dalam satu hari pikiran manusia sudah melayang kemana-mana.
Joyce meninggalkan penceritaan tradisional. Dalam Ulysses aliran kesadaran diilustrasikan dengan ekstrem: monolog sepanjang 45 halaman dari karakter Molly Bloom. Joyce mengabaikan aturan tata bahasa dan tanda baca. Kalimat seringkali tidak selesai, tidak ada keselarasan antara subjek dan predikat. Joyce merepresentasikan pikiran yang mengalir dengan cepat tanpa interupsi.
Saat Joyce menerbitkan Ulysses, Virginia Woolf sedang menulis Mrs. Dalloway. Woolf terinspirasi karya-karya Henry James, yang sudah mengantisipasi modernisme, dan novelnya seringkali mengeksplor kehidupan internal karakter.
Dalam Mrs. Dalloway Woolf menyelami kehidupan batin dan perjuangan wanita awal abad ke-20. Ia menerapkan aliran kesadaran dengan mengaburkan dialog langsung dan tidak, menunjukan pikiran karakter dan emosinya terpengaruh lingkungan sekitarnya. Seperti saat Clarissa Dalloway berjalan-jalan di pusat Kota London, pikirannya bergeser dengan cepat dari sekelilingnya ke ingatan dan renungannya, menciptakan gambaran jelas tentang pengalaman subjektifnya.
Sementara, di tanah Prancis, Marcel Proust menerbitkan In Search of Lost Time (1912–1927). Penulisan Proust dianggap sebagai contoh awal pengembangan teknik aliran kesadaran, meskipun timbul berbagai argumen jika Proust tak memakai teknik aliran kesadaran dalam novelnya. Proust menggali tema mengenai involuntary memory atau yang lebih dikenal sebagai kenangan. Contoh paling terkenalnya ada pada volume pertama dalam “episode madeleine”. Proust menulis tanpa mengikuti urutan kronologis. Ia ingin menangkap persepsi manusia tentang waktu yang dibentuk oleh ingatan dan pengalaman pribadi.
PENERAPAN DALAM MENULIS JURNAL
Teknik aliran kesadaran mendorong penulisnya untuk mengecilkan suara dari luar, untuk memberikan perhatian lebih ke perasaan dan dunia batin. Dengan begitu setidaknya dapat menyadari hal-hal kecil yang sederhana namun bermakna.
Pada tahun 1992, Julia Cameron memperkenalkan Morning Pages dalam bukunya The Artist’s Way. Morning Pages merupakan bagian dari aktivitas Journaling, menuliskan 3 halaman penuh dalam kertas kosong pada pagi hari menggunakan teknik aliran kesadaran.
Cameron berkata bahwa kesulitan akan terjadi pada setengah halaman terakhir. Di mana kepala terus menggali lebih dalam untuk melengkapi 3 halaman secara penuh.
Akan tetapi biasanya dapat mengungkap pikiran tersembunyi yang berharga, seperti Virginia Woolf tulis dalam buku hariannya yang dirangkum oleh Barbara Lounsbery dalam Virginia Woolf, Her Final Diaries and the Diaries She Read, “Menulis bebas….secara tidak langsung mendapat ide sepenting berlian yang mungkin akan terlewat jika terlalu banyak berpikir.”