Kapal Arka Kinari bukan sekadar kapal biasa. Selama empat tahun, kapal ramah lingkungan ini telah menjelajahi perairan Indonesia dengan misi yang unik dan inspiratif. Proyek yang digagas oleh duo musisi lintas benua, Grey Filastine dan Nova Ruth Setyaningtyas, berhasil menarik perhatian ribuan orang lewat kombinasi seni, aktivisme, dan kesadaran lingkungan. Dengan panel surya dan tenaga angin, Arka Kinari bebas emisi, menjadikannya kapal hijau sejati.
Arka Kinari dirancang pada 1947 di Jerman dan dimodifikasi untuk menjadi kapal bebas karbon. Selain sebagai sarana transportasi, kapal ini berfungsi sebagai studio keliling dan panggung pertunjukan musik. Di atasnya, Grey dan Nova menyebarkan pesan-pesan sosial serta politik melalui konser dan kolaborasi dengan komunitas lokal di berbagai wilayah. Dari Sumatera hingga Papua, Arka Kinari tak hanya menghibur tetapi juga mengedukasi.
Meski Indonesia dikenal sebagai negara maritim, Nova Ruth mengungkapkan kenyataan berbeda. Selama perjalanan Arka Kinari, mereka menemukan bahwa infrastruktur maritim di Indonesia masih tertinggal. Kurangnya fasilitas untuk kapal layar dan tidak adanya regulasi yang jelas menjadi hambatan. Banyak nelayan yang masih menggunakan kapal tak layak pakai, dan kapal Arka Kinari sering menjadi "bengkel" darurat untuk membantu mereka.
Salah satu temuan utama dari perjalanan Arka Kinari adalah betapa parahnya pencemaran di lautan Indonesia. Banyak masyarakat yang masih membuang sampah, termasuk popok, ke sungai dan laut. Laut diperlakukan seperti tempat pembuangan akhir tanpa disadari dampaknya terhadap ekosistem. Nova menyatakan pentingnya edukasi lingkungan yang lebih luas agar masyarakat sadar akan kerusakan yang terjadi.
Nova juga mengakui bahwa budaya maritim masih sangat terasa di kepulauan kecil di Indonesia Timur, seperti NTT, NTB, dan Maluku. Di sana, masyarakat masih menjalankan tradisi maritim yang kuat, seperti budaya Sasi, yang membantu melindungi sumber daya laut. Namun, tantangan terbesar tetaplah kurangnya infrastruktur dan pendidikan maritim yang seharusnya dimiliki oleh negara kepulauan seperti Indonesia.
Salah satu keluhan terbesar Nova adalah betapa rumitnya birokrasi di Indonesia. Selama perjalanan Arka Kinari, mereka sering menghadapi regulasi yang berubah-ubah dan proses yang sulit, terutama terkait izin kapal asing. Dibandingkan dengan negara lain, seperti di Eropa, Nova merasakan bahwa birokrasi di Indonesia bisa jauh lebih sederhana.
Meskipun Arka Kinari telah menghabiskan empat tahun di Indonesia, mereka berencana untuk melanjutkan perjalanan ke Eropa tahun depan. Di sana, Nova dan Grey berharap bisa menemukan tantangan baru sambil menikmati kemudahan birokrasi yang lebih baik. Namun, sebelum itu, mereka fokus pada pengarsipan dan berbagi pengetahuan yang telah mereka kumpulkan selama perjalanan di Indonesia.
Dengan segala tantangannya, Arka Kinari tetap menjadi simbol harapan dan inspirasi, mengingatkan kita semua akan pentingnya menjaga laut dan lingkungan untuk generasi mendatang.