Babe Wake Up, Bunda Corla is Live

Babe Wake Up, Bunda Corla is Live

 

Beberapa bulan lalu, teman-teman dekat saya cekikikan melihat ibu-ibu sedang live di Instagram:

 

“Gila, kocak banget Bunda Corla,” kata teman saya.

 

Melihat semringah wajah mereka tiap nonton live Instagram Bunda Corla, saya jadi penasaran dan ikut mem-follow akun tersebut. Meski bukan selera hiburan saya, harus saya akui Bunda Corla menjadi magnet tersendiri yang bisa memberi hiburan buat para followersnya.

 

Tak butuh waktu lama, Bunda Corla menjadi idola baru. Tiap melangsungkan live di Instagram, ratusan ribu orang—termasuk akun-akun centang biru—hadir buat menyaksikan Bunda Corla nyerocos tentang banyak hal. Potongan video live Instagram Bunda Corla bertebaran di mana-mana.

 

Tak cuma ngoceh, saat live Bunda Corlka juga sering menyanyikan lagu dangdut koplo seperti No Comment dan Hamil Duluan milik Tuty Wibowo–atau 1 jam dan 1000 Alasan yang dipopulerkan oleh Zaskia Gotik. Berkat Bunda Corla, lagu-lagu itu mendadak ngetren kembali.

 

Melihat adanya potensi bisnis, label rekaman Sani Music Indonesia dengan sigap menggandeng Bunda Corla dan merilis mini album bertajuk Mari Kita Bergoyang Dangdut

 

Single perdana yang diambil dari judul yang sama, Mari Kita Bergoyang Dangdut yang dirilis pada 1 Januari 2023 itu sukses besar keras. Hanya dalam sehari sejak perilisannya, video klip Bunda Corla sukses meraup hampir 150 ribu lebih views dan menjadi trending YouTube. Sampai tulisan ini dimuat, video klip tersebut sudah ditonton lebih dari 2,3 juta kali.

 

Seakan melanjutkan kesuksesan single perdana, Bunda Corla kemudian menghadirkan video klip kedua bertajuk No Comment. Lagi-lagi sukses berat. Masih mengambil lokasi syuting di Jerman, video musik No Comment ditonton lebih dari 4 juta kali dalam waktu sebulan. Bahkan Bunda Corla kembali merekam ulang dan kembali merilis video klip No Comment dengan mengajak penyanyi aslinya, Tuty Wibowo.

 

Setelah mengetahui kesuksesan lagu-lagu Bunda Corla, kini muncul pertanyaan. Kenapa ya lagu-lagu dinyanyikan Bunda Corla bisa mendapat sambutan sebegitunya?

 

Seorang teman pernah berseloroh, Bunda Corla yang kerap tampil apa adanya memberikan kesan bahwa beginilah idola yang menghibur masyarakat: yang gaya dan gerak-geriknya dekat dengan keseharian mereka. Bunda Corla tampak seperti bukan sosok yang jaim. Di depan followersnya, dia dengan mudahnya membentak orang dan sesekali bicara kotor. 

 

Hal lain, yang makin merekatkan masyarakat dengan Bunda Corla adalah pekerjaannya sebagai salah satu karyawan di tempat makan siap saji di Jerman. Itu pula mungkin mengapa ia memberi kesan jika ia senasib dan sepenanggungan dengan banyak followers. Ia berasal dari kelas pekerja dan ia tidak lahir dari lingkaran ‘seleb’, meski pada akhirnya banyak seleb Indonesia yang mendekati dirinya.

 

Meski sudah menetap puluhan tahun di Jerman, alih-alih menyanyikan lagu genre lain Bunda Corla memilih dangdut koplo–baik saat  live Instagram maupun tiga lagu di mini albumnya. Dangdut koplo dengan sendirinya melekat dalam diri Bunda Corla. Dangdut koplo dan Bunda Corla merupakan perpaduan yang sempurna. Nasib mungkin akan berbeda jika Bunda Corla memutuskan untuk menyanyikan lagu Rammstein, misalnya.

 

Coba simak lagu No Comment dinyanyikan Bunda Corla. Lagu ini, akan membawa kita terasa bernostalgia seperti mendengar Cinta Satu Malam, Kucing Garong, SMS atau Keong Racun. Deretan lagu tersebut merupakan perkawinan dangdut klasik dengan house music, yang menggabungkan synth, bass dan sample kendang dangdut modern. Ketiga unsur tersebut yang menyatu di dalam lagu, lantas disajikan dengan notasi vokal yang berulang-ulang.

 

Ia membangkitkan gairah nostalgia yang tak terlalu jauh dari hari ini. Beberapa mungkin menganggap lagu-lagu Bunda Corla sebagai guilty pleasure, sebagian menikmatinya karena memang suka. Tapi yang pasti Bunda Corla memberi apa yang pendengar inginkan: lagu-lagu easy listening yang tak sulit diingat dan dinyanyikan, yang menjadi earworm bagi pendengarnya.

 

Belum lagi, lirik No Comment mudah dipahami. Orang tak perlu mengernyitkan dahi atau berpikir keras untuk tahu maksud lagu tersebut. Mari kita simak liriknya.

 

Ku Bukan Dokter Cinta

Ku Bukan Dukun Cinta

Jangan Kau Tanya-Tanya 

Tentang Cinta

 

Diputusin Pacarmu

Ditinggalin Pacarmu

Jangan Curhat Denganku

No Comment Aku

 

No Comment Itu Sih Derita Elo

Masa Bodo Gak Mau Tau

No Comment Itu Sih Derita Elo

Gak Peduli Siapa Elo

 

Cukup sekali mendengar orang bisa langsung paham jika lagu ini bercerita tentang seorang yang enggan berkomentar apa pun soal hidup orang lain. Begitulah.

 

Bak Air Bah Tak Terbendung

 

Hadirnya mini album dari Bunda Corla, otomatis membuat dirinya melanjutkan tongkat estafet kesuksesan dangdut koplo yang sudah ditempuh oleh pendahulunya. Dangdut koplo telah hidup lama di dalam masyarakat, ia lahir dari rahim masyarakat. 

 

Michael H.B. Raditya dalam penelitiannya menyebut bahwa dangdut koplo hadir dalam mengisi kekosongan kreativitas pasca pemerintahan Orde Baru. Meski jika ditilik lebih dalam, keberadaan dangdut koplo sudah eksis ada masa orde baru, terlebih di Jawa Timur.

 

Hanya sayang, suara dangdut koplo tak terdengar lebih luas lantaran pemerintahan Orde Baru  yang mengkukung dan mengendalikan sistem. Pemerintah seakan menjadi guru yang menentukan mana yang boleh dan mana yang tidak. Dengan sendirinya, muncul batasan-batasan dan pengkotak-kotakan dalam masyarakat.

 

Popularitas dangdut koplo makin diperkuat dengan kehadiran Inul Daratista di awal tahun 2000an. Inul Daratista merupakan menghadirkan revolusi dalam tubuh dangdut. Ia menjadi perbincangan di dunia musik Tanah Air. 

 

Walau tak bisa dimungkiri, ketenarannya juga dibarengi dengan musibah lantaran Sang Raja Dangdut Indonesia, Rhoma Irama memprotes keras musik, gaya panggung dan berpakaian Inul. Hal tersebut tak mengubah fakta bahwa musik dangdut koplo makin bersinar, ditambah lagi dengan maraknya VCD bajakan yang beredar bebas di tengah masyarakat. 

 

VCD rekaman pentas dangdut koplo oleh pedagang kaki lima yang menjamur menjadi salah satu indikator bahwa genre Dangdut Koplo banyak diminati oleh masyarakat, terutama masyarakat kelas menengah dan menengah ke bawah.

 

Di era internet, alih-alih mati, dangdut koplo malah makin hidup. Anggaplah kamu tak percaya jika dangdut koplo sebesar itu, kamu bisa melihat sendiri video musik lagu Siti Badriah Lagi Syantik telah ditonton lebih dari 683 juta kali di YouTube. Atau penyanyi dangdut koplo Via Vallen yang salah satu lagunya, Meraih Bintang terpilih menjadi lagu tema resmi Asian Games 2018.

 

Belum lagi dangdut koplo menjelma  menjadi kiblat dangdut nasional, bahkan siaran televisi nasional membuat ajang pencari bakat bertajuk “Dangdut Academy” atau “Bintang Pantura”. Kehadiran acara tersebut menjadi legitimasi untuk dangdut koplo yang pada perjalannya menduduki posisi tertinggi dalam genre dangdut itu sendiri.

 

Keberhasilan mulai dari label rekam, para pemusik hingga penyanyi dangdut koplo—yang lagunya sukses membuat pendengar bisa bergoyang lepas—dengan lirik yang to the point dan kerap merespons catchphrase atau teknologi yang tengah digunakan di masyarakat seakan menertawai moralitas masyarakat kita yang selama ini terkungkung sopan santun dan basa-basi yang tak perlu. 

 

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) atau pemuka agama mungkin mencak-mencak dan menganggap musik ini dan penyanyinya dinilai tak mendidik (saya selalu tertawa mendengar kalimat “mendidik” ini, sejak kapan penyanyi dangdut punya side job jadi pendidik?)

 

Media musik Jakarta mungkin tak akan memasukkan lagu Bunda Corla ke dalam daftar lagu terbaik sepanjang masa. Tapi, akibat Bunda Corla masyarakat mendadak jadi woke tentang isu ageism dalam lowongan pekerjaan. Lagipula, tak peduli kamu merasa selera musikmu paling bagus, masyarakat sudah memilih idola mereka.