Bagaimana Steins;Gate Mengubur Bayangan Indah tentang Mesin Waktu

Hasrat atas Nostalgia

Pada 2 Juli 2020, seorang redditor dengan username Korina-chan mengunggah meme yang merujuk kepada beberapa meme sebelumnya, dan memadukannya dalam suatu template baru. Tiga template meme yang dipadukan adalah Harambe, Girls vs. Boys, dan Running Arnolds Schwarzenegger. Sebagaimana meme lain yang memiliki watak intertekstualitas, meme ini merujuk kepada meme-meme lain, tapi meme ini juga menjadi template pada dirinya yang bisa dilihat sebagai suatu template baru: meme tentang ditemukannya mesin waktu. Pada contoh pertama ini, Schwarzenegger, setelah mesin waktu ditemukan, segera lari untuk menggunakan mesin waktu tersebut untuk menyelamatkan Harambe, seekor gorilla yang tewas ditembak karena seorang anak jatuh di dekatnya.

Meme ini kemudian tersebar luas dan mengalami beberapa perkembangan, misalnya penggunaan Soyjak vs Chads/Girls vs Boys ketimbang teks semata untuk membandingkan antara bagaimana kira-kira laki-laki dan perempuan menanggapi keberadaan mesin waktu.

 

Setidaknya, terdapat asumsi mendasar yang mendasari setiap meme tersebut: jika mesin waktu ditemukan, kita dapat mengubah masa lalu; dengan melakukan sesuatu pada masa lalu, kita dapat membuat masa depan yang lebih baik. Terkait kemungkinan kecenderungan pandangan stereotip atas gender tidak akan dibahas di sini. Tulisan ini menggarisbawahi asumsi dan ekspektasi umum terkait keberadaan mesin waktu:

Kemungkinan untuk mengubah masa sekarang dengan mengubah masa lalu melalui tindakan tertentu.

Hasrat untuk kembali ke masa lalu bukan hanya terjadi pada kultur pop atau internet hari ini. Kita mengenal apa yang disebut ‘romantisisme’, suatu gerakan seni yang ‘dicirikan oleh emosi dan individualisme, idealisasi alam, kecurigaan pada sains dan industrialisasi, dan pengagungan atas masa lalu…’ hal yang terakhirlah yang menjadi perhatian kita. Kecenderungan mengagungkan masa lalu nampaknya melekat pada setidaknya sebagian manusia, melintasi zaman, wilayah, gender, dan batasan apa pun.

Salah satu bukti dari kecenderungan kita untuk kembali ke masa lalu atau perjalanan-waktu secara umum adalah keberadaan berbagai medium hiburan yang menjadikan hal ini menjadi tema dan narasi. Dari berbagai jenis medium, anime menyumbangkan cukup banyak kisah dalam koridor tema tersebut.

Biasanya, anime dengan ini berangkat dari premis sci-fi generik: penemuan mesin waktu untuk kembali ke masa lalu. Di antara yang cukup terkenal adalah The Tatami Galaxy (Yojouhan Shinwa Taiei), sebuah anime yang bercerita tentang seorang mahasiswa yang berulang kali kembali ke masa lalu untuk menemukan kehidupan kampus ideal ‘penuh mawar’, Erased (Boku Dake ga Inai Machi) yang mengisahkan kemampuan Satoru Fujinuma untuk kembali ke masa SD-nya kembali untuk mencegah tragedi mengerikan yang terjadi delapan belas tahun sebelumnya, The Girl Who Leapt Through Time (Toki wo Kakeru Shoujo) yang menceritakan seorang gadis SMA yang tiba-tiba memiliki kemampuan untuk kembali  ke masa lalu, dan banyak lagi—termasuk Dragon Ball Z, Doraemon, Inuyasha, yang masing-masingnya melihat fenomena ini dari sudut pandang yang berbeda. Dan tentu saja, Steins;Gate.

Steins;Gate dan Mesin Waktu

Steins;Gate adalah seri animasi televisi yang dibuat oleh studio animasi White Fox. Serial ini merupakan alih wahana dari novel visual dengan nama yang sama, yang diproduksi oleh 5pb. dan Nitroplus.

Kisah Steins;Gate terjadi pada 2010. Ia mengisahkan Rintaro Okabe (Okarin) dan teman-temannya di ‘Laboratorium Gawai Masa Depan’ (Future Gadget Lab) yang secara kebetulan menemukan metode perjalanan-waktu (time-travelling).

Melalui Okabe Rintaro, Makise Kurisu, Mayuri Shiina, Itaru “Daru” Hashida, Amane Suzuha dan beberapa tokoh lain kita diajak bertualang di dunia mereka.

Menu utamanya, kita diajak melihat upaya Okarin untuk menyelamatkan Mayuri dari kematiannya. Terdapat  beberapa alternatif kejadian yang berujung pada tewasnya Mayuri, dan penemuan mesin waktu oleh Okarin dan kawan-kawannya menjadi mesin pendorong cerita. Penemuan ini diketahui oleh organisasi saintifik Bernama SERN yang salah satu proyeknya adalah menemukan mesin waktu.

Tenang, saya tidak sedang menulis review atau reaksi atas pengalaman menonton Steins;Gate. Karenanya, pembaca tidak perlu khawatir kena spoiler. Meski begitu, refleksi ini sebaiknya dibaca setelah menonton Steins;Gate sebagai persiapan untuk menonton kedua kalinya.

Sebagaimana kisah tentang perjalanan-waktu, Steins;Gate memiliki konsepsi mengenai waktu dan garis-waktu, serta menggambarkan kemungkinan adanya dunia di mana hal berbeda terjadi jika satu atau beberapa tindakan dilakukan di masa lalu.

Gagasan ini dikenal sebagai butterfly effect, di mana satu kejadian yang tampak kecil memiliki rentetan konsekuensi yang akhirnya menjadi peristiwa besar. Di dalam konteks mesin waktu, satu kejadian di masa lalu dapat menyebabkan perubahan besar-besaran di masa depan. Misal, jika kamu saat ini plesir waktu ke tahun 1945 dan saat jalan-jalan di tahun itu kamu tak sengaja menjatuhkan koin 500n perak, saat kamu kembali ke masa depan rupanya koin yang kamu jatuhkan menjadi pemicu Perang Dunia Ketiga. Lazimnya, genre ini masuk ke dalam kategori ‘distopia perjalanan-waktu’.

Di dalam Steins;Gate, terdapat beberapa Garis-dunia dan Garis-waktu:

  1. Garis-waktu-dunia alpha
  2. Garis-waktu-dunia beta
  3. Garis-waktu-dunia R/Steins;Gate 

Masing-masing Garis-dunia ini dicirikan oleh peristiwa besar yang berdampak ke Okarin secara individual, mau pun ke masyarakat dunia secara universal. Garis-waktu-dunia alpha merupakan ruang-waktu di mana Mayuri Shiina meninggal, SERN mendominasi dunia, dan Perang Dunia Ketiga terjadi. Garis-Waktu-Dunia beta merupakan ruang-waktu di mana Makise Kurisu meninggal, SERN tidak secara langsung mengetahui keberadaan mesin waktu, tapi Perang Dunia Ketiga tetap terjadi karena Dr. Nakabachi, ayah dari Kurisu mencuri tesis Kurisu tentang perjalanan-waktu. Dan Garis-Waktu-Dunia R/Steins;Gate adalah ruang-waktu di mana Perang Dunia Ketiga tidak terjadi, dan baik Kurisu dan Mayushii selamat dari kematian.

Berbeda dengan beberapa kisah yang menyampur keberadaan multiverse dan mesin waktu, dunia Steins;Gate hanya memiliki satu Garis-waktu-dunia yang aktual, dan Garis-waktu-dunia lain hanyalah kemungkinan belaka.

Pada Steins;Gate, hal ini digambarkan dengan menunjukkan bahwa Okarin adalah satu-satunya manusia yang memiliki kemampuan ‘Reading Steiner’, yakni menjaga ingatan yang terjadi pada Garis-waktu-dunia sebelumnya, atau yang dulunya aktual kini menjadi mungkin. Okarin karenanya, secara naratif, adalah penyebab yang menjadikan hanya satu garis-dunia-waktu di Steins;Gate yang menjadi aktual.

Sejak episode pertama kita bisa melihat keterlibatan Okarin dengan mesin waktu.  Ia bersama Mayushii mendatangi ‘seminar tentang perjalanan-waktu’ oleh Doktor Nakabachi. Di sana ia melihat Makise Kurisu tergeletak penuh darah di pojok ruangan. Kemudian, ia mengirim sebuah e-mail kepada Daru yang isinya memberitahu perihal kematian Makise Kurisu. Pengiriman e-mail tersebut membuat Okarin merasakan suatu pengalaman yang janggal. Ia kemudian berdiri di depan bangunan Radio Kaikan Akihabara yang ditabrak oleh semacam satelit. Ini adalah kejadian non-sadar ‘perjalanan-waktu’ yang terjadi pada Okarin setelah mengirim e-mail—yang nantinya disebut D-mail, DeLorean Mail merujuk kepada film sci-fi Back to the Future. Okarin melakukan perjalanan-waktu dari garis-waktu-dunia beta menuju garis-waktu-dunia alpha: Makise Kurisu tidak meninggal.

Narasi Steins;Gate kemudian berangkat dari kesadaran akan perubahan ruang-waktu yang terjadi disebabkan oleh D-mail. Hampir setiap karakter kemudian dikaitkan dengan penggunaan D-mail untuk mengubah satu atau lain hal terkait masa lalu mereka.

Mengubah Masa Lalu Sama dengan Menggarami Lautan 

Setiap kali D-mail di Steins;Gate digunakan oleh salah satu tokoh, ia dapat dilihat sebagai simbol atas permasalahan-permasalahan yang terjadi dan dialami oleh si tokoh.

Okarin, untuk menguji keterkaitan antara penggunaan D-mail dan perubahan garis-waktu-dunia, mencoba mengirim D-mail berisi nomor lotre. Tentunya dengan menang lotre, Okarin dapat memperbaharui fasilitas dari LGD. Berbeda dengan Nakabachi dan SERN yang didanai oleh negara untuk proyek mesin waktu mereka, Okarin dan kawan-kawan sama sekali tidak memiliki dana untuk meneliti mesin-waktu. LGD terdiri dari orang-orang yang mencintai keasyikan saintifik, didorong rasa penasaran, bukan oleh keinginan untuk mendominasi dunia, ekonomi, politik, atau kompetisi saintifik seperti SERN. Ini bisa dikatakan menjadi pantulan dari fenomena bahwa seringnya kemiskinan dan akses yang tak merata menjadi hambatan bagi kreativitas individu atau kolektif, serta memotret kecenderungan korup dari institusi besar yang disokong secara ekonomi dan politik.

Kita juga kemudian diperkenalkan pada Rukako, dan mengikuti tujuannya menggunakan mesin waktu. Secara spesifik Rukako mengirim D-mail kepada ibunya. Ia meminta ibunya untuk memakan lebih banyak sayuran, dengan harapan hal itu dapat mengubah jenis kelamin Rukako menjadi perempuan. Dalam pengalaman Rukako, kita bisa melihat fenomena lain: stereotip gender dan kenyataan bahwa dalam masyarakat heteroseksual, setiap perasaan yang menyimpang dari norma tersebut dihakimi tidak absah. Rukako adalah contoh dari kelompok yang dianggap menyimpang dari masyarakat karena memiliki perasaan romantik kepada Okarin. 

Selain itu, kritik terhadap relasi afektif-dominatif juga digambarkan oleh ikatan antara Kiryuu Moeka dengan FB, penggambaran atas relasi manipulatif antara dua orang, serta kritik potensial terhadap kenyataan hari ini tentang ‘pacaran digital’ via aplikasi yang mengkomodifikasi relasi afektif-interpersonal.

Kemudian kita juga melihat kisah Feris yang mengirim D-mail untuk mencegah kematian ayahnya. Kesuksesan Feris membangun kultur moe di Akihabara merupakan hasil yang diperoleh setelah mengorbankan nyawa ayahnya yang digambarkan sebagai seorang workaholic, yang akhirnya menelantarkan anaknya. Kebutuhan afektif seorang anak yang tak dipenuhi demi kerja mengumpulkan kekayaan. Tentunya ini adalah kritik umum atas kultur kerja Jepang yang tidak manusiawi serta fenomena alienasi kerja secara umum masyarakat hari ini. Kontradiksi antara kerja dan pemenuhan kehidupan manusia. 

Okarin dengan ratusan kali kegagalannya mengubah dunia di sekitarnya dan mencegah kenyataan Perang Dunia Ketiga, serta keberadaan garis-dunia-waktu R/Steins;Gate yang, meski pun begitu sulit dicapai, tidak mustahil merupakan gambaran lain dari pesan bahwa sulitnya mengubah dunia bukan berarti kemustahilan untuk melakukannya.

Jika pada akhirnya Okarin mengetahui bahwa satu-satunya jalan mencegah tragedi kemanusiaan dengan mesin waktu adalah melalui kerja kolektif dan pengorbanan atas keinginan personal, bukankah kita juga dapat mengubah masyarakat menjadi lebih baik tanpa mesin waktu? Sebab, bukankah upaya kolektif yang kita lakukan hari ini dengan visi bersama masyarakat yang lebih baik akan menjadi masa lalu dan landasan bagi masa depan yang lebih baik?