Bikin Konser Bodong Itu Mudah

Bikin Konser Bodong Itu Mudah

Pengakuan korban konser bodong

 

Apa yang lebih pahit dari pare? Kenyataan.

 

Di kepala Nica, ia sudah menyusun kegembiraan menyaksikan musisi idolanya seperti Hindia, Pusakata, Sal Priadi, Kahitna dan Sheila on 7 dalam sebuah festival bertajuk Bergembira Fest. Festival itu, seperti namanya, menjanjikan kegembiraan.

 

Andai festival itu bukan acara bodong, Bergembira Fest dijadwalkan berlangsung di kota Nica berdomisili, Pontianak. Sayangnya, konser itu fiktif. 

 

Untuk memahami duduk perkara soal festival bodong ini, mari kita simak cerita Nica. Saya mengontak Nica dan menyatukan cerita di thread twitter-nya dengan chat yang kami lakukan.

 

Begini ceritanya…

 

Tanggal 2 Februari lalu, muncul sebuah akun Instagram @bergembirafest dengan menampilkan band nasional sebagai guest star yang akan mengisi acara di Pontianak. Awalnya mereka membagikan line up artis buat cek ombak dan melihat apa yang diminati masyarakat.

 

Besoknya akun tersebut membagikan postingan yang menaruh Sheila on 7 sebagai salah satu pengisi acara.

 

“Saat pertama tahu hadirnya festival ini, aku gak curiga sama sekali ini bakal berujung penipuan. Soalnya, di Pontianak sendiri belum pernah ada kejadian penipuan konser. Semua konser yang diadakan di Pontianak sampai akhir Januari kemarin selalu lancar tanpa ada kendala. Akun mereka meyakinkan menurut aku.”

 

Nica dikirimi pesan WhatsApp oleh temannya pada jam 17.30. Temannya menanyakan tentang tiket acara ini. Waktu dicek, akun @bergembirafest memang sedang membuka tiket early bird pukul 5 sore. Early bird dijual melalui loket.com seharga 135 ribu.

 

Early bird sukses, tiket sold out.

 

“Aku nungguin lagi dan dibuka kembali presale 1 secara cepat. Jaraknya cuma sejam. Presale 1 dijual 275 ribu melalui link google forms. Awalnya aku agak curiga karena selama nonton konser belum pernah beli tiket lewat google forms. Tapi karena takut kehabisan, aku tetap membeli dua tiket seharga 550 ribu.”

 

Setelah itu, Nica mengirim bukti transfer sebelum mengisi biodata, dan mengirim foto KTP. Sesudah mengisi persyaratan tersebut, Nica harusnya mendapat email tiket yang sudah dipesan.

 

Tetapi e-ticket tidak juga dikirim.

 

Nica mengecek akun @bergembirafest, akun sudah raib.

 

Nica segera membuka Twitter untuk mencari info. Ternyata bukan hanya dia yang menjadi korban penipuan. Berdasarkan data laporan kepolisian ada sekitar 415 warga kota Pontianak menjadi korban penipuan konser bodong ini.

 

“Seterusnya, ada admin akun informasi di Pontianak yang bantu kami untuk lapor ke polisi. Saat ini kami sudah membuat laporan polisi, dan identitas pelaku belum ditemukan. Kerugian uang dalam pembelian tiket konser @bergembirafest ada sekitar 144.043.000 juta rupiah dalam waktu 30 menit.”

 

[BIKIN MEME]

Keuntungan Penipu Konser @bergembirafest vs Gaji Cristiano Ronaldo

 

@bergembirafest 

144.043.000/30

= 4.801.433/menit

 

Bayaran Christiano Ronaldo, £95 juta/tahun = £10,800/jam (Rp 191.776.560)

Rp 191.776.560/60 menit

Rp 3.196.276/menit

 

“Jadi, mohon berhati-hati ya kawan-kawan di daerah lain. Salah satu teman di grup penipuan yang sama, membagikan informasi terkait akun konser yang memiliki pola yang sama persis dengan kami alami. Akun itu bernama @bersenangfest yang akan mengadakan konser berlokasi di Kota Medan, Sumatera Utara.”

 

Tutup Nica.

 

Betul, berhati-hati sebelum membeli adalah kewajiban konsumen, tetapi saya kira masalah tipu-menipu ini mesti dilihat lebih dalam lagi.

 

Legitimasi Urusan Tipu-Tipu

 

Kejadian yang dialami Nica dan 415 orang lainnya dalam kasus ini tentu hal yang menjengkelkan. Melihat dari kasus Nica, penipu tampaknya memanfaatkan kredibilitas loket.com sebagai platform jual-tiket. Sekali lagi, ketelitian pembeli memang menjadi kunci penentu agar tak mudah ditipu. Namun, itu bukan satu-satunya kunci.

 

Saya iseng mencari tahu bagaimana sih cara menjual tiket di platform tersebut. Dan ternyata syarat yang diminta ternyata ketat. Untuk acara berbayar, Loket.com meminta creator event untuk menyiapkan dokumen-dokumen legal di samping kebutuhan kampanye:

 

  • Gambar, banner atau poster event terlebih dahulu
  • Tautan singkat profil
  • Nama organize
  • Email
  • Nomor handphone yang perlu diverifikasi
  • Alamat
  • KTP
  • NPWP

 

Setelah membuat event page di Loket.com, dan melengkapi formulir–mulai dari nama event hingga harga tiket–kemudian anda disarankan masuk ke Event Dashboard dengan mengklik “Event Saya” dan pilih event aktif yang ingin didistribusikan.

 

  1. Di bagian menu Event Dashboard sebelah kiri, klik menu “Distribusi Event”
  2. Pilih satu atau lebih mitra distribusi yang ingin diajukan
  3. Konfirmasi bahwa Anda telah menyetujui syarat dan ketentuan yang ada (klik pada kotak di pojok kiri bawah)
  4. Terakhir, klik tombol "Ajukan dan event kamu siap untuk didistribusikan"
  5. Kamu akan menerima email konfirmasi setelah pengajuan distribusi berhasil.

 

Dokumen legal dibutuhkan untuk acara berbayar, jika sekadar mendistribusikan acara yang kita buat rasanya cukup mudah. Prasyarat yang ditempuh serta dokumen yang harus diisi, membuat kita sadar jika si penipu ini serius melakoni profesinya.

 

Mengacu pada pengakuan Nica di atas, di mana tiket early bird dijual melalui loket.com dan melihat kebutuhan dokumen yang mesti diisi oleh event organizer, bukankah seharusnya polisi bisa meminta dokumen event organizer di loket.com? Tapi sejauh ini, belum ada kelanjutan dari laporan Nica dkk. Malah yang paling mutakhir, beredar poster festival dengan pola penipuan serupa.

 

Saya kira yang paling dirugikan di sini adalah nama baik platform loket.com. Si penipu jelas-jelas memanfaatkan loket.com sebagai alat untuk melegitimasi aksi tipu-tipunya (entah bagaimana modus operandi si penipu). Dengan mengandalkan reputasi loket.com, bukan hanya mereka yang tak terlalu akrab dengan jual-beli online, mungkin saya pun akan bisa kena tipu juga.

 

Saya mencurigai, jangan-jangan tiket early bird yang habis dalam waktu singkat itu cuma akal bulus untuk mengarahkan orang membeli tiket presale di google forms? Entahlah, sebaiknya kita menunggu hasil pengusutan dari pihak kepolisian.

 

Betul, memang yang paling penting, kita sebagai penonton harus teliti sebelum membeli. Tetapi, saya kira, aturan yang ketat dalam setiap tindakan jual-beli online pun mestinya dapat diandalkan sebagai langkah paling awal untuk mencegah penipuan. Maksud saya, jika aturannya memang sudah dapat diandalkan bukankah akan cukup sulit bagi penipu untuk menggunakan platform online sebagai tameng legalitas? Dan, sesungguhnya saya penasaran, sejauh mana peran platform tiket online bertanggung jawab atas penipuan yang terjadi di dalam platform mereka?

 

Tak cuma konser lokal, penipuan juga menyeret nama musisi internasional. Belum lama ini, konser musik atau festival musik idol Kpop palsu juga tengah marak di media sosial. Salah satunya adalah FEST World Tour 2023 yang dijadwalkan berlangsung di empat negara yakni  Indonesia, Korea, Thailand, dan Malaysia.

 

Line up dalam festival tersebut antara lain NCT Dream, WayV, Seventeen, ENHYPEN, dan Mirae. Menyikapi kabar tersebut, dengan sigap masing-masing agensi dari grup tersebut memberikan klarifikasi terkait festival FEST World Tour 2023 ini. Mereka bilang, artis-artisnya tidak pernah berpartisipasi dalam festival tersebut. 

 

Project Director Cherrypop, Kiki Pea menyebut kini acara musik bak jamur di musim hujan. Skalanya mulai dari festival paling besar hingga gigs kecil sekali pun menjadi pilihan. Maka itu, untuk meminimalisir dan mencegah kejadian seperti Nica dkk alami, penting rasanya untuk mencari tahu siapa penyelenggara acara tersebut.

 

“Kita harus cari background dan siapa sih orang yang terlibat di belakang acara tersebut,” ujar Kiki.

 

Setelah mencari tahu dan merasa yakin kalau ini bukan cara acara bodong, menurut saya tak ada salahnya bertanya kepada musisi yang akan main di acara tersebut: cukup tag musisi idolamu dan tanyakan benar enggak sih mereka bakal tampil. Jika benar, mereka akan mengiyakan. Jika tidak, mereka akan memberi klarifikasi.

 

Saya jadi ingat, tahun 2012 beredar kabar jika salah satu legenda glam rock, Motley Crew, dikabarkan akan tampil di Indonesia. Promotor gadungan itu bahkan sudah menjual tiket seharga 500 ribu hingga 1 juta rupiah. 

 

Beberapa fans tetap ngotot membeli tiket tersebut dan tertipu. Tapi ada juga yang tak serta merta percaya dan memilih menanyakan langsung kepada musisi idola. Dua personel grup ini, Tommy Lee dan Niki Sixx membantah kabar tersebut.

 

Penipu tetap penipu. Dari zaman tablet Musa hingga tablet Android, mereka tak pernah kehabisan akal untuk menipu. Klise, tetapi sulit bagi saya sendiri untuk membayangkan cara terbaik menghindari penipuan selain kita lebih teliti dan berhati-hati.