Siapa di sini yang merasa fokusnya makin pendek sejak pandemi tiga tahun lalu? Studi yang dilakukan oleh Oxford menunjukkan mereka yang pernah terinfeksi Covid-19 mengalami penurunan tingkat konsentrasi. Ada yang melaporkan memori dan fokus mereka kembali ke sebelum terinfeksi Covid-19 dalam waktu mingguan setelah sembuh, ada juga yang baru bisa pulih total setelah 9 bulan terinfeksi.
Kita-kita yang belum pernah terinfeksi Covid-19 melaporkan mereka juga mengalami penurunan fokus dan memori. Tapi yang kita alami sebetulnya bukan penurunan fokus, tapi kesulitan untuk betul-betul terlibat dengan ide-ide baru. Format konten yang semakin memendek (terima kasih, media sosial!) dan banjir konten yang semakin parah membuat otak kita terlalu lelah untuk benar-benar memprosesnya. Jadilah kita terlalu mudah terdistraksi dan semakin lama menyelesaikan pekerjaan atau tugas. Atau lebih parahnya lagi, semakin sering menggonta-ganti ketertarikan dan hobi. Ribet, kan?
Kesulitan ini harus kita perbaiki supaya hidup lebih produktif dan efisien. Sekaligus supaya resolusi-resolusi tahun baru bisa diselesaikan sebelum tahun ini berakhir. Berikut beberapa hal yang bisa kamu lakukan, dikumpulkan dari dua buku penting soal fokus dan produktivitas, Attention Span: A Groundbreaking Way to Restore Balance, Happiness and Productivity oleh Gloria Mark dan Deep Work oleh Cal Newport
Jurus 1: Mengurangi Distraksi, Meningkatkan Atensi
Satu hal yang Mark dan Newport setuju adalah kehidupan modern kita sangat sarat dengan distraksi. Jenis distraksi yang paling dekat bagi kita adalah suara ping, ring, ding dari notifikasi HP dan laptop. Berarti solusinya tinggal mematikan suara notifikasinya saja kan?
Sayangnya tak semudah itu, Ferguso. Soalnya ketika distraksi dari luar menurun, keinginan untuk mencari distraksi baru justru malah naik. Suara setan dari dalam inilah yang membuat tanganmu gatal buka Twitter, Instagram, dan LinkedIn. Jadinya bagaimana? Tingkatkan kontrol dirimu supaya kamu nggak dikit-dikit buka HP atau buka tab baru. Tentukan waktu seberapa lama kamu bisa menahan fokus sampai kamu bisa istirahat barang 5-10 menit.
Masalahnya, Mark mengatakan seberapa banyak istirahat yang diperlukan seseorang bisa berbeda-beda. Jadinya ini malah semakin menekan kamu untuk lebih disiplin dengan ritme kerjamu.
Jurus 2: Jangan Gonta-ganti Kerjaaan
Seiring dengan meningkatnya tren pekerjaan palugada (apa lu mau gue ada), pola pikir grindset, dan manajer atau bos yang tak tahu maunya apa memaksa kita untuk gonta-ganti kerjaan dalam waktu cepat. Padahal hal ini justru merusak ritme kerja dan secara tak langsung membuat otak kita lebih memilih pekerjaan yang sebetulnya kurang penting tapi lebih mudah dilakukan. Ini juga termasuk prokrastinasi loh!
Makanya penting bagi kita untuk membuat daftar prioritas pekerjaan, dari yang paling penting sampai yang paling tidak penting. Disiplinkan diri untuk tidak mengganti-ganti pekerjaan yang dilakukan kecuali benar-benar urgent alias harus dan penting sekali untuk segera diselesaikan. Lakukan ini setiap hari supaya jadi rutinitas baru.
Jurus 3: Biasakan Baca Buku atau Artikel… Cetak
Dari semua hal yang disarankan oleh keduanya, satu hal yang paling malas saya lakukan adalah membaca dari material cetak. Buku, koran, dan majalah butuh tempat banyak dan harus diakui, lebih mahal daripada baca di HP dan laptop. Tapi membaca buku cetak justru membuat kita bisa lebih mudah fokus. Ketika membaca buku cetak, proses membaca kita lebih lambat dan kita juga lebih sering double check sehingga pemahaman kita menjadi lebih dalam.
Sayangnya, kebiasaan kita membaca di laptop, HP, dan e-reader sudah membuat kemampuan membaca imersif kita menurun. Untuk membangun kebiasaan ini, ahli menyarankan untuk mulai membaca buku cetak selama 20 menit sehari, lalu terus ditambah seiring dengan semakin lamanya kita bisa menjaga fokus.