Cerita Melly Goeslaw Melawan Obesitas dengan Operasi Bariatrik

Tahun demi tahun, kasus obesitas di kalangan dewasa Indonesia terus meningkat. Berat badan yang tak terkontrol mengurangi kualitas hidup seseorang. Selain itu ada risiko kesehatan yang mengintai, seperti diabetes, hipertensi, stroke, hingga kanker. Tak hanya itu, obesitas juga bisa membuat kualitas hidup seseorang berkurang.

 

Sayangnya, tak semua orang bisa sukses dengan dietnya. Salah satunya adalah Melly Goeslaw. Dalam acara “Bedah Bariatrik: Solusi Bebas Obesitas” (11/11) yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit Pondok Indah, Melly menceritakan perjalanan panjangnya dalam menurunkan berat badan. 

 

Awalnya, ketika ia masih menjadi penyanyi di band Potret, sang penyanyi berbobot 48 kilogram. Semuanya berubah kala ia mengandung anak pertamanya. Kali pertama, ia bisa menurunkan berat badannya hingga 53 kilogram. Berat badannya naik kembali setelah kelahiran anak kedua dan terus naik hingga mencapai angka 100 kilogram.

 

Berbagai upaya sudah ia lakukan untuk menurunkan berat badan; dari olahraga, mengonsumsi obat diet, sampai bedah kosmetik untuk mengecilkan beberapa area tubuh. Sayangnya, berat yang hilang tadi kembali lagi dan lebih banyak daripada sebelumnya. Proses ini tak hanya membuang uang, tapi juga membuatnya trauma.

“Kalau turun 10 kilogram, naik 15 kilogram. Selalu punya laba,” canda Melly. 

 

Sulitnya menurunkan berat badan membuat Melly mencari cara baru yang terbukti efektif. Teman-temannya menyarankannya untuk mencoba operasi bariatrik. Awalnya ia ingin melakukan operasi tersebut di Kuala Lumpur. Namun, pandemi COVID-19 membuayt Melly mengurungkan niatnya. Setelah melakukan riset, akhirnya pilihannya jatuh ke Dr. Peter Ian Limas, dokter spesialis bedah subspesialis bedah digestif RS Pondok Indah. 

 

Sang dokter menjelaskan ada beberapa jenis operasi bariatrik, yaitu sleeve gastrectomy, Roux en Y gastric bypass, dan single anastomosis duodeno-ileal bypass with sleeve gastrectomy (SADI). Operasi ini cocok untuk pasien dengan BMI di atas 35 atau pasien dengan BMI 30 tapi sudah memiliki berbagai komplikasi kesehatan, seperti diabetes, sakit jantung, dan penyakit-penyakit lainnya.

 

Sebelum menjalani proses operasi, Melly harus melewati serangkaian proses. Dari pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan jantung, USG dengan teropong (endoskopi) untuk melihat kondisi kerongkongan dan lambung, dan juga pengecekan tidur untuk mengetahui apakah pasien memiliki kondisi sleep apnea atau tidak. Setelah semua pengecekan ini dilakukan dan hasilnya baik, Melly harus melalui berbagai konsultasi dari dokter spesialis gizi klinik, dokter spesialis jantung, dan dokter spesialis penyakit dalam. Lalu ia harus menjalani diet rendah kalor (1.000 kalori) selama dua minggu sebelum dan setelah  operasi. 

 

Operasi yang dijalani Melly memotong lambungnya sebanyak 85 persen. Tujuannya untuk mengurangi ukuran lambung yang kemudian bisa membuat nafsu makannya jauh lebih turun. Meskipun terlihat menyeramkan, operasi ini terhitung minim efek samping dan proses pemulihan berlangsung cepat. Pasien bahkan bisa pulang ke rumah di hari kedua setelah operasi.

 

Lebih menyenangkan lagi adalah hasil operasinya langsung terlihat–hanya dalam waktu empat bulan, Melly kehilangan cukup banyak berat badan. Sekarang bobotnya sudah di angka 64 kilogram, jauh lebih ideal dari berat sebelum operasi.

 

Melly mengatakan operasi bariatrik yang ia jalani membuat kualitas hidupnya meningkat. Ia mengatakan sudah terbiasa tidur jam 10 dan bisa berhenti merokok. Energinya jauh lebih baik, sehingga ia bisa menjalani pekerjaannya sebagai penyanyi dengan jauh lebih baik. “Sebelum operasi, saat periksa kesehatan aku ketahuan diabetes. Setelah [operasi] bariatrik diabetesnya bagus,” tuturnya.

 

Walau operasi bariatrik bisa membuat berat badan pasien bisa turun drastis, dr. Peter mengatakan pasien tetap harus menjalani gaya hidup sehat supaya berat mereka tidak kembali naik. Ia menganjurkan pasien untuk lebih banyak mengutamakan protein daripada karbohidrat agar tubuh tidak menggerogoti otot. Protein juga bisa membuat pasien lebih cepat kenyang. 

 

“Ini juga mengubah kebiasaan makan, yang biasa makan karbohidrat lebih sering makan protein,” ucap sang dokter. Ia juga menekankan agar pasien yang telah menjalani operasi bariatrik untuk tidak makan berlebih dan berhenti sebelum merasa terlalu kenyang.

 

Jadi bagaimana, tertarik mencoba operasi ini?