Doktrin Yahudi Berotot Mimpi Terburuk Sepak Bola

Doktrin Yahudi Berotot Mimpi Terburuk Sepak Bola

Max Simon Nordau awalnya ingin menjadikan Beitar Jerusalem perwujudan ideal Muskeljudentum alias Yahudi berotot, cita-citanya sejak lama. Namun mimpi si pendiri organisasi Zionis dunia itu berubah menjadi mimpi terburuk sepak bola. 

Ketika berbicara di Kongres Zionis Kedua pada 1898 di Basel, Nordau mengatakan banyak orang Yahudi menjadi korban anti-semitisme di Eropa karena kondisi fisik yang loyo. Dalam kata-kata Nordau, mereka “lemah” dan “banci”. 

Pria kelahiran Budapest, Hungaria, itu lantas tawarkan solusi untuk orang-orang Yahudi untuk bangkit dan melawan penindasan. 

Menurut Nordau, orang Yahudi terbiasa hidup suram di rumah tanpa matahari, dengan mata terbiasa berkedip ketakutan membayangkan penganiayaan.

“Dalam kesuraman rumah-rumah tanpa matahari, mata kami menjadi terbiasa berkedip gugup, karena takut akan penganiayaan terus-menerus, timbre suara kami padam berubah jadi bisikan cemas," ujar Nordau seperti dinukil dari israeled.org 

Nordau kemudian mendorong pembentukan gym dan klub atletik. Inisiatif ini terbukti ampuh. Hanya dalam beberapa tahun sejumlah orang Yahudi Eropa mengalami peningkatan prestasi dalam olahraga dan dunia intelektual. 

Seabad setelah Nordau berpidato di Basel, muncul basis suporter di Jerusalem yang jadi mimpi buruk sepak bola. 

Kemunculan Beitar Jerusalem

Beitar lahir dan jadi salah satu klub sepak bola cukup populer di Israel. Ketenaran klub ini setara dengan Maccabi Haifa, Maccabi Tel Aviv dan Hapoel Tel Aviv. 

Namun yang membedakan Beitar dengan klub Israel lainnya ialah identitas politik. Klub yang didirikan oleh dua pemuda Jerusalem, David Horn dan Shmuel Kirschstein pada 1936, awalnya hanya klub kecil yang menantang klub lokal lainnya. 

Yang jadi catatan menarik adalah latar belakang dua pendiri klub ini. David Horn tercatat sebagai pemimpin dari Gerakan Betar, gerak pemuda Zionis yang melawan Mandat Inggris (1920). 

Gerakan Betar dibawah Horn menjelma salah satu organisasi yang membantu imigrasi banyak orang Yahudi ke tanah Palestina sejak 1930an hingga 1940an. Pilihan ini membuat gerakan Betar dianggap pemberontak oleh otoritas Inggris. 

Kini basis penggemar klub Beitar diidentikkan dengan gerakan Revisionis Betar dan penerusnya, Partai Likud. Politisi partai Likud Benjamin Netanyahu adalah pendukung utama klub Beitar Jerusalem. 

Klub Beitar juga memiliki afiliasi dengan kelompok Irgun, kelompok paramiliter Zionis yang beroperasi pada periode 1931 hingga 1948. Afiliasi Beitar dengan Irgun bisa dilihat dari munculnya nama Haim Corfu. 

Siapa Haim Corfu? Ia adalah politikus Yahudi kelahiran Jerusalem pada 1921. Seperti Dilansir dari The Times of Israel, Corfu spernah bermain untuk Beitar sebelum jadi politikus.
Selain merumput di lapangan hijau, Corfu adalah ahli bahan peledak sekaligus anggota kelompok Irgun. Keahliannya dalam berurusan dengan bahan peledak membunuh dua petugas polisi investigasi Palestina asal Inggris, Ralph Cairns dan Ronald Barker. 

Pada 26 Agustus 1939, Cairns dan Barker terkena ranjau darat yang dipasang oleh kelompok Irgun di Rehavia, Jerusalem. Dari hasil investigasi pihak Inggris, ranjau yang mengandung 15 kilogram bahan peledak dan 5 kg potongan logam itu ditaruh atas perintah pemimpin Irgun, Hanoch Kalai dan Corfu yang bertugas membuatnya. 

Terbunuhnya dua polisi membuat otoritas Inggris menangkap anggota Irgun, termasuk para pemain klub Beitar. Beberapa orang yang ditangkap kemudian dikirim ke negara-negara di kawasan Afrika Timur, misalnya Sudan dan Kenya. Di tanah pengasingan ini sejumlah anggota Irgun kemudian mendirikan Beitar Eritrea FC. 

Pada 1947, Gubernur Inggris di Palestina, Sir Alan Cunningham melarang Beitar Jerusalem. Klub pun ganti nama menjadi Nordia Yerusalem. Nama ini terus digunakan sampai akhirnya Israel diakui sebagai negara pada Mei 1948. 

Sayangnya masa suram Beitar belum berhenti meski Israel kemudian diakui sejumlah pihak sebagai negara merdeka. Pada 1948, Beitar masih tertinggal di kancah sepak bola Israel. 

Sejumlah klub seperti Maccabi Tel Aviv ataupun klub yang berafiliasi dengan partai buruh Israel meraih banyak kesuksesan. Klub bernama Hapoel dan Maccabi berada di papan atas Liga Israel. 

Partai Likud Berkuasa, Beitar Berjaya

Pada 1970-an, Partai Likud menang pemilu Israel, mereka pun menguasai DPR-nya Israel, Knesset. Likud yang dipimpin oleh Menachem Begin berhasil mengulingkan kekuasaan kaum kiri Israel. 

Kemenangan partai Likud membawa angin perubahan bagi Beitar. Pada 1987, Beitar meraih gelar pertama di kompetisi Israel. Namun, pada 1991, tidak ada fajar baru untuk Beitar. Pada tahun itu, Beitar terdegradasi ke level kedua kompetisi Liga Israel. 

Pada 1990an, Beitar Jerusalem mampu meraih banyak gelar. Di luar lapangan doktrin Yahudi Berotot benar-benar diterapkan oleh supporter. "Para penggemar Beitar ini tidak lagi mirip dengan orang-orang Yahudi lama, mereka meniru strerotip para pemabuk, berandalan bertelanjang dada," tulis Samiran Mishra dalam artikelnya berjudul The Most Racist Club in The World. 

Gagasan Muskeljudentum milik Nardou diterapkan suporter Beitar dengan modus yang bermutasi dan menyimpang. Sebagian besar suporter Beitar garis keras diketahui keturunan Yahudi Mirzahi atau kelompok Yahudi yang leluhurnya berasal dari negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara. 

Mereka merasa punya pertautan dengan orang-orang Islam, namun tentu saja bukan hubungan yang baik. Walhasil, saat pemain Muslim asal Tajikistan Goram Ajoyev memberanikan diri untuk bermain untuk Beitar, suporter-suporter ini langsung bereaksi.

Goram adalah pemain Muslim pertama di Beitar. Pada 2004, datang lagi pemain Muslim lain dari Nigeria, yakni Ibrahim Ndala. 

Ndala hanya bermain lima laga bersama Beitar. Umpatan dan makian rasis dari suporter Beitar membuatnya angkat koper dari Beitar. 

"Itu pengalaman pahit buat saya. Mereka memperolok saya, 'Hai kau orang Arab, pulanglah'. Di Nigeria, saya tidak pernah mengalami perilaku seperti ini. Ini bukan persaingan politik atau etnis, tapi karena saya seorang Muslim saya tidak bermain untuk Beitar," jelas Ndala. 

Perdamaian Datangkan Kebencian

Pada 13 September 1993, Presiden Amerika Serikat Bill Clinton mendapat pujian dari banyak pihak karena mempertemukan pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Yasser Arafat dan PM Israel Yitzhak Rabin di Gedung Putih. 

Jabat tangan itu menandakan kesepakatan pihak Israel untuk menarik pasukan dari sejumlah wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza. Palestina pun memiliki hak untuk mengatur wilayah mereka sendiri. 

Perjanjian damai Israel-Palestina alias Perjanjian Oslo rupanya jadi kayu bakar bagi sejumlah faksi sayap kanan di Israel. Muncul perlawanan dari kelompok sayap kanan Israel seperti yang dilakukan oleh Baruch Goldstein, dokter keturunan Israel-Amerika yang membantai 29 orang Islam dan melukai 125 lainnya di dalam Masjid Ibrahim yang berlokasi di Hebron, Tepi Barat pada 1994. 

Satu tahun setelah peristiwa pembantaian yang dilakukan oleh Goldstein, Yitzhak Rabin temui ajal. Ia tewas dibunuh oleh Yigal Amir, seorang ekstremis sayap kanan Israel. 

Kelompok La Familia ini terus membuat propaganda anti-Arab/Muslim saat Beitar bertanding, baik laga tandang maupun kandang. Pada 1997, La Familia tunjukkan aksi beringas mereka saat Beitar melawan Hapoel Taibe, tim Arab pertama di Liga Israel. 

Bermain di markas lawan, pemain Hapoel Taibe harus menerima cacian rasis dan serangan dari La Familia selama 90 menit penuh pertandingan. 

Di era 200-an, aksi La Familia terus meningkat. Pada 2007, mereka membuat yel-yel berisi hinaan untuk Nabi Muhamad. Yel-yel ini mereka teriakkan saat Beitar melawan Bnei Sakhnin, klub Arab-Israel. 

Aksi ini membuat PSSI-nya Israel, IFA, menjatuhkan sanksi untuk Beitar. Klub terpaksa melakoni laga melawan Bnei tanpa kehadiran penonton.  

Sanksi ini dibalas oleh La Familia dengan aksi pembakaran kantor IFA dan meninggalkan grafiti berisi ancaman pembunuhan terhadap ketua IFA. 

"Semakin banyak fans diserang media, mereka akan semakin tunjukkan provokasi rasial mereka. Saya tidak yakin semua yang menyanyikan itu rasis. Namun itu yang terjadi di tribun," ucap David Frenkiel salah satu pendukung Beitar. 

Tidak semua pendukung Beitar saat ini merasa menyuarakan sentimen anti Arab/Muslim dan kebencian rasial lainnya. Kelompok yang gencar menyuarakan ini adalah La Familia yang memiliki tempat di tribun timur. 

Meski begitu, sampai detik ini Beitar masih dalam bayang-bayang sepak terjang La Familia yang rasis dan memiliki visi mewujudkan Yahudi Berotot.