Palugada Peran Donald Bebek dalam Sejarah Amerika
Saya yakin tak banyak yang tahu bahwa bulan ini adalah bulan istimewa bagi perusahaan animasi paling masyhur, Disney. 89 tahun silam, tepatnya pada Juni 1934, Donald Bebek, si pelaut yang doyan marah-marah muncul untuk pertama kalinya. Siapa yang menyangka tokoh yang kelak menjadi bintang Disney itu punya kontribusi besar dalam propaganda AS di masa Perang Dunia II?
Kisah ini bermula dari Juni 1934… Donald Bebek yang ngomongnya kumur-kumur dan suka ber-kwek kwek muncul dalam film The Wise Little Hen sebagai figuran.
Ia hanya tampil 7 menit—ya maklum, dia hanya pemeran figuran. Tapi penonton dibuat gemas dengan Donald.
Si paman Kwik, Kwek, Kwak ini kembali muncul di film The Orphan’s Benefit di tahun yang sama.
Pada 1935, Donald ikut nimbrung dalam acara The Band Concert, sebuah animasi Orkestra yang menampilkan William Tell Overture.
Mickey Mouse adalah tokoh utamanya, tapi rupanya, Donald si penjual es krim dalam acara tersebut justru menyita perhatian para penonton.
“Gue liat-liat lu tenar juga ya Don,” ujar Walt Disney. Si empu imperium animasi itu akhirnya memberikan panggung khusus untuk Donald Bebek.
3 tahun setelah debutnya, rilislah Film Don Donald dengan Donald sebagai bintangnya.
Tapi kan nggak seru ya kalau cuma ada Donald. Padahal Mickey punya Minnie. Jadilah Walt melahirkan karakter baru: Daisy Duck sebagai kekasihnya dan Kwik, Kwak, Kwek, sebagai keponakannya. Saat itu popularitas Donald Duck mengalahkan Mickey Mouse
Dalam rentang waktu 1937-1941, tokoh Donald sudah muncul lebih dari 50 film besutan Disney
Lalu apa yang terjadi kala Perang Dunia II meledak? Tentu saja Donald tetap hadir… sebagai aktor agenda politik AS.
Donald membintangi film propaganda pertamanya, Donald Gets Drafted (1942).
Dia diceritakan sedang dalam proses pemeriksaan fisik untuk menjadi tentara AS. Akhirnya ia difungsikan sebagai maskot untuk mempertahankan pantai AS dari para musuh
Menyusul Donald Gets Drafted, Disney kembali meluncurkan film propaganda berjudul De Fuehrer's Face pada 1943.
Donald diceritakan sebagai pekerja pabrik artileri Jerman. Dia mesti bekerja dengan jam kerja yang begitu panjang, jatah makan yang pas-pasan, dan terus-terusan harus memuja, “Heil Hitler!” setiap kali wajah Adolf Hitler melintas.
Untungnya, kejadian tadi hanya mimpi buruk. Sang bebek terbangun dengan hati lega. Ia bersyukur ia terlahir sebagai warga negara AS.
Film itu mendapat Academy Awards dengan kategori Film Animasi Pendek Terbaik (semua orang pura-pura kaget).
Setelah Perang Dunia II usai, film-film Donald Bebek ditampilkan dengan muatan pendidikan
Sang bebek tetap muncul di berbagai film animasi Disney. Namun film khusus menampilkan dirinya tak lagi diproduksi sampai Disney meninggal di tahun 1983.
Perang Animasi Blok Sekutu VS Blok Poros
Melalui upaya-upaya propaganda Disney, semangat patriotisme orang Amerika saat itu memang meningkat. Henry Morgenthau Jr, Menteri Keuangan AS saat itu meminta Disney untuk menayangkan animasi Donald Bebek yang berjudul The New Spirit. Film ini menceritakan bagaimana Donald Bebek membayar pajak secara sukarela. Hasilnya luar biasa: sekitar 37% warga negara AS jadi taat bayar pajak. Dan tentunya pajak tersebut digunakan untuk membiayai perang.
Tak mau kalah dari Amerika, Jerman juga punya propagandanya sendiri. Film animasi berjudul Der ewige Jude, berusaha menanamkan ideologi kebencian terhadap orang-orang Yahudi. Menyusul Jerman, Jepang selaku kolaborator juga ikut-ikutan bikin film animasi. Anime propaganda pertama mereka adalah Momotaro. Film yang didanai Angkatan Laut Jepang ini bercerita bagaimana Momotaro memimpin pasukan untuk membebaskan negara-negara Asia dari orang-orang Barat.
Melihat seabrek film propaganda itu, “rasis” adalah kata yang langsung terlintas di benak saya. Lihat saja bagaimana Jerman menggambarkan orang-orang Yahudi—dengan tampilan menyeramkan—bermata gelap, berambut hitam, dan berhidung besar bak nenek sihir. Namun Jerman bukan satu-satunya yang menggambarkan fisik musuh dalam konteks negatif. AS menggambarkan rasismenya pada orang-orang Asia dengan gigi bengkok berukuran jumbo dan mata sipit. Sementara, Jepang menggambarkan orang-orang kulit putih sebagai sosok berbadan lembek, bermata besar, berhidung panjang.
Hal menarik lainnya adalah penggunaan warna dalam animasi propaganda. Jerman kerap menggunakan warna-warna suram ketika menggambarkan karakter Yahudi, untuk memberikan konotasi negatif. Hal ini berbanding terbalik dengan Disney yang menggunakan warna-warna cerah di propaganda animasi mereka. Penggunaan warna cerah ini ditujukan untuk memberikan kesan positif bagi karakter pahlawan (AS), sedangkan karakter penjahat—tentu saja dari Blok Poros—digambarkan dengan warna-warna pucat.
Setelah PD II berakhir, nasib film-film propaganda ini beragam. Beberapa film propaganda Disney seperti De Fuehrer's Face sempat dilarang tayang, sementara film Momotaro sempat dihancurkan oleh Sekutu, tapi entah bagaimana akhirnya bisa diselamatkan dan didaur ulang.
Kalau Anda penasaran dengan film propaganda Perang Dunia II, tak perlu repot-repot ke sana kemari mencari file filmnya. Silahkan cari saja di YouTube~