Drama Korea Terbaik 2022 (Bagian 2)
Oleh: Candra Aditya
“Hah? Cowok kok nonton drama korea?” adalah kalimat yang tidak pernah saya lupakan. Seorang stranger yang saya lupa namanya match dengan saya di Bumble dan ketika saya menjawab pertanyaannya (“Lagi ngapain?”) dengan, “Lagi nonton drama korea,” dia menjawab dengan kalimat toxic itu. Tentu saja saya langsung unmatch orangnya.
Saya yakin, orang seperti dia bukan satu-satunya yang mikir bahwa drama korea hanya untuk perempuan. Lagian, sejak kapan tontonan punya gender? Kalau saja orang-orang ini mau membuka mata sedikit, mereka pasti akan tahu bahwa drama korea lebih dari sekedar pasangan heteroseksual jatuh cinta. Buktinya, lima drama korea yang ada di daftar ini hanya menggunakan romance sebagai garnish.
Oke, segitu aja prolognya. Berikut ini adalah top five drama korea tahun 2022 yang perlu kamu tonton:
#5 Reborn Rich
Dari dulu saya tidak pernah percaya kata orang. Ini bukannya saya merasa selera saya lebih bagus tapi saya lebih suka menilai sesuatu setelah saya merasakannya sendiri. Itulah sebabnya saya tidak pernah percaya review orang. Jadi ketika orang-orang di Twitter bilang Reborn Rich endingnya jelek (bahkan sampai ada yang komentar, “Ngapain nonton 15 episode awalnya kalau endingnya seperti ini?”), saya tidak menerima komentar tersebut bulat-bulat. Saya akan membuktikannya sendiri.
Dan ternyata statement tersebut salah besar.
Reborn Rich yang bercerita tentang seorang karyawan loyal sebuah perusahaan yang lahir kembali sebagai cucu konglomerat (bayangkan lahir kembali jadi cucunya Pak Hary Tanoe) tidak hanya memiliki ending yang oke tapi konklusinya sudah sesuai dengan aturan-aturan yang sudah di-establish kreatornya dari awal. Plot balas dendam yang legit, penampilan Song Joong-ki yang on point dan tentu saja tema “eat the rich” yang selalu #relevan membuat Reborn Rich susah untuk dihiraukan begitu saja.
Komplain saya hanya satu: kalau saja serial ini dibuat oleh Studio Dragon, pasti production value-nya bisa lebih gila-gilaan.
Reborn Rich bisa ditonton di Viu
#4 My Liberation Notes
Setidaknya sampai sekarang, saya tidak pernah menjadi pekerja kantoran. Saya belum pernah merasakan bagaimana sensasi ngantor dari pagi sampai sore kemudian pulang. Tapi saya paham sekali konsep kerja 9-to-5 ini. Dan saya paham juga kenapa My Liberation Notes begitu relatable bagi banyak orang.
Ada banyak aspek yang membuat drama korea ini sangat mudah untuk dicintai. Penontonnya diberi empat avatar yang sangat berbeda satu sama lain. Apakah kamu Yeon Gi-jeong (Lee El), kakak tertua yang bingung kemana mau memarkir hatinya? Apakah kamu Yeom Chang-hee (Lee Min-ki) yang selalu diremehkan semua orang? Apakah kamu Yeom Mi-jeong (Kim Ji-won) yang kesepian dan taken for granted oleh semua orang, termasuk keluargamu sendiri? Atau jangan-jangan kamu adalah Pak Gu (Son Suk-ku) yang menyimpan semua beban di pundak sendirian?
Dengan judul yang sensasional, My Liberation Notes justru tampil sangat santai dan chill. Dia tidak pernah tergesa-gesa dalam bercerita. Ia mengajak penonton untuk menjadi observer, bahkan kadang menjadi teman. Ambil minumanmu dan duduk bersama. Ceritakan keluh kesahmu. Mari kita bebas bersama-sama. Di akhir cerita, jangan terkejut kalau Anda menemukan sahabat-sahabat baru.
My Liberation Notes bisa ditonton di Netflix
#3 Little Women
“Kamu dulu waktu kecil miskin ya?” tanya seorang teman di kamar mandi.
“Kenapa?” jawab si perempuan, bingung. Bagaimana orang ini bisa tahu?
“Kamu nggak pernah komplain.”
Ini hanya cuplikan dari BANYAK SEKALI dialog Little Women yang saking on point-nya, saya harus menekan tombol pause untuk bisa teriak dulu. Serahkan kepada penulis Jung Seo-kyoung (yang menjadi partner Park Chan-wook menulis Decision To Leave) untuk mengubah kisah legendaris saudari-saudari miskin menjalani hidup menjadi social commentary tentang kapitalisme.
Beberapa hal yang Anda tahu tentang Little Women versi asli memang ada disini seperti misalnya saudari yang gemar dengan berkesenian. Tapi yang membuat drama korea ini sangat seru (dan layak mendapatkan spot di tiga besar) adalah bagaimana kreatornya meletakkan pakem-pakem yang familiar ke dalam labirin yang memabukkan. Bunga tulip langka sebagai pesan kematian? Organisasi orang kaya jahat? Uang miliaran dalam karung yang justru menjadi beban, literally? Little Women yang satu ini berdarah-darah dan mempunyai fashion sense yang gawat.
Tapi kejeniusan Little Women versi drama korea ini tidak berhenti pada plotnya saja. Sutradara Kim Hee-won (yang juga bertanggung jawab atas Vincenzo) melukis Little Women dengan palet yang sangat cantik. Production design-nya megah (tunggu sampai Anda diundang ke tempat rahasia penjahatnya) dan sinematografinya tidak kalah dengan film di bioskop. Tiap episode Little Women tidak pernah gagal untuk mengejutkan saya. Selalu ada kejutan di balik kecantikannya.
Little Women bisa ditonton di Netflix
#2 The Glory
Sejak pertama kali Song Hye-kyo muncul di layar (ia bertanggung jawab atas tangisan nenek dan tante saya dengan Autumn In My Heart atau Endless Love kalau pakai judul versi Indosiar), saya tahu saya akan cinta dengan dia. Dia mungkin satu-satunya aktor korea yang setiap dia main, saya selalu tonton, tidak peduli sejelek apa pun hasil akhirnya (I’m looking at you, Now, We Are Breaking Up). Saya bahagia sekali dengan The Glory karena akhirnya Song Hye-kyo mendapatkan kesempatan untuk beneran akting.
Kejeniusan The Glory terletak pada tawaran utamanya. Ia menawarkan sebuah katarsis yang memuaskan. Ia tahu bahwa membalas dendam kepada orang-orang seperti Park Yeon-jin (Lim Ji-yeon), seorang pem-bully jahat luar biasa yang kebetulan berasal dari keluarga kaya raya, tidak akan pernah terjadi di dunia nyata. Itulah sebabnya menyaksikan Moon Dong-eun (Song Hye-kyo) pelan-pelan melaksanakan misinya untuk membalas dendam kepada semua bully yang menghancurkan hidupnya memberikan katarsis yang tidak terkira.
Dari delapan episode yang dirilis, tak satu pun yang membosankan. Semuanya seru, semuanya serba memuaskan. Ada alasan kenapa sutradaranya sengaja menampilkan adegan bully yang sangat grafis. Cara ini memang kejam tapi visual tersebut sangat efektif untuk membuat saya sebagai penonton langsung on board dengan apapun yang karakter utamanya rencanakan. By the time saya sampai di episode delapan, saya tidak bisa menoleh lagi ke belakang.
Bagian buruknya, kisah ini belum berakhir. Bagian terbaiknya, hanya tinggal dua bulan lagi sampai akhirnya penonton tahu apakah rencana Moon Dong-eun berjalan dengan baik atau tidak.
The Glory bisa ditonton di Netflix
#1 Our Blues
Ketika Our Blues selesai, saya yakin bahwa tidak ada drama korea lain yang bisa menandingi drama korea ini tahun lalu. Dan saya benar.
Our Blues bukan drama korea biasa. Ini adalah sekumpulan film panjang yang kebetulan dipersembahkan secara episodic. Penulis Noh Hee-kyung (yang bertanggung jawab atas That Winter, The Wind Blows, It’s Okay, That’s Love dan personal favorite Worlds Within) memilih jalan yang tidak biasa untuk menceritakan hidup karakter-karakternya dalam Our Blues. Daripada bercerita seperti kebanyakan drama korea lain, ia memilih jalur anthology dimana setiap episodenya kita diajak untuk fokus dengan satu spesifik couple.
Keputusan kreatif ini akhirnya menghasilkan sebuah mosaic yang sangat ecclectic. Apa yang tidak dimiliki oleh Our Blues? Semua kisah ada disini. Kisah tentang cinta lama bersemi kembali? Ada. Warna-warninya cinta sepasang muda-mudi? Ada. Dramatisnya dinamika hubungan antar mantan-teman? Ada. Betapa kompleksnya hubungan anak dan orang tua? Ada dan lebih.
Dimainkan dengan bintang-bintang supernova korea, Our Blues adalah hadiah bagi siapapun yang mencintai good story. Siapkan hati Anda saat menonton drama korea ini karena ia tidak akan sungkan-sungkan untuk mencabik hati Anda.
Our Blues bisa ditonton di Netflix