Eco Wedding: Menikah Versi Ekonomis dan Ramah Lingkungan

Eco Wedding: Menikah Versi Ekonomis dan Ramah Lingkungan

Tren ramah lingkungan semakin digemari. Orang mulai memikirkan mengadakan acara yang ramah lingkungan termasuk pernikahan. Kini, banyak orang mengadakan pesta pernikahan dengan meminimalisir sampah. Mereka menyebutnya eco wedding.

Merayakan Pernikahan dengan Minim Sampah
Walau cuma satu hari, resepsi pernikahan seringkali berkontribusi dalam penumpukkan sampah. Paling tidak, dalam setiap acara pernikahan konvensional, setidaknya sampah-sampah yang dihasilkan sebanyak:


Sumber Sampah
Total Sampah
Sisa makanan
35%
Dekorasi
35%
Souvenir
15%
Undangan
15%


Ditambah juga ada jejak karbon dari transportasi yang digunakan oleh tamu undangan.

Untuk kalkulasi total sampahnya, satu acara pernikahan bisa menyumbang 400 pon sampah dan 63 ton karbon dioksida. kalau saja dalam satu hari terdapat 4 orang yang menikah, maka dalam satu tahun terdapat 1 miliar ton sampah yang dihasilkan hanya dari resepsi pernikahan.

Faktor yang menyebabkan sampah beragam. Misalnya, para tamu seringkali meninggalkan sisa makanan dengan alasan takut disangka rakus. Ada pula faktor dari penyelenggara resepsi sendiri, misalnya limbah kain. Resepsi pernikahan tak lepas dari tren seragam yang cuma sekali pakai. Tentunya ini bikin sampah kain semakin bertambah. Sementara, jika hal ini bisa diminimalisir, hasilnya bisa signifikan. Buktinya, pada masa Covid-19, kala orang-orang tak bisa merayakan resepsi, penurunan karbon dan sampah dari pesta pernikahan mencapai 93%.

Untuk mengimplementasikan pernikahan ramah lingkungan, kini sudah ada eco wedding. Selain ramah lingkungan, dampak positif lainnya, biaya eco wedding lebih murah ketimbang resepsi konvensional. Penyebabnya karena ada beberapa hal—seperti seragam resepsi—yang sudah tak dimasukkan ke dalam agenda perkawinan. Ditambah pula, konsep eco wedding cenderung memiliki tamu yang lebih sedikit agar lebih intim.

Berapa Perbandingan Pernikahan Konvensional dengan Eco Wedding?

Biaya pernikahan memang dibuat membengkak karena printilan-printilannya. Printilan paling banyak dan paling ruwet biasanya terdapat pada dekorasi. Paket dekorasi pernikahan rata-rata berkisar Rp 25 juta. Belum lagi aspek lainnya layaknya kartu undangan. Mari kita coba hitung-hitungan perbandingan pernikahan konvensional dengan eco wedding. Yaaaa, kira-kira jumlah tamu undangannya 200 orang setara dengan pernikahan medium.


Pernikahan Konvensional
Eco Wedding
Pakaian pengiring pengantin: 5 juta
-
Katering: 40 ribu/pak
Katering: 40 ribu/pak
Cetak undangan: 1 ribu/undangan
Harga undangan digital: 100 ribu
Hand bouquet: 450 ribu - 3 jutaan
Bunga kering/dried flowers untuk pengganti hand bouquet: 135 ribu
Dekorasi bunga sekitar 600 tangkai bunga: 2,5 juta
Bunga artifisial sekitar 600 tangkai bunga: 2 juta
Paket lightning: 5 juta
Paket lightning: 5 juta
Beli gaun pengantin (level standar): 15 juta
Sewa gaun pengantin (level standar): 1,5 juta
Souvenir perkawinan: 5 ribu/potong
Souvenir perkawinan ramah lingkungan (contohnya bibit tanaman): 2,5 ribu/pcs


Mari simulasikan data di atas dalam sebuah pernikahan. Bunga dan Edo hendak menikah. Jika keduanya menikah dengan pernikahan konvensional, mereka akan menghabiskan dana sekitar Rp 29,7 juta untuk 200 tamu undangan. Itu belum termasuk seluruh dekorasi seperti sewa panggung pelaminan dsb.

Sementara, bila mereka memilih eco wedding, dana yang dihabiskan dengan jumlah tamu undangan yang sama sekitar Rp 15,1 juta. Tentunya belum termasuk seluruh dekorasi juga seperti panggung pelaminan. Tapi dapat dilihat bahwa eco wedding hanya memerlukan setengah biaya dari biaya pernikahan konvensional.

Hal-hal itu disebabkan oleh beberapa hal yang tak digunakan dalam eco wedding. Penggunaan kertas dalam berbagai aspek (pencatatan tamu undangan, undangan pernikahan, sampai bungkus souvenir), penggunaan bunga-bunga segar yang lantas tak terpakai, dan sampah makanan adalah hal yang paling mencolok. 

Perihal makanan, wedding organizer yang menawarkan eco wedding akan memilih makanan dengan cermat, misalnya menyuguhkan makanan lokal dengan bahan-bahan dari petani lokal, mengusung aspek nabati, menawarkan minuman dengan sistem isi ulang. 

Soal dekorasi, eco wedding cenderung menggunakan hiasan yang artifisial. Konsep eco wedding menghindari pembelian dan lebih menekankan pada sewa, sehingga barang yang sudah digunakan dapat digunakan lagi. Untuk pencahayaan, lampu yang digunakan biasanya mengandalkan tenaga surya. 

Nah, kalau mau konsep pernikahan yang lebih ramah lingkungan lagi, ada pula yang memperhatikan aspek seperti cincin kawin dengan ethical ring. Ethical ring yakni proses pembuatan cincinnya minim perusakan lingkungan dan memperhatikan hak-hak pekerjanya.

Eco wedding sebenarnya menjadi satu bukti keseriusan masyarakat untuk menjaga lingkungan. Sebuah gebrakan yang cukup inovatif dan juga ekonomis di kantong anak muda—yang katanya susah punya rumah, apalagi memikirkan pernikahan. JIka ada yang ingin lebih ekonomis dan ramah lingkungan, nikah saja di KUA. Cuma bayar Rp 600 ribu untuk weekend, dan gratis untuk hari kerja.