Fenomena Agensi Entertainment Di Korea Yang Semakin Sulit Mendapatkan Trainee

Subtitle: Minat anak muda tinggi, tapi agensi malah sulit rekrut trainee baru [emoji mikir].
Masih ingatkan lagu Gangnam Style pernah mengguncang industri musik di seluruh dunia? Atau lagu Nobody-nya Wonder Girls yang pernah viral dengan tarian khasnya? Tren itu telah berlalu lebih dari sepuluh tahun lamanya. Mereka pula yang berjasa paling besar dalam menyemenkan kekuatan K-Pop di tingkat global sampai sekarang. 
Tengok data penjualan fisik album K-pop. Dalam waktu satu dekade (2011-2021), penjualan album fisik K-Pop meningkat begitu pesat. Kenaikan terbesar terjadi di tahun 2016-2017, lalu mencapai puncaknya di tahun 2021 sebesar 53,73 juta album. Jumlah ini sekaligus menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah.

Anak-anak muda ini tak hanya tertarik menjadi konsumen K-Pop, tapi mereka juga ingin menjadi idol. Namun tingginya minat bukan berarti agensi K-Pop punya banyak trainee. Yang terjadi justru kebalikannya. Dilansir dari platform berita Daum, seorang staf dan eksekutif sebuah agensi hiburan yang tak mau disebut namanya mengeluhkan soal susahnya mencari trainee. Menurutnya, ada banyak hal yang membuat banyak anak muda yang ingin menjadi idol enggan bergabung dengan agensi. 
Dulunya untuk menjadi idol, muda-mudi ini harus melatih kemampuan menari, menyanyi, atau bahkan kemampuan memainkan alat musik mereka. Setelah itu mereka harus mengikuti audisi. Setelah lolos, mereka menandatangani kontrak untuk mengikat status mereka sebagai trainee di agensi tersebut. Agensi akan menimpa mereka dengan pelatihan vokal, menari, rap, akting, kemampuan bicara depan publik, dan modelling. Setiap bulannya, mereka akan dinilai performanya oleh para pelatih. 
Durasi pelatihan bisa berbeda-beda. Ada beberapa idol yang beruntung yang hanya mengikuti masa pelatihan beberapa bulan. Namun ada pula yang berlatih selama bertahun-tahun sebelum akhirnya berhasil debut. Salah satunya Jennie BLACKPINK yang berlatih selama tujuh tahun sebelum debut di tahun 2016.


Potret Jennie BLACKPINK saat diperkenalkan pertama kali ke publik pada tahun 2013 di Youtube YG Entertainment.
Latihan yang lama tidak menjamin debut. Teman seperjuangan Jennie di YG Entertainment, Miyeon, Jinny Park dan Hannah misalnya. Sama-sama menjalani waktu trainee yang panjang di agensi tersebut, tetapi pada akhirnya mereka tidak dapat debut bersama. 

Foto personil Pink Punk (sebelum BLACKPINK). Dari kiri: Hannah (solois), Jennie, Miyeon ((G)I-DLE), Rose, Lisa, Jinny (SECRET NUMBER), Jisoo.
Jinny Park keluar lebih awal dan memilih berjuang dengan mengikuti Survival Show ‘Produce 48’ di tahun 2018 sebagai trainee independen. Sayangnya, perjuangannya gagal untuk masuk ke jajaran lineup debut pada acara tersebut. Kemudian Jinny bergabung dengan Vine Entertainment dan debut bersama SECRET NUMBER tahun 2020. 
Miyeon keluar dari agensi setelah Jinny, lalu pindah ke CUBE Entertainment dan debut bersama (G)I-DLE tahun 2018. Sedangkan Hannah memilih untuk meniti karir sebagai solois dan debut di tahun 2020.
Apakah semua itu sangat melelahkan? Tentu. Tapi itu faktanya.
Inilah alasan mengapa banyak remaja di Korea yang frustasi dengan segala bentuk tuntutan yang harus mereka jalani, termasuk menjadi idola K-Pop.Seorang Youtuber sekaligus ex-trainee K-Pop idol asal Inggris, Euodias, mengungkapkan kelegaannya saat berhasil keluar dari pelatihan panjang di Korea. Ungkapannya dituangkan pada sebuah artikel di BBC, di mana perjalannya sepanjang dua tahun di sana telah mengubah cara pandang dan mentalnya secara keseluruhan.
Tuntutan untuk menjadi ‘sempurna terlihat sangat jelas, terutama bagi mereka yang memiliki tinggi badan di bawah rata-rata ataupun berat badan melebihi standar agensi. Belum lagi saat mereka harus dihadapkan dengan kondisi persaingan super ketat dan harus menyiapkan penampilan terbaik setiap bulan untuk dievaluasi. Jika nilainya tidak mencapai harapan, langsung dikeluarkan!
Euodias juga mengatakan bahwa ‘karakter bentukan agensi’ itu benar adanya. Ia diminta untuk mengubah kepribadiannya jika berhasil debut nanti. Dari sifat aslinya yang ceria dan berisik, seketika harus diubah menjadi pendiam dan polos. Tidak bisa dibayangkan jika harus berakting dengan kepribadian yang sangat berbeda selama bertahun-tahun lamanya.
Beratnya masa pelatihan dan tuntutan besar tadi yang membuat anak-anak muda lebih memilih lari ke media sosial untuk unjuk bakat. Mereka melakukan self-branding seperti mengunggah video menari, menyanyi, rapping bahkan menjadi model di media sosial. Cara ini bisa menjadi ‘jalan pintas’ untuk memotong masa pelatihan di agensi agar lebih cepat untuk debut menjadi seorang artis. 
Melalui wawancara bersama Eric Nam, anggota termuda (maknae) grup WEi, Junseo, mengaku bahwa awalnya direkrut oleh salah satu agensi dari Instagram pribadinya lalu ditawari untuk menjadi trainee. Sejak itulah, ia mulai serius menjalankan pelatihan menjadi idola. Ia kemudian mencoba peruntungan dengan mengikuti audisi untuk survival show ‘Under Nineteen’ dan berhasil debut dalam grup ‘1THE9’ di tahun 2019 di bawah agensi MBK Entertainment. Sayangnya, grup tersebut dikabarkan bubar pada tahun 2020. Tapi hanya dalam hitungan hari ia menandatangani kontrak eksklusif dengan OUI Entertainment dan masuk ke dalam lineup debut grup ‘WEi’.
Selain lewat jalur medsos, ada juga yang debut lewat jalur kelas menari atau menyanyi non agensi atau bahkan akademi pelatihan bakat. Salah satu studio menari yang terkenal adalah 1MILLION. Salah satu idola jebolan jalur ini adalah Dita SECRET NUMBER, idola asli asal Indonesia.
Link youtube: Gimme On Up - Ariana Grande ft. Nicki Minaj / Mina Myoung Choreography
Masih dari Daum, seorang CEO dari sebuah agensi hiburan di Korea (nama disamarkan) mengakui bahwa perusahaan mulai mengubah cara merekrut trainee baru-baru ini. Bukan lagi dengan melakukan pelatihan selama bertahun-tahun, tetapi dengan menerapkan sistem uji coba atau probation sekitar 3 bulan. Hal ini diharapkan dapat memudahkan agensi mencari bakat-bakat baru yang sejalan dengan visi dan misi perusahaan.
Pihak recruiter dari agensi berbeda juga menjelaskan perubahan cara mereka dalam mencari trainee baru. Ia mengatakan bahwa mereka sekarang lebih fokus melakukan audisi di luar Korea yang masih mau mengikuti ‘cara lama’. Menurutnya, remaja-remaja dari negara lain lebih mudah dibujuk dengan segudang janji manis agensi. Padahal kenyataannya jalan menuju idola K-Pop sangatlah berat. Setelah debut pun masih harus berjuang gila-gilaan untuk mendapat atensi dari masyarakat luas.
Memang, pada akhirnya ada banyak jalan menuju Roma. Semakin mengglobalnya K-pop membuat orang-orang dari berbagai belahan dunia bisa menjadi idola. Sayang, ini bukan garansi mereka bisa menjadi idola, apalagi idola setenar BLACKPINK dan BTS.