Gelombang Wibu setelah Pandemi

Gelombang Wibu setelah Pandemi

TL;DR
Wibu semakin populer selama pandemi, terlihat dari lonjakan konsumsi anime dan lagu Jepang. Industri anime global mencapai nilai pasar 29,11 miliar dolar AS pada 2022.
Layanan streaming dan teknologi, seperti YouTube dan Netflix, berperan besar dalam meningkatkan minat terhadap anime. Kemajuan teknologi, seperti kecerdasan buatan dan virtual reality, memperluas distribusi konten anime.
Citra wibu di Indonesia berubah positif, didukung oleh tokoh publik termasuk capres dan cawapres yang menunjukkan minat pada anime, memperbaiki persepsi terhadap komunitas wibu.


Ngerasa nggak, belakangan ini ada teman kalian yang tiba-tiba mengunggah foto memakai jaket Survey Corps dari anime Attack on Titan (AoT) atau membagikan lagu nowplaying Shinzo wo Sasageyo! padahal sebelumnya mereka nggak ada aktivitas terkait anime? Bukan cuma mereka, demi memikat para wibu, pasangan capres-cawapres juga ada yang memakai atribut pakaian karakter anime. Mulai dari jaket AoT hingga kostum a la Naruto.

Eksistensi wibu memang sedang merambah popularitasnya,  khususnya selama pandemi Covid-19. Ini terbukti dengan popularitas animasi Jepang atau anime yang terus meningkat. Association of Japanese Animations menyebut sebelum pandemi, tahun 2009-2019, total nilai pasar industri anime meningkat dua kali lipat menjadi 22,1 miliar dolar AS.

Kemudian saat lockdown tahun 2020, industri anime hanya mengalami kontraksi ekonomi 3,5 persen dengan nilai pasar sekitar 21,3 miliar dolar AS. Angka tersebut jauh dibandingkan total penjualan box office AS turun 80 persen dan pasar teater Jepang merosot 45 persen. 

Tahun berikutnya, Statista menyebut pendapatan gabungan pasar domestik dan pasar luar negeri industri anime mencapai rekor 2,74 triliun yen. Seraya dengan itu, Polaris Market Research mengungkapkan pasar anime global bernilai 29,11 miliar dolar AS pada tahun 2022. Angka tersebut akan terus tumbuh dengan compounded annual growth rate (CAGR) sebesar 9,5 persen selama periode tahun 2023-2032. 

Selama dan setelah pandemi, Grand View Research mengungkapkan layanan streaming seperti YouTube dan Netflix melihat adanya jumlah peningkatan pengguna untuk menonton anime dan film. Pada tahun 2022, Pierrot Co., Ltd. meluncurkan saluran YouTube-nya yang menayangkan judul anime klasik untuk jangka waktu terbutas. 

Selain itu, kemajuan teknologi juga berpengaruh. Kecerdasan buatan (AI), Virtual Reality (VR), Augmented (AR), dan Internet of Things (IoT) dapat mendorong pertumbuhan pasar. Pada Mei tahun 2021, HTC Vive bermitra dengan studio animasi Jepang, Bandai Namco Pictures untuk menghadirkan lebih banyak konten anime ke VR. Kemajuan teknologi juga dibarengi dengan luasnya cakupan distribusi konten anime, seperti melalui televisi, komik, platform streaming Over the Top (OTT), game, dan media sosial. 

Semua data yang disebutkan, menjadi kabar baik bagi para wibu yang sering dicap negatif. Banyak orang yang mengaitkannya dengan “bau bawang,” “bau ketek,” “aneh,” “freak,” “dan sebutan-sebutan menohok lainnya. Sebagai pencinta anime, saya nggak jarang disebut demikian walaupun dalam konteks bercanda. 

Dalam KBBI, wibu adalah orang yang terobsesi dengan budaya dan gaya hidup orang Jepang. Selaras dengan itu, Dictionary, wibu yang diambil dari kata Weeaboo merupakan istilah yang ditujukan oleh masyarakat Barat yang terobsesi dengan budaya Jepang, khususnya anime. Bahkan, mereka juga sering menempatkan budaya Jepang lebih superior dibandingkan budaya lain. 

Sementara menurut Minge dalam bukunya berjudul Costuming Cosplay: Dressing the Imagination, weebs merupakan istilah yang berasal dari wapanese, singkatan dari wannabe Japanese atau ingin menjadi orang Jepang.

Sebutan ini dipandang sebagai sebutan menghina. Beberapa situs internet mengubahnya menjadi weeaboo untuk meminimalisir penilaian negatif. 

Di Indonesia, wibu dikaitkan dengan makna negatif karena perilakunya yang nyentrik dan khas. Misalnya, gaya pakaian yang dimiripkan dengan karakter favorit mereka hingga berbicara seperti karakter favorit mereka. 

Namun, seiring berjalannya waktu, citra wibu tampaknya semakin menarik perhatian masyarakat khususnya setelah pandemi. Popularitas anime dan lagu Jepang perlahan mulai digemari. Bisnis anime menghasilkan cuan besar pada tahun 2020. Demon Slayer the Movie: Mugen Train menghasilkan 365 juta dolar AS di Jepang dan 504 juta dolar AS di seluruh dunia. 

Pada tahun 2021 film anime Jujutsu Kaisen 0, prekuel dari serial Jujutsu Kaisen (JJK), menghasilkan total 187 dolar AS di seluruh dunia. Belum lagi manga Spy x Family (SXF) terjual sebanyak 25 juta eksemplar dan banyak memenangkan penghargaan. Popularitas JJK dan SXF menjadi tontonan awal bagi mereka yang mulai menyelami dunia anime.

Sama halnya dengan anime, lagu Jepang ikut populer. Menurut Laporan Musik Global The International Federation of the Phonographic Industry (IFPI) 2023, Jepang merupakan pasar musik terbesar kedua di dunia setelah AS. Recording Industry Association of Japan (RIAJ) mengungkapkan produksi musik rekaman dan nilai penjualan musik digital Jepang pada tahun 2022 mencapai 307 miliar yen.
Angka tersebut meningkat sembilan persen dari tahun sebelumnya dan melebihi 300 miliar yen untuk pertama kalinya dalam empat tahun. Peningkatan ini disebabkan oleh pertumbuhan penjualan di sektor musik digital yang mengalami peningkatan sebesar 17 persen dibandingkan tahun 2021, yaitu sebesar 105 miliar yen. Ini tidak terlepas dari Covid-19 yang memicu perubahan pengalaman dan pembelian musik di Jepang menuju format digital dan tren yang meningkat. 
Salah satu lagu Jepang yang sempat viral adalah Yoru ni Kakeru yang dipopulerkan oleh YOASOBI. Di tahun 2023, lagu Idol dari YOASOBI juga mencetak rekor posisi pertama di tangga lagu Billboard exclude US.
Popularitas anime dan lagu Jepang tampaknya sampai tercium oleh penyelenggara acara di Indonesia. Sebab, tahun 2023 penuh dengan event dan konser musisi Jepang.

Beberapa acara di tahun 2023 yang berkesan adalah Impactnation yang mendatangkan Flow, band Jepang pengisi soundtrack anime Naruto. Kemudian di pertengahan tahun 2023, dua band Jepang yang pertama kali datang ke Indonesia, yaitu RADWIMPS dan Asia Kung-Fu Generation. Ini merupakan kabar baik bagi pecinta anime, khususnya penggemar karya Makoto Shinkai (Kimi No Nawa, Weathering With You, dan Suzume) dan Naruto. 

Selain konser, orkestra bertema anime juga diselenggarakan. Konser yang bertajuk Anime Symphony oleh Jakarta Concert Orchestra mendapat sambutan sangat baik. Bahkan, Februari nanti akan diselenggarakan konser kedua dan tiketnya sudah terjual habis.

Ketenaran wibu tampaknya tak luput oleh pasangan capres-cawapres kali ini. Demi mendapat suara wibu, gaya berkampanye mereka tak ketinggalan tren. Pertengahan tahun lalu, capres nomor urut satu, Anies Baswedan mengunggah foto sedang menonton anime One Piece bersama keluarganya. Unggahan tersebut sontak memancing perhatian para Nakama (sebutan penggemar One Piece), khususnya saat adegan Gear 5 Luffy ditayangkan. 

Hasil capernya berbuah manis. Beberapa bulan berikutnya, pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN) mendapat dukungan dari Nakama dalam Pemilu 2024. Para Nakama mengawal AMIN saat mendaftar Pilpres ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Nggak berhenti di situ, Anies juga menyasar penggemar AoT. Saat kampanye di Lampung Selatan beberapa waktu lalu, Anies tampak memakai jaket AoT dan berpose sasageyo. Pose ini juga terlihat saat debat ketiga capres.

Nggak mau kalah, cawapres nomor urut dua, Gibran Rakabuming mencuri perhatian wibu dengan memakai jaket dengan logo yang mirip dengan lambang klan Uzumaki. Klan ini merupakan asal dari Uzumaki Naruto, karakter utama dalam serial Naruto.

Kondisi saat wibu sedang sorot sangat berbeda saat saya masih duduk di bangku sekolah. Informasi soal event sulit didapat dan acara yang diselenggarakan tidak menjamur seperti sekarang. 

Walaupun banyak orang yang memang suka, sekadar FOMO, atau memanfaatkan momen  colek pasangan capres-cawapres, bagi saya pecinta anime dan pendengar lagu Jepang, situasi ini ternyata membawa dampak baik. Selain bisa sering mengunjungi acara Jejepangan, saya merasa lebih terbuka untuk berbagi konten-konten soal Jepang. Bahkan, nggak jarang konten itu mendapat reaksi baik. Saat saya mengunggah ulasan soal anime, ada beberapa teman yang menanyakan platform legal menonton anime. Ada juga yang meminta langsung rekomendasi anime atau mengajak ke event bareng. 

Intinya, saya merasa lebih nyaman saat mengunggah berbagai hal yang berbau Jepang. Hal yang seharusnya saya bisa rasakan dulu baru terealisasikan sekarang. Harapan saya, semoga pasar Jepang terus berkembang agar masyarakat nggak cuma tahu boyband K-pop atau drama korea.