Gerobak Mengangkat Peradaban Manusia

Gerobak Mengangkut Peradaban Manusia

Saya punya tukang sayur langganan. Namanya Trisno. Setiap pukul 8 pagi ia dan gerobak sayurnya selalu nongkrong di depan rumah. Ia akan berteriak “sayur..sayur” sampai saya atau istri saya keluar rumah. Kalau sekitar 15 menit kami tak keluar, ia akan pergi. 

Tapi, jika itu terjadi, di siang hari istri saya akan dapat pesan WhatsApp darinya begini: “Bu, besok saya datang lagi, saya tunggu di depan, pesan sayur apa?”

Agaknya pesan itu tak khusus dikirim untuk istri saya, tapi kepada seluruh pelanggannya. 
Mungkin jumlahnya puluhan atau ratusan. Saya dan istri tak pernah menanyakan hal itu kepadanya. Yang pasti, teknologi telah terbukti membantu Trisno mempromosikan dagangannya. Kami pun senang dengan keramahan Trisno menyapa pelangannya. 

Cukup sampai di sini Anda kenalan dengan Trisno. Nanti saya lanjut di lain waktu, tapi tak janji. Sekarang, saya akan berkisah tentang sejarah gerobak. 

Dan kisah ini, dimulai pada milenium ketiga sebelum masehi.


No
Milestone
Teks
Gambar
Sumber
1.
Roda Kayu Mulai Berputar
(3400-2100 SM)
Orang Eropa mulai menggunakan kendaraan beroda kayu. Di Danube dan Hungaria, orang-orang menggunakan gerobak kayu beroda empat. Bukti tertua pada peradaban pertanian pertama di Eropa, Funnel Beaker di Jerman, sekitar 3400 SM. 
(ilustrasi gerobak kayu aja, soalnya gue gak nemu gambarnya)
https://www.thoughtco.com/wheeled-vehicles-history-practical-human-use-171870


Masyarakat Stepa zaman perunggu awal menggunakan gerobak beroda empat untuk pemakaman. Gerobak ini turut dikubur bersama jenazah. Pada 2014, arkeolog Natalia Shislina berhasil memulihkan gerobak beroda empat dari situs pemakaman di Katakombe Manych Timur, Rusia. 
(sama ilustrasi gerobak aja)


Pada masa yang sama, di Mesopotamia orang Uruk (Iraq) juga pakai gerobak roda empat. 
(sama, ilustrasi gerobak kayu aja)


Ya, ampun, ternyata orang Mesir juga. Rakyat Fir’aun yang agung menggunakan gerobak beroda dua dan empat. Gerobak beroda dua ditarik kuda untuk tunggangan perang. Gerobak beroda empat ditarik lembu untuk berdagang atau mengangkut hasil panen. 

https://journals.uair.arizona.edu/index.php/jaei/article/view/19145/18795


Di Mesir, gerobak beroda empat kadang untuk pemakaman juga. Sama seperti di masyarakat Stepa, gerobak turut dikubur bersama jenazah. 

2.
Gerobak Dorong dari Cina

(100 M-231 M)
Bukti tertua gerobak dorong di Cina berasal dari ilustrasi bertanggal 118 M atau pada masa Dinasti Han. Gerobak dorong ini beroda satu di bagian depan. 

https://www.thoughtco.com/the-invention-of-the-wheelbarrow-195264


Ilustrasi itu adalah lukisan dinding di sebuah makam dekat Chengdu, di Provinsi Sichuan. Menunjukkan seorang pria menggunakan gerobak dorong. 


Ilustrasi serupa ditemukan juga di makam lain, di Provinsi Sichuan bertanggal 147 M.


Zhuge Liang, perdana menteri Dinasti Shu Han, menemukan bentuk baru gerobak dorong pada 231 M. 


Gerobak ini beroda satu di tengah dan ditarik sapi. Fungsinya untuk membawa makanan dan amunisi ke garis depan peperangan. Saat itu 


3.
Angkong dari Jepang Menjajah Asia

(Abad ke-19 M)
Angkong atau becak gerobak roda dua bertenaga manusia, diciptakan di Jepang pada 1989 atau setahun setelah Restorasi Meiji. 

https://nationalgeographic.grid.id/read/132738106/angkong-gerobak-roda-dua-yang-menjadi-transportasi-primadona-asia?page=all


Pada  1872, jumlah angkong di jalanan Tokyo mencapai 40.000 unit. Sementara di pada 1875, keberadaannya mampu mencapai 100.000 unit.

Angkong masuk ke Shanghai dan Hong Kong pada 1874. 


Inggris memperkenalkan angkong ke India pada 1880 di Kota Shimla. Namun, orang Tionghoa yang mempopulerkannya di Kalkuta pada 1914. 


Angkong masuk ke Asia Tenggara pada masa pendudukan Jepang di awal abad ke-20. Termasuk ke Indonesia. Pada 1946, tanpa alasan jelas angkong dilarang di Indonesia. 


Gerobak sebagai alat transportasi manusia masih digunakan sampai sekarang. Di Jepang dan di banyak wilayah Asia lain masih ada angkok. Di Indonesia masih ada bendi dan dokar. Setelah berabad-abad mengangkut barang dan mempermudah kehidupan manusia, gerobak memang sulit ditinggalkan. Setidaknya sebagai alat niaga, seperti yang digunakan Trisno. 

Bahkan, bagi sebagian orang, gerobak adalah tempat tinggal. Mereka adalah manusia gerobak, persis seperti yang belakangan makin sering kita temui di jalanan Jakarta. Terpinggirkan di tengah laju kota yang kencang. Memasrahkan nasibnya pada sebuah gerobak yang mengangkut hidup mereka.