Halo, namaku Docmart.
Aku kayak slogan Slank zaman dulu: berdiri di atas semua golongan.
Bayangin, aku dipaksa nonton konser hujan-hujanan. Rasanya mau nangis :(.
Sebagian besar keluargaku emang punya tingkat ketahanan air yang tinggi. Jadi, kalau cuma becek waktu nonton konser, aku mungkin masih bisa tahan. Tapi, melihat kepribadian orang-orang yang memakaiku, aku khawatir aku akan diajak masuk sungai. Soalnya, kayaknya orang-orang tadi pecinta senja, peminum kopi dan suka naik gunung deh.
Kalau aku diajak naik gunung, dan masuk sungai, kulitku bisa rusak, huhu.
BTW, buat perkenalan, aku bisa dipanggil Dr. Martens, Doc atau DM. Buat yang belum tahu, aku adalah sepatu boots. Umurku lumayan tua, seumuran lah sama bangsa Indonesia.
Kuharap kamu mau membaca ceritaku sampai selesai.
Aku diciptakan oleh seseorang bernama Klaus Maertens. Dia itu dokter tentara Nazi-Jerman yang ikut perang dunia ke kedua. Pas lagi cuti, dia kecelakaan: kakinya patah pas lagi main ski. Hufft.
Itulah makanya sebagai dokter Nazi, jangan sok-sokan lah main ski segala wkwkw (bikin meme dong yang ini)
Pas lagi masa penyembuhan, dia merasa gak nyaman pakai sepatu bot tentara Jerman. Ya iyalah, udahlah kaki patah, pake sepatu Nazi pula. Dalam kondisi itu, dia mikir, ‘kayaknya gue mau bikin sepatu yang cocok sama kaki gue aja deh’.
Sengsara membawa nikmat, kalo kata orang Padang. Masih di fase penyembuhan, dia mulai merancang sepatu yang dia bikin. Dia mulai otak-atiklah sepatu boots Jerman itu. Tapi ya belum yang gimana-gimana, tapi setidaknya udah bikin nyaman kakinya lah.
Perang dunia selesai, Jerman chaos. Terjadi penjarahan di mana-mana. Maertens ikut-ikutan menjarah kulit sepatu. Abis itu kulit jarahan itu dia bikin sepatu. Dia mulai bikin sepatu dan menjualnya. Sayangnya gak laku.
Dalam kondisi setengah patah arang, dia dapat ide cemerlang: bikin sepatu yang solnya berisi udara supaya sepatu makin empuk dan enak dipakai. Ide itu mangkrak lantaran Maertens gak ngerti gimana caranya bikin begitu. Wong dia kan dokter, bukan insinyur. Tapi dia gak kehilangan harap.
Takdir lantas membawanya ketemu teman lama pada tahun 1947. Nama temannya itu Dr. Herbert Funk, seorang insinyur mesin. Maertens pamer sepatu ciptaannya ke Funk. Funk tertarik bantu. Bukan cuma itu, Funk juga ngajakin Martin bisnis bareng. Mereka berdua akhirnya memulai bisnis kecil-kecilan ini.
Pembeli pertamanya, lucunya, adalah seorang tentara Jerman yang kakinya lagi sakit. Persis seperti Maertens dulu.
Pembeli kedua, ibu-ibu. Namanya ibu-ibu, marketing dari mulut ke mulut pasti jago ya. Alhasil, berkat sol yang nyaman, aku lantas oleh disukai ibu rumah tangga. Makanya jangan kaget, 80% penjualan pada dekade pertama ditujukan kepada wanita berusia di atas 40 tahun.
Penjualanku meningkat pesat pada tahun 1952 hingga akhirnya Maertens dan Funk membuka pabrik di Munich. Pada tahun 1959, perusahaan tersebut telah berkembang cukup besar sehingga Märtens dan Funck mulai memasarkan alas kaki tersebut secara internasional.
Melihat aku laku dijual, produsen sepatu Inggris R. Griggs Group membeli hak paten untuk memproduksiku. Griggs mengubah namaku menjadi Dr. Martens. Aku juga dimodifikasi di bagian tumit serta menambahkan jahitan kuning khasnya, dan memberi merek dagang pada solnya sebagai AirWair.
Aku kemudian di produksi di Inggris dengan desain kulit halus berwarna merah ceri delapan lubang yang dikenal sebagai gaya 1460. Aku dengan tipe 1460 ini ini diperkenalkan pada 1 April 1960. Hargaku murah sekali, cuma 2 poundsterling. Makanya di periode awal-awal, aku populer di kalangan pekerja seperti tukang pos, petani, polisi, dan pekerja pabrik. Omong-omong, aku dengan tipe 1460 ini masih diproduksi hingga saat ini dan dikembangkan dalam banyak variasi.
Kemudian di tahun 1960-an, branding-ku malah berubah. Aku dipakai oleh anak muda Inggris dan menjadi simbol perlawanan. Aku dipakai sama anak skinhead. Itu loh, anak-anak muda kelas pekerja yang rambutnya dipotong pendek banget atau bahkan botak, kemana-mana pakai aku, kemeja atau polo, jaket Harrington atau jaket bomber, terus pake jeans murah kaya Levi’s, Lee, sama Wrangler (dulu murah kok, serius!).
Musisi kenamaan mulai dari Pete Townshend dari The Who hingga Sid Vicious dan Johnny Rotten dari Sex Pistols memakaiku. Politisi buruh Tony Benn yang terkenal acap mendukung kelas pekerja juga memakaiku. Keren ya aku? Kalau boleh gak kepedean sih, aku mau bilang gini: aku di mata dia merupakan simbol kebanggaan kelas pekerja dan sikap pemberontaknya.
Waktu berlalu, zaman berganti. Tapi aku tetep keren dan dipakai orang.
Pada pertengahan tahun 80-an, aku masih relevan berkat kelahiran genre baru di Barat Laut Amerika Serikat. Genre itu namanya Grunge. Jagoannya ya band kayak Nirvana, Pearl Jam dan Soundgarden.Pada pergantian abad, aku sudah adalah merek global yang otentik, dengan penggemar dan toko di seluruh dunia. Aku makin populer di kalangan penggemar musik. Genre emo yang menjadi arus utama pada tahun 2000-an juga memilihku.
Pada bulan Agustus 2023, Billboard melaporkan bahwa setiap anggota girl grup K-pop NewJeans terlihat mengenakan beberapa variasiku. Aku menjadi pernyataan fesyen dalam budaya remaja global yang trendi.
Seleb lain juga banyak yang memakai aku kayak Miley Cyrus, Gigi Hadid hingga Cardi B dan Miley Cyrus.
Kalau kamu sering nonton drakor, kamu juga bakal sering ngeliat aku.
Hingga akhirnya pada masa modern ini, aku digunakan oleh orang-orang yang menganggap merek ini sebagai gaya tanpa peduli sejarah dan fungsi sosial yang pernah tersemat padaku.
Tapi siapa yang peduli?