Inside Out 2: Setumpuk Emosi Villain Untuk Menuju Dewasa

Inside Out 2: Setumpuk Emosi Villain Untuk Menuju Dewasa “Iiiihh lucu banget,” ujar anak-anak kecil sembari cekikikan, sedangkan orang-orang dewasa menangis sambil mengelap ingus ketika nonton Inside Out 2. Sejak peluncurannya pada 14 Juni 2024, Inside Out 2 sudah berhasil menghasilkan 1 milliar USD. Film ini bahkan menyalip Dune 2, film dengan pembukaan terbesar tahun ini. Inside Out 2 berhasil coming back dengan jalan cerita yang jauh lebih relate lagi, menyentil kerapuhan orang dewasa dengan menghadirkan empat emosi baru: Anxiety, Envy, Ennui, dan Embarassment. Jalan Cerita Inside Out 2 Inside Out 2 menceritakan tokoh Riley yang kini berusia 13 tahun. Pada mulanya, Joy (kegembiraan), Fear (takut), Sadness (sedih), Anger (marah), dan Disgust (jijik)--emosi-emosi Railey pada Inside Out pertama--melakukan aktivitasnya secara wajar. Hingga suatu hari, ada empat emosi baru yang datang ke tubuh Railey yakni Anxiety (keresahan), Envy (iri), Ennui (kebosanan), dan Embarassment (rasa malu). Suatu hari, Railey hendak ikut kamp hoki bersama kedua temannya Grace dan Bree. Namun di tengah perjalanan, Grace dan Bree mengatakan tidak akan masuk ke sekolah yang sama dengan Railey. Saat itu juga, Railey panik, ia langsung khawatir memikirkan masa depannya tanpa teman-temannya. Di tengah kepanikan sekaligus kekecewaan itu, Anxiety, Envy, Ennui, dan Embarassment memainkan peran mereka. Sesampainya di kamp hoki, Riley berkenalan dengan Val Ortiz, pemain hoki terbaik di kamp itu. Karena dikendalikan oleh Anxiety, Railey berusaha tampil sebaik mungkin di hadapan Val dan teman-temannya. Bagi Railey, berteman dengan Val akan menyelamatkan masa depannya di sekolah nanti. Hampir segala cara dikerahkan oleh Railey untuk mengesankan mereka sampai-sampai Railey rela meninggalkan teman-temannya. Dalam kendali Anxiety dkk, Railey kehilangan jati dirinya yang selalu ia sebut sebagai “orang baik”. Anxiety dkk juga membuang Joy dkk agar tidak mengganggu proses pembentukan jati diri Railey yang baru. Dalam film ini, Joy dkk berpetualang untuk menyelamatkan jati diri Railey yang positif dan menghentikan Anxiety dkk membentuk Railey menjadi jati diri yang negatif. Perubahan Emosi pada Masa Adulthood Memasuki masa pubertas, Railey pada Inside Out 2 berusaha menampilkan diri sebaik mungkin. Ambisinya membuat ia rela bangun dari subuh untuk latihan hoki. Ini merupakan bentuk kecemasan pada awal pubertasnya. Rasa takut akan memulai suatu hal yang tidak terduga membuat remaja sering kali bersikap berlebihan untuk mencegah suatu hal buruk terjadi padanya. Ketika remaja mencapai pubertas, mereka mulai mengalami fase perasaan yang sama sekali asing bagi mereka. Mereka mulai memiliki lebih banyak emosi layaknya orang dewasa hingga proses mengenali seksualitas mereka sendiri. Dalam tahap ini pula, mereka mulai memahami sebuah ekspektasi, bahwa mereka memiliki ekspektasi kepada dunia dan sebaliknya. Untuk mengatasi rasa ketakutan dan kecemasan akan ekspektasi ini, remaja sering kali berpura-pura lebih pintar dari yang sebenarnya. Kadang, kalau mereka menjadi kewalahan, mereka menutup diri secara emosional karena takut diolok-olok atau ditolak. Pada titik inilah, ketika pertama kali menyadari perubahan pada diri, mereka paling rentan merasa kewalahan dan takut. Dalam film Inside Out 2, Anxiety jadi emosi paling dominan. Tokoh Anxiety berhasil menggeser posisi Joy sebagai pengendali utama emosi Railey. Sempat muncul sebagai tokoh yang merusak mental Railey, dalam perspektif penonton--pada mulanya--pasti Anxiety menjadi villain yang harus segera disingkirkan. Namun di balik itu, sebenarnya ada niat baik dari Anxiety, yakni mempersiapkan masa depan Riley sebaik-baiknya. Anxiety Juga Bisa Jadi Hal Positif Anxiety muncul karena dipicu rasa ketidakpastian. Meski rasanya tidak nyaman, kecemasan dalam taraf yang normal dapat membantu menjaga kita tetap aman. Jika dikontrol dengan baik, anxiety akan menghasilkan Eustress. Eustress sendiri adalah bentuk stress yang membuat orang jadi lebih produktif. Karena sumber stres jenis ini akan memotivasi seseorang untuk mencapai target yang ingin diraih hingga ia meraih hal tersebut. Ahli saraf dari Amerika Serikat, Wendy Suzuki mengatakan jika anxiety harus sesuai dengan takarannya. Jika berlebihan, anxiety dapat menyebabkan aktivitas sehari-hari terkendala karena pikiran penuh dengan kecemasan. Tapi kalau tak punya kecemasan, bisa jadi kita malah kehilangan alarm atau sesuatu yang dapat mengindikasikan beberapa hal dalam hidup yang tidak sesuai rencana dan perlu perbaikan. Sebenarnya, hal itu disajikan pada akhir film Inside Out 2, ketika Joy dkk berusaha melepas jati diri buruk yang dibentuk oleh Anxiety dan menggantikannya dengan jati diri yang lama. Dan itu jelas gagal. Yang ada, justru pada akhirnya tumbuh sebuah jati diri baru, isinya beragam: ada perasaan sedih, perasaan kecewa, perasaan bahagia, perasaan malu dsb. Inilah yang pada akhirnya disebut jadi jati diri Railey yang dewasa. Seiring waktu, seluruh emosi Railey memainkan peranan masing-masing. Kapan Railey harus merasakan kecemasan, sedih, malu, riang dsb. Ketika satu emosi sedang mengendalikan Railey, emosi lainnya menjadi suporter agar semuanya tetap seimbang. Berikutnya, Joy tak cuma jadi satu-satunya emosi yang memainkan peran utama. Barangkali ini fenomena yang digambarkan pada sebuah kutipan dialog Inside Out 2, “Mungkin ini yang terjadi ketika kamu beranjak dewasa, kamu merasa kurang bahagia.”