Isolasi, Politik, dan Rupa Punk yang akan Datang Dennis Lyxzen
Pada pertengahan 2023 silam, saya berkesempatan mewawancarai Dennis Lyxzen. Sebagai seorang virtuoso hardcore-punk asal Swedia, Dennis tergabung di sederet band seperti Refused, The (International) Noise Conspiracy, AC4, hingga band post-punk seperti INVSN dan band jazz-metal Backengrillen. Semua band itu punya diskografi yang solid, yang menjadikan Dennis adalah salah satu vokalis sekaligus penulis lirik yang prolifik.
Album The Shape of Punk to Come dari Refused yang dirilis pada Oktober 1998 silam, menjadi salah satu mahakarya yang pernah lahir di kancah hardcore-punk. Selain karena eksperimentasi di medan pertukangan yang saat itu terbilang mutakhir, kepenulisan lirik yang provokatif dan bagaimana Refused mengemas album itu sebagai moda politik mereka, membuat album itu jadi inspirasi band-band hardcore-punk lintas generasi lain di seantero dunia.
Dalam kesempatan wawancara ini, kami mengobrol seputar kerja kreatif dan gagasan politik radikal seorang Dennis, anarkisme, skena hardcore-punk di Umeå yang jadi tempat lahir Dennis, hak atas kota, soundtrack video game, revolusi keseharian, dsb.
Umeå adalah kota yang pernah hampir hangus, secepat kilat, saat kebakaran hebat pada tahun 1888. Umeå adalah kota yang membangun ulang dirinya dengan 2,300 pohon birch sebagai penahan alami terhadap api. Kini Umeå adalah kota yang jauh dari keramaian, dipagari hutan lebat dan pegunungan tinggi. Keindahan alam yang menawan, tetapi bersamanya juga lahir isolasi–yang terjadi akibat konsekuensi dari bentang alamnya. Jarak yang jauh dari pusat-pusat urban lainnya membuat kota ini seperti bergerak sendirian: ia berkali-kali menyaksikan reruntuhan, pengabaian, dan ketidakpedulian.
Di tengah isolasi itu, Umeå berhasil menciptakan identitasnya sendiri. Bertahun-tahun kemudian, kota itu membentuk punk, pembangkang, dan Dennis Lyxzen.
Dalam dokumenter UxÅ: A Journey to the Heart of Umeå Hardcore Scene, saya melihat bahwa straight edge, hardcore-punk, dan semangat pertemanan, bisa menjadi paduan eksplosif pembangkangan politik yang punya pengaruh luar biasa bagi anak-anak muda di Umeå. Sejauh mana pengaruh Umeå sendiri bagi seorang Dennis Lyxzen? Entah sebagai rumah, ‘sanctuary’, atau bahkan seperti bagaimana eksponen Situationist International ketika melihat Paris.
Umeå dan segala sesuatunya tentu saja sangat penting bagi saya. Saya tumbuh di komunitas kecil dan Umeå adalah kota besar bagi saya. Jadi pindah ke sana dan menemukan orang-orang yang berpikiran sama adalah hal yang sangat berpengaruh bagi hidup saya.
Isolasi geografis juga memaksa kami untuk bekerja sama dan membangun dunia kami sendiri. Tidak mengandalkan bantuan dari luar. Hal ini membuat aspek komunal kota menjadi sangat besar dan berlanjut hingga hari ini. Kebanyakan orang yang bermain musik di Umeå , mengenal satu sama lain dan saling membantu. Ada persahabatan yang lebih menginspirasi dibandingkan apapun.
Saya beruntung telah menjadi bagian dari ‘ledakan’ yang terjadi di skena musik Umeå tahun 1990-an. Saya masih tinggal di sini dan saya memiliki hubungan love-hate yang sangat kuat dengan kota ini. Selain itu, isolasi itu luar biasa menempa saya dan teman-teman. Membuat kami bekerja lebih keras dan mengatasi semua kendala apapun.
Siapa band yang menjadi inspirasi terbesar bagimu di Umeå?
Teman-teman saya dan orang-orang yang bermain dengan saya. Ketika saya tumbuh dewasa dan mulai bermain musik, hanya ada sedikit band dari Umeå yang melakukan sesuatu yang bermanfaat dan dapat menjadi inspirasi serta panutan bagi kamu. Orang-orang di Meshuggah ada ketika saya mulai bermain, tetapi mereka sudah menjadi pelaku musik yang hebat dan melakukan hal-hal yang tidak pernah saya impikan.
Jadi kami terpaksa melakukan urusan kami sendiri. Namun setelah itu saya bertemu dengan begitu banyak orang luar biasa di Umeå yang selalu menginspirasi saya.
Dalam Dennis Deep Cuts, kamu membagikan rekaman yang mengubah hidup kamu dan kemudian menjadi pembuka bagi eksplorasi musikalitas kamu di kemudian hari. Yang paling berpengaruh, adalah rekaman-rekaman milik Ayah. Lantas, bisa kamu ceritakan dari mana atau dari siapa kamu kemudian bisa bersinggungan dengan gagasan politik radikal?
Ya, itu bukan dari ayahku. Seluruh keluarga saya cukup apolitis saat tumbuh dewasa. Ayah saya punya sedikit koleksi rekaman dan dia masih menyukai musik.
Saya belajar tentang politik melalui punk. Ya, saya kira beberapa band metal yang saya suka mempunyai gagasan politik yang menarik, tetapi tidak pernah memiliki agenda yang jelas. Lalu saya menemukan hardcore-punk dan itu mengubah segalanya.
Gerakan hardcore-punk di Israel (Anarchist Against the Wall / AAtW) memakai musik sebagai simbol perlawanan terhadap opresi, genosida, maupun pendudukan Israel pada Palestina. Atau misal kawanan Dischord dan skena hardcore-punk Kanada punya isu yang sama dengan hak tenurial, hak atas kota, serta perampasan lahan. Lantas di Umeå sendiri, permasalahan apa saja yang kemudian dihadapi? Bagaimana skena hardcore-punk di Umea mengorganisir sesamanya?
Ide-ide atau gagasan politik radikal di sebuah komunitas hardcore-punk itu menakjubkan. Menurut saya kita dimanjakan dan tahun 90-an adalah masa “personal adalah politis”. Kami selalu berusaha untuk mendorong ide-ide radikal kiri, tetapi sebagian besar wacana politik di tahun 90-an adalah tentang hak-hak hewan, straight-edge, serta feminisme. Semua adalah persoalan besar dan layak untuk diperjuangkan.
Belakangan, aktivitas-aktivitas komunitas kami lebih banyak melibatkan pembicaraan tentang gentrifikasi di dalam kota dan pertumbuhan “budaya” yang dibicarakan kota itu.
Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir kita berada di tebing terjal fasisme dan ide-ide serta tokoh-tokoh sayap kanan radikal. Sehingga permasalahan ini merupakan hal yang krusial untuk masuk di salah satu agenda juang komunitas.
Bagaimana awal mula kamu menginisiasi Ny Våg Records dan Desperate Fight Records? Hal apa yang membedakan rilisan keduanya yang sama-sama merilis kebanyakan band-band dari Umeå.
Saya hanya terinspirasi oleh gagasan bahwa kami perlu mendukung dan mendokumentasikan aktivitas di mana kami menjadi bagiannya. Semua rilisannya berasal dari Umeå.
Ny Våg jauh lebih DIY dan punk. Saya memulai label ini karena saya ingin mendapatkan album Regulations tetapi mereka menolak untuk menandatangani kontrak dengan label Desperate Fight Records, jadi saya menjalankan Ny Våg Records untuk merilisnya. Kemudian kami akhirnya merilis sekelompok band punk dan hardcore dari label itu.
Bisa rekomendasikan beberapa album atau band dari Umeå? Dan sertakan pula alasannya mengapa menjadi favoritmu!
Band hebat dan diremehkan dari Umeå. Rock psikedelik yang sederhana.
Band hardcore baru dengan orang-orang lama. Luar biasa.
Salah satu band hardcore-punk terbaik dari Umeå yang pernah ada.
Mempersenjatai Imajinasi dengan Musik dan Politik
Musik dan politik di Umeå tidak hanya menjadi alat ekspresi tetapi juga senjata imajinasi, seperti yang lazimnya tradisi Situationist International (SI). Seakan mengadopsi motto “long live a little bit of autonomy” dari Godspeed You! Black Emperor, Dennis dan komunitasnya mengeksplorasi pentingnya otonomi kecil dalam kehidupan harian di tengah cita-cita revolusi besar.
The Shape of Punk to Come, The (International) Noise Conspiracy, diskografi INVSN, serta proyek-proyek lainnya, semuanya punya jejak literatur Situationist International (SI)—terutama lagu “Tannhäuser / Derivè” dan “Poetry Written in Gasoline” yang secara eksplisit mengacu pada Debord maupun SI. Seberapa penting peran SI dalam karya senimu?
Saya sudah terlibat dalam politik radikal ketika saya menemukan SI. Dan hal itu berdampak besar pada saya. Sebagian gagasan memang bicara soal politik radikal tetapi sarat dengan ide artistik. Saya juga jatuh cinta dengan bahasa subversif dan estetika keseluruhannya dari SI.
Sekitar tahun 1996-1997, saya menyelami politik radikal SI lebih dalam dan tidak pernah benar-benar kembali. SI memberi tahu saya tidak hanya tentang politik radikal, tetapi juga tentang seni dan sastra serta segala sesuatu yang telah membentuk saya.
Saat ini, gagasan politik radikal dari SI hanyalah sebagian dari potongan puzzle yang menyusun hidup dan ide-ide saya, tak kalah penting dari potongan lainnya.
Para eksponen Situationist International mengajarkan kita untuk mempersenjatai imajinasi dalam setiap hal kecil yang kita kreasikan dalam kehidupan harian. Dari situ kemudian Revolution of Everyday dari Raoul Vaneigem menemukan pengejawantahannya. Sementara itu, Godspeed You! Black Emperor punya motto serupa yakni “long live a little bit of autonomy.” Dan lewat “Summerholidays vs Punkroutine,” Refused seolah menjelaskan hal serupa. Seberapa penting otonomi terkecil dalam hidup harian ketimbang gagasan besar soal revolusi itu sendiri?
Menurut saya, mencoba melepaskan diri dari budaya, struktur, dan tradisi dalam kehidupan sehari-hari adalah hal yang penting jika kamu ingin berkembang dan menantang diri sendiri. Namun, sebagian besar impian, gagasan, dan keinginan yang kita perlukan hampir mustahil terwujud di dunia yang tidak memiliki tempat untuk mewujudkannya.
Kita dapat dan harus bermimpi sangat muluk-muluk, namun selama kita terbatas pada kenyataan ekonomi-politik saat ini, maka akan sulit untuk mengubah apa pun secara nyata.
Oleh karena itu, diperlukan revolusi untuk mengubah secara radikal struktur ekonomi, budaya, dan sosial yang kita jalani agar kita dapat mewujudkan impian kita.
“Summerholiday vs Punkroutine” ditulis sebagai manifestasi dari dilema antara menjadi seorang punk; dengan safari kehidupan harian yang menjadikan musik sebagai pekerjaan dan semua kenyataan itu sendiri.
Di waktu silam, kamu bersama The Bloody Beetroots merilis “Church of Noise”. Manifesto yang kalian buat itu membuat siapapun takjub, termasuk aku. Dibuka dengan kutipan dari salah satu graffiti Paris 68, hingga poin-poin penjelasan lain soal proyek itu yang begitu solid. Apa yang kau proyeksikan saat itu ketika merilis “Church of Noise”?
Itu adalah proyek yang menyenangkan tetapi menurut saya visi dan gagasan komunitas lebih merupakan gagasan Bob Rifo. Dia seorang punk tua dan seseorang yang menyukai karyaku sejak lama. Jadi dia bertanya apakah aku ingin menjadi bagian dari ide baru ini dan dia membuat konsep untuk Church Of Noise. Lantas aku menulis liriknya lalu bersama-sama kami muncul dengan Manifesto.
Tapi seperti hal lainnya, ini tentang koneksi dan menghubungkan orang-orang. Dan tentu saja tentang transformasi ide yang radikal.
Ketika album War Music dirilis, nomor pertama di album itu yang berjudul “Rev001” memiliki interteks bahkan video klip yang cukup menarik perhatian. Ada semacam koreografer di hadapan orang-orang yang berpakaian layaknya Neo-Nazi di Swedia atau yang tergabung dalam Nordic Resistance Movement. Sejauh mana gerakan sayap-kanan atau alt-right di Swedia hari ini menurut pengamatanmu? Adakah kebijakan publik di sana atau hal yang kemudian bersinggungan dengan kepentingan mereka?
Partai politik terbesar kedua saat ini di Swedia lahir dari tradisi sayap kanan radikal. Sebagian besar orang yang memulai partai ini juga merupakan bagian dari gerakan Nazi tahun 80-an. Lalu ada beberapa organisasi pinggirannya seperti yang kami olok-olok di video. Mereka lebih berbahaya.
Namun bahaya sebenarnya terletak pada seberapa besar kelompok sayap kanan secara umum menerima ide-ide gerakan alt-right ini. Swedia sekarang memiliki pemerintahan sayap kanan yang disandera oleh para Nazi lama ini. Ini bukan preseden yang bagus untuk Swedia dan ini merupakan sebuah bencana saat ini.
Kamu memiliki rubrik di saluran YouTube yang menceritakan rilisan musik dengan kisahnya sendiri. Meski ada juga sesi tentang bahasan buku musik seperti Lipstick Traces dan The Bag I'm In. Di luar itu, bolehkah saya mengetahui referensi fiksi, buku puisi, atau literatur yang kamu sukai? Atau memiliki posisi penting dalam hidup kamu? Juga beri tahu saya alasan mengapa kamu menyukai karya itu!
Ya, saya seorang pembaca yang rakus dan saya jatuh cinta dengan kata-kata tertulis, sebelum saya jatuh cinta dengan musik.
Namun ada beberapa buku fiksi yang benar-benar berdampak pada hidup saya. Selama bertahun-tahun saya hanya membaca filsafat politik dan sastra untuk menutupi kekurangan pendidikan saya. Mencoba mempelajari dasar-dasar ekonomi dan budaya agar bisa mendekonstruksinya.
Beberapa buku yang paling berkesan bagi saya biasanya adalah buku karya penulis Swedia seperti Sara Lidman dan PO Enqvist. Keduanya menulis tentang penjajahan di utara Swedia. Ditulis dalam dialek yang digunakan kakek saya.
Perdebatan tak berujung tentang musik dan politik berlanjut hingga hari ini. Di mana seharusnya tidak ada garis demarkasi antara keduanya, karena musik bisa disebut sebagai tindakan politik juga. Bagaimana kamu menanggapi soal ini? Mengacu pada semua upaya artistik kamu saat membuat musik.
Bagi saya, perbedaannya tidak terlalu besar. Hidup saya adalah politik, seni, dan musik. Apa pun yang saya lakukan, ide politik saya akan terlihat.
Namun, menurut saya mungkin tidak masuk akal untuk mengharapkan bahwa setiap orang yang menyukai musik memiliki analisis yang tepat tentang struktur dunia. Kebanyakan orang menggunakan musik sebagai pelarian dan tidak ingin diingatkan akan semua hal buruk yang sedang terjadi.
Namun, ketidakmampuan orang untuk melihat bagaimana ketidakpedulian mereka memengaruhi dunia, adalah hal yang tentu menyedihkan bagi saya.
Tidak semua orang harus melakukan segalanya, tetapi menurut saya lebih banyak orang akan melakukan sesuatu. Itu yang mungkin bisa menjadikan musik dan politik ada di satu lajur yang sama.
Yang Personal dan yang akan Datang
Melalui perjalanan musik dan aktivismenya, Dennis Lyxzén telah menunjukkan bahwa hidupnya adalah sebuah simfoni yang tak terpisahkan antara seni, politik, dan pemberontakan pribadi. Namun, di balik sikap politik dan karya-karyanya yang keras, ada sisi personal yang mendalam. Ini, barangkali, yang membuat setiap karya yang dihasilkannya bukan sekadar nostalgia, tetapi sebuah pernyataan tentang keadaan dunia saat ini dan impian untuk masa depan yang lebih baik. Bagi Dennis, momen terpenting dalam hidupnya adalah sekarang, dan musik yang paling penting adalah yang sedang ia ciptakan saat ini.
Bagaimana kamu memaknai sebuah nostalgia? Banyak lirik yang kau tulis berangkat dari pengalaman di masa lalu atau bahkan kronik peristiwa silam. Apa kau yakin bahwa radikal nostalgia cukup penting untuk membaca situasi hari ini yang berkaitan dengan masa lalu?
Saya sama sekali bukan orang yang senang bernostalgia. Hal ini terkadang aneh karena banyak industri musik yang berhubungan dengan nostalgia dan berada di band seperti Refused, adalah sesuatu yang benar-benar memenuhi perasaan orang-orang tentang masa lalu dan masa muda mereka.
Saya percaya bahwa kita perlu belajar dari masa lalu untuk memahami di mana kita berada dan ke mana tujuan kita. Tetapi bagi saya, nostalgia sepertinya berjalan mundur. Saat terpenting dalam hidup kita adalah apa yang terjadi saat ini dan musik terpenting yang pernah saya ciptakan adalah musik yang saya lakukan saat ini.
Hal apa yang membuatmu memutuskan untuk menjadi seorang vegan atau straight-edge?
Banyak alasan, tapi menurutku itu adalah langkah yang cukup logis dalam penolakanku untuk menjadi apa pun yang dunia inginkan.
Saya tumbuh dalam budaya di mana minum dan makan daging adalah hal yang biasa sehingga ketika saya menjadi seorang punk, memberontak terhadap tradisi kuno tersebut terasa seperti hal paling punk yang harus dilakukan. Kemudian kesadaran akan hak-hak hewan dan penaklukan kelas pekerja dengan alkohol, tumbuh dari pendirian awal tersebut.
Dari sekian ambisi artistikmu, apa yang sejauh ini belum terealisasi? Kamu sudah merilis album-album yang kemudian menjadi magnum opus dengan kendaraan musik yang berbeda. Bahkan yang terakhir, ketika kamu bergabung di supergrup Fake Names, itu semakin membuat solid diskografimu.
Ya, saya cukup bangga dengan diskografi saya. Ada beberapa hal keren di sana. Masih banyak hal yang ingin saya lakukan.
Saya ingin terus mendorong diri sendiri dan batas kemapuan artistik saya (baik cara bernyanyi maupun menulis). Saya merasa bahwa saya belajar setiap hari dan saya masih memiliki banyak ide.
Kami memiliki proyek baru bernama Backengrillen yang merupakan improvisasi jazz metal dan itu sangat menarik. Lebih eksperimental daripada kebanyakan musik yang saya lakukan. Pun, saya ingin terus menulis musik yang bagus dengan INVSN dan Refused.
Seperti halnya dirimu, adikmu Jonas punya bentangan diskografi yang luar biasa dengan proyekannya mulai dari Abhinanda, Bad Nerve, DS-13, Insurgent Kid, hingga Separation. Bagaimana pengalaman kalian berdua selama masa kecil atau remaja ketika sama-sama mengkonsumsi musik? Terutama pengalaman kalian berdua menikmati musik dalam keluarga.
Ayah kami memiliki kumpulan rekaman musik dari banyak album, tetapi kami tidak tumbuh dalam keluarga musik. Saya pikir saya adalah orang pertama yang mulai bermain di band. Namun saudara-saudaraku tidak jauh tertinggal.
Saya pikir kami menginspirasi dan membantu satu sama lain. Dan kami masih melakukannya. Jonas masih bermain di banyak band keren. Saudara saya yang lain, Fredrik, juga bermain di beberapa band hebat ditambah dia memiliki studio tempat kami merekam banyak musik kami. Bahkan dia menjadi soundperson INVSN selama 10 tahun terakhir.
Bagaimana awalnya Refused bisa ditunjuk CDPR untuk mengisi semua track milik karakter band Samurai dalam video-game Cyberpunk 2077? Selain itu, kau mengisi vokal juga untuk salah satu soundtrack Metal: Hellsinger. Bagaimana pengalamanmu sendiri terkait video-game? Apakah memang kau menggandrungi video-game bertipe first-person shooter?
Mereka bertanya apakah saya ingin mengisi suara Johnny Silverhand. Setelah beberapa kali bolak-balik kami melibatkan semua personil Refused dan itu adalah proyek yang menyenangkan dan kreatif. Orang-orang di CDPR semuanya adalah penggemar Refused dan ide awal mereka adalah untuk memiliki sebuah band yang terinspirasi oleh Refused untuk bermain sebagai Samurai. Tetapi ketika mereka menyadari bahwa mereka bisa mengajak Refused, mereka langsung mengambil kesempatan itu.
Saya memberi Hellsinger vokal di satu lagu. Itu pengalaman yang menyenangkan dan menarik.
Saya bahkan tidak memiliki konsol dan saya tidak punya waktu atau tenaga untuk bermain video game. Saya punya banyak teman yang melakukan hal itu dan sepertinya menyenangkan, tetapi saya terlalu sibuk.
Ketika aku masih duduk di kelas 3 sekolah dasar pada tahun 2002, aku menonton video klip “New Noise” di MTV Indonesia. Pada saat itu, aku merasa kalau aku sedang melihat band yang lebih keren dari beberapa band favorit pamanku seperti Nirvana, Korn, dan Slipknot (pengecualian untuk Linkin Park) yang rilisan fisiknya ia koleksi. Satu dekade setelah itu, aku menemukan The Shape of Punk to Come yang kemudian mengubah hidupku setelahnya. Bahkan hingga kini, album itu seperti kitab pedoman hidup dan melalui jalan pedang. Bagaimana kau melihat bahwa legacy yang Refused tinggalkan telah menginspirasi banyak orang hingga hari ini?
Agak aneh tapi juga sangat membuat minder menjadi bagian dari sesuatu yang disukai banyak orang. Album itu ditulis dan direkam selama beberapa bulan dan kemudian mengikuti kita sepanjang hidup. Saya suka betapa banyak orang yang menyukainya dan memainkan “New Noise” secara langsung dan spektakuler.
Tapi, meski begitu, ini agak aneh karena saya tidak pernah berhenti menulis musik dan berkreasi. Masa lalu selalu merayap dan mengingatkan saya akan hal itu. Ini adalah capaian yang luar biasa bagi Refused. Karena kami pun tidak percaya album The Shape of Punk to Come berusia seperempat abad.