Sebelum membahas lebih dalam, mari pahami apa itu TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri). TKDN adalah aturan pemerintah yang mewajibkan setiap produk yang dijual di Indonesia untuk memiliki minimal 30-40% komponen lokal. Tujuan utama regulasi ini adalah memperkuat industri lokal dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat.
Namun, investasi Apple di Indonesia justru tersendat karena ketatnya persyaratan TKDN. Apple yang mengandalkan rantai pasokan global kesulitan menyesuaikan diri dengan aturan ini. Sementara itu, investasi Apple di Vietnam justru melesat karena negeri tersebut menawarkan kebijakan yang lebih fleksibel dan mendukung investor asing.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Apple gagal investasi di Indonesia, meskipun potensi pasar di sini sangat besar:
Permintaan Bebas Pajak Selama 50 Tahun
Apple sempat mengajukan permohonan pembebasan pajak selama 50 tahun untuk berinvestasi di Indonesia. Sayangnya, pemerintah Indonesia menolak permintaan ini karena dinilai terlalu berat. Biasanya, perusahaan yang bebas pajak di Indonesia hanya mendapat keringanan selama 20-30 tahun, seperti di proyek Ibu Kota Nusantara (IKN).
Aturan TKDN yang Ketat
Tidak hanya soal pajak, aturan TKDN yang mengharuskan penggunaan komponen lokal hingga 35% juga menjadi hambatan besar bagi Apple. Penyesuaian ini membutuhkan biaya besar dan waktu yang lama, sehingga investasi Apple di Indonesia semakin sulit terealisasi.
Jika dibandingkan dengan Indonesia, investasi Apple di Vietnam terlihat jauh lebih menguntungkan. Beberapa alasan utama:
Meski gagal memenuhi ekspektasi besar, Apple tetap melakukan langkah kecil di Indonesia, seperti membuka Apple Developer Academy di berbagai lokasi. Ini menunjukkan bahwa Apple masih memiliki ketertarikan untuk tetap hadir di pasar Indonesia meskipun dengan langkah yang terbatas.
Hingga kini, investasi Apple di Indonesia belum menunjukkan perkembangan signifikan. Ketatnya aturan pajak dan TKDN menjadi hambatan besar. Sementara itu, investasi Apple di Vietnam terus tumbuh pesat berkat dukungan pemerintah dan kebijakan yang ramah investor.
Apakah Indonesia akan merevisi kebijakan ini demi menarik raksasa teknologi seperti Apple? Ataukah Vietnam akan terus menjadi pilihan utama bagi investasi global? Hanya waktu yang bisa menjawab.