Jika THR Tidak Diberi, Mari Siapkan Revolusi

Jika THR Tidak Diberi, Mari Siapkan Revolusi


 

Andre (29), seorang pekerja agensi, siap menyambut Lebaran. Tiga tahun terakhir, perusahaannya melakukan efisiensi akibat pandemi, THR-nya terpotong dan dicicil. Baru tahun ini ia bisa mendapat THR secara penuh. Ia mengaku telah menyusun daftar pengeluaran untuk kebutuhan Lebaran.

 

“Prioritas mau beliin ibu gue hape. Udah dari lama pengen beliin tapi baru ada duitnya sekarang,” kata Andre. 

 

Andre juga berencana membeli pakaian untuk dirinya sendiri, perlengkapan kosan, bayar zakat, dan hampers untuk beberapa kerabatnya. Menurut perhitungannya, Andre masih bisa menabung sekitar Rp 2 juta dari sisa THR-nya. 

 

Fasha (27), yang bekerja di salah satu bank swasta, tak ingin belanja banyak barang. Ia mengaku hanya ingin membeli pakaian, kue Lebaran, dan beberapa judul buku yang sudah lama menjadi incarannya. 

 

“Aku emang kurang suka belanja. Kayak mending buat sedekah dan ngasih orang tua,” kata Fasha. 

 

Lebaran dan pengeluaran memang seperti pisang dempet. Keduanya tak bisa dipisahkan. Rencana Andre dan Fasha merupakan gambaran kecil dari pengeluaran orang Indonesia saat Lebaran. Sementara, gambaran yang lebih besar bisa dilihat dari hasil survei Jakpat periode 25-26 Februari 2023 berikut ini: 

 

  1. Zakat, Infak dan Sedekah Jadi Pengeluaran Utama

 

  1. Milenial Paling Banyak Belanja Makanan

 

 

  1. Baju Jadi Barang Paling Banyak Dibeli

 

 

  1. Laki-laki Paling Banyak Belanja Busana

 

 

  1. Orang Indonesia Lebih Suka Belanja Busana Secara Daring

 

 

 

  1. Milenial Paling Banyak Berencana Ngasih Hampers

 

 




 

Masih Banyak Pekerja Tak Dapat THR

 

Namun, mendapat THR dan punya uang lebih saat Lebaran tidak dirasakan seluruh pekerja. Meski Kementerian Ketenagakerjaan telah memberi tenggat pembayaran THR pada 15 April 2023, masih banyak perusahaan yang belum melaksanakan kewajibannya. 

 

Berdasarkan data Posko THR Kementerian Ketenagakerjaan per 17 April 2023, terdapat 1.394 aduan yang melibatkan 992 perusahaan. Rinciannya, 688 aduan THR tidak dibayarkan, 496 aduan THR dibayarkan tak sesuai ketentuan, dan 210 aduan THR terlambat dibayarkan. 

 

Secara wilayah, aduan terbanyak berasal dari DKI Jakarta dengan 455. Disusul Jawa Barat (322 aduan), Jawa Tengah (147 aduan), dan Banten (120 aduan). 

 

Terkait hal ini, Sekretaris Kementerian Ketenagakerjaan Anwar Sanusi menyatakan ada 36 aduan yang telah ditindaklanjuti Pengawas Ketenagakerjaan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. 

 

Kewajiban perusahaan membayar THR diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan. Bagi perusahaan yang melanggar, bisa terkena sanksi teguran tertulis, pembatasan kegiatan usaha, penghentian sementara atau sebagian alat produksi, dan pembekuan kegiatan usaha. 

 

Nah, sudahkah kalian terima THR?