Eccedentesiast Adalah Fenomena Menyembunyikan Rasa Sakit

Penulis: Alya Nadya
Editor: Achmad Susanto
Eccedentesiast Adalah Fenomena Menyembunyikan Rasa Sakit

Highlight

  • Apa arti dari Eccedentesiast?

Eccedentesiast adalah seseorang yang menyembunyikan rasa sakit di balik senyuman atau kebahagiaan palsu.

  • Apa saja faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi eccedentesiast?

Ketakutan Terlihat Lemah: Banyak orang merasa bahwa menunjukkan kesedihan atau kelemahan akan membuat mereka terlihat kurang kompeten atau kuat di mata orang lain.

  • Apa saja contoh kasus eccedentesiast dalam kehidupan nyata?

Di Media Sosial: Banyak orang yang memposting foto-foto bahagia dan status positif untuk mempertahankan citra tertentu di depan teman-teman mereka, meskipun sebenarnya mereka sedang menghadapi masalah.

 

Baca juga:
Apa Arti 'Pick Me' di TikTok? Kenali Tren Sosial dan Contohnya
Bagaimana Ruang Online Memperkuat Ketidakpastian Remaja dalam Interaksi Sosial
Mengapa Rabies Takut Air?

 

Eccedentesiast Adalah Fenomena Menyembunyikan Rasa Sakit

Istilah eccedentesiast mungkin masih terdengar asing bagi banyak orang. Namun, istilah ini mungkin sudah sering kamu alami di kehidupan sehari-hari. Eccedentesiast adalah seseorang yang menyembunyikan rasa sakit di balik senyuman atau kebahagiaan palsu.

Kata ini berasal dari tiga akar kata Latin:

  1. ecce (aku mempersembahkan)
  2. dentes (gigi, yang menandakan senyuman)
  3. iast (pelaku/entertainer)

Secara harfiah, kata ini berarti "aku mempersembahkan gigi sebagai seorang entertainer (penghibur)," yang menggambarkan seseorang yang memalsukan senyum untuk menyembunyikan emosi yang sebenarnya.

Asal Usul Istilah Eccedentesiast

Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh novelis Amerika, Florence King, dalam kolomnya "The Misanthrope’s Corner" di majalah National Review. King menggunakan istilah ini untuk menggambarkan politisi dan tokoh televisi yang sering kali harus memasang senyum palsu di depan kamera demi penampilan profesional mereka. Dalam perkembangannya, istilah eccedentesiast mulai digunakan untuk merujuk pada siapa saja yang enggan menunjukkan emosi sebenarnya, terutama kesedihan, di hadapan orang lain.

Fenomena Eccedentesiast dalam Kehidupan Sehari-hari

Fenomena eccedentesiast dapat ditemukan di berbagai aspek kehidupan. Banyak orang yang merasa perlu menyembunyikan perasaan negatif mereka dengan alasan yang beragam. Beberapa alasan umum termasuk keinginan untuk tidak terlihat lemah, takut dikasihani, atau kebiasaan menyelesaikan masalah dan mengelola emosi sendiri. Berikut adalah beberapa contoh kasus dalam kehidupan nyata:

  1. Di Tempat Kerja: Karyawan yang menghadapi tekanan atau masalah pribadi mungkin merasa perlu menampilkan senyuman palsu agar terlihat profesional dan tidak memengaruhi produktivitas mereka.
  2. Di Media Sosial: Banyak orang yang memposting foto-foto bahagia dan status positif untuk mempertahankan citra tertentu di depan teman-teman mereka, meskipun sebenarnya mereka sedang menghadapi masalah.
  3. Dalam Hubungan Pribadi: Seseorang mungkin menyembunyikan kesedihan atau kekhawatiran dari pasangan atau keluarga untuk menjaga suasana tetap harmonis.

Eccedentesiast dalam Perspektif Psikologi

Meskipun istilah eccedentesiast tidak banyak digunakan dalam literatur psikologi, konsep memalsukan senyuman dan pura-pura bahagia telah banyak dibahas. Psikolog Denrich Suryadi menyatakan bahwa ada dua alasan utama mengapa seseorang tidak mengekspresikan emosi sesuai dengan yang dirasakan: keengganan dan kesulitan. Eccedentesiast secara spesifik mengarah pada keengganan mengekspresikan kesedihan.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi eccedentesiast, antara lain:

  1. Ketakutan Terlihat Lemah: Banyak orang merasa bahwa menunjukkan kesedihan atau kelemahan akan membuat mereka terlihat kurang kompeten atau kuat di mata orang lain.
  2. Pengalaman Masa Kecil: Pola asuh yang tidak memberikan ruang bagi anak untuk mengekspresikan emosi dapat membuat mereka tumbuh menjadi pribadi yang enggan menunjukkan perasaan sebenarnya.
  3. Budaya dan Norma Sosial: Beberapa budaya mendorong individu untuk selalu tampak bahagia dan kuat, sehingga orang merasa perlu menyembunyikan emosi negatif mereka.

Dampak Negatif dari Menyembunyikan Emosi

Menyembunyikan emosi, terutama dengan berpura-pura bahagia, dapat memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan mental seseorang. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin timbul:

  1. Stres dan Kecemasan: Menyimpan emosi negatif dapat menyebabkan peningkatan tingkat stres dan kecemasan. Ketika seseorang tidak bisa mengekspresikan perasaan sebenarnya, hal ini dapat menimbulkan tekanan batin yang berat.
  2. Depresi: Ketidakmampuan untuk mengekspresikan emosi negatif secara sehat dapat menyebabkan depresi. Emosi yang terpendam lama-kelamaan bisa menumpuk dan membuat seseorang merasa putus asa.
  3. Kehilangan Koneksi Emosional: Menyembunyikan perasaan sebenarnya dapat menghambat kemampuan seseorang untuk menjalin hubungan emosional yang mendalam dengan orang lain. Hal ini bisa membuat seseorang merasa terisolasi dan kesepian.

Cara Mengatasi Perilaku Eccedentesiast

Mengatasi perilaku eccedentesiast memerlukan kesadaran dan usaha untuk lebih terbuka dalam mengekspresikan emosi. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

  1. Mengenali dan Menerima Emosi: Langkah pertama adalah mengenali dan menerima emosi yang dirasakan. Menyadari bahwa merasa sedih, marah, atau kecewa adalah hal yang normal dan manusiawi.
  2. Berbagi dengan Orang Terdekat: Mencari dukungan dari teman atau keluarga dapat membantu mengurangi beban emosi. Berbagi perasaan dengan orang yang dipercaya bisa menjadi langkah penting untuk mengatasi emosi negatif.
  3. Mengungkapkan Emosi secara Sehat: Menemukan cara yang sehat untuk mengekspresikan emosi, seperti menulis jurnal, berolahraga, atau melakukan kegiatan seni, dapat membantu meredakan tekanan batin.
  4. Mencari Bantuan Profesional: Jika merasa kesulitan mengelola emosi sendiri, tidak ada salahnya mencari bantuan dari profesional seperti psikolog atau konselor.

Istilah eccedentesiast menggambarkan fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, di mana seseorang menyembunyikan rasa sakit di balik senyuman. Meskipun mungkin terlihat sepele, perilaku ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk lebih terbuka dalam mengekspresikan emosi dan mencari dukungan ketika diperlukan. Menjadi benar-benar bahagia bukanlah tentang selalu tersenyum, melainkan tentang menerima dan menghadapi emosi kita dengan cara yang sehat dan konstruktif.