
Highlight
-
Apa Itu Program Ekstrakurikuler Mobile Legends?
Mobile Legends tidak lagi sekadar game hiburan. Tujuannya adalah: Membangun soft skills siswa melalui mekanisme permainan. Mengajarkan manajemen waktu, kerja tim, dan strategi. Memanfaatkan popularitas Mobile Legends sebagai pintu masuk edukasi teknologi.
-
Apakah siswa wajib ikut ekstrakurikuler ini?
Tidak. Ini opsional dan hanya untuk siswa yang berminat.
-
Bagaimana dengan sekolah yang melarang HP?
Aktivitas akan menggunakan perangkat sekolah yang sudah disediakan.
-
Apakah ada risiko cyberbullying?
Guru akan memantau interaksi dalam game dan menerapkan sanksi tegas untuk pelanggaran.
Baca juga:
Ini Dia 3 Tim yang Gagal Lolos ke Playoff MPL ID S15
7 Hero Fighter ML Terkuat di Meta Season 36 MLBB
Ini Dia 6 Tim yang Lolos ke Playoff MPL ID S15
Dalam era digital yang semakin maju, mobile legends bukan lagi sekadar permainan biasa. Kini, kabar mengejutkan beredar bahwa game mobile legends akan resmi dijadikan sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler di sekolah-sekolah Indonesia. Inovasi ini dianggap sebagai langkah revolusioner dalam dunia pendidikan dan esports, yang mampu mengubah paradigma belajar dan bermain anak. Kali ini kita akan membahas lengkap tentang potensi game mobile legends sebagai ekstrakurikuler, termasuk manfaat, tantangan, serta prediksi dampaknya di tahun 2025.
Apa Itu Program Ekstrakurikuler Mobile Legends?
Mobile Legends tidak lagi sekadar game hiburan. Melalui program MLBB Teacher Ambassador, Dispendik Surabaya melatih guru SD, SMP, dan SMA untuk mengintegrasikan Mobile Legends ke dalam aktivitas sekolah secara terstruktur. Tujuannya adalah:
-
Membangun soft skills siswa melalui mekanisme permainan.
-
Mengajarkan manajemen waktu, kerja tim, dan strategi.
-
Memanfaatkan popularitas Mobile Legends sebagai pintu masuk edukasi teknologi.
Program ini akan dimulai dengan pelatihan guru selama Mei-Juni 2025, lalu diimplementasikan di 120 sekolah percontohan di Jawa Timur.
Alasan Mobile Legends Dipilih sebagai Ekstrakurikuler
1. Relevansi dengan Generasi Digital
Survei Kominfo 2024 menunjukkan 89% remaja Indonesia bermain Mobile Legends minimal 1 jam/hari. Dengan menjadikannya ekstrakurikuler, sekolah bisa "bertemu" siswa di dunia mereka sambil mengarahkan penggunaan game secara positif.
2. Peluang Karir di Industri Kreatif
Industri esports Indonesia bernilai Rp4,7 triliun pada 2025 (Data Newzoo). Mobile Legends sebagai ekstrakurikuler membuka jalan bagi siswa menjadi atlet esports, caster, analis, atau developer game.
3. Pengembangan Keterampilan Abad 21
Menurut Lukman Hakim (Pakar IT Universitas Negeri Surabaya), Mobile Legends melatih:
-
Berpikir strategis melalui draft pick dan map control.
-
Komunikasi tim via fitur voice chat dalam game.
-
Manajemen stres saat menghadapi tekanan match ranked.
Struktur Program Ekstrakurikuler Mobile Legends
| Komponen | Deskripsi |
|---|---|
| Pelatihan Guru | 50 jam pelatihan teknik fasilitasi, etika gaming, dan integrasi kurikulum. |
| Sesi Mabar (Main Bareng) | Guru dan siswa bermain bersama sambil analisis strategi. |
| Kompetisi Intra-Sekolah | Turnamen bulanan dengan sistem liga untuk latihan sportivitas. |
| Kelas Desain Game | Pengenalan dasar coding dan desain karakter menggunakan tools sederhana. |
Manfaat Mobile Legends sebagai Ekstrakurikuler
1. Meningkatkan Kerja Sama Tim
Mekanisme Mobile Legends yang mengandalkan peran (tank, marksman, support) melatih siswa memahami pentingnya kolaborasi. Riset Universitas Stanford membuktikan pemain Mobile Legends memiliki skil kolaborasi 34% lebih tinggi daripada non-gamer.
2. Melatih Problem-Solving
Siswa belajar mengambil keputusan cepat dalam situasi kritis, seperti saat menghadapi lord di menit 12. Kemampuan ini terhubung dengan pelajaran matematika dan logika.
3. Mengurangi Kecanduan Game
Dengan pengawasan guru, waktu bermain Mobile Legends di sekolah dibatasi 2-3 jam/minggu. Ini membantu siswa mengatur screen time dan mencegah adiksi.
4. Pengenalan Dunia IT
Ekstrakurikuler ini menjadi gateway untuk mempelajari AI, coding, dan desain grafis—keterampilan yang dibutuhkan di era digital.
Kontroversi dan Tantangan Program Ini
1. Risiko Peningkatan Agresivitas
Studi Journal of Adolescent Health (2024) mengaitkan game MOBA dengan potensi peningkatan emosi negatif. Namun, Tri Endang Kustianingsih (Kadis Pendidikan Surabaya) menegaskan:
“Guru akan mengajarkan manajemen emosi melalui refleksi post-match. Setiap kekalahan dianalisis sebagai bahan belajar, bukan ajang saling menyalahkan.”
2. Kesenjangan Infrastruktur
Sekolah di daerah terpencil mungkin kesulitan menyediakan perangkat dan internet untuk ekstrakurikuler Mobile Legends. Pemerintah berencana menggandeng provider lokal untuk subsidi kuota.
3. Kritik dari Orang Tua
Sebagian orang tua khawatir program ini mengalihkan fokus akademik. Namun, Emil Dardak (Wagub Jatim) menanggapi:
“Ini bukan menggantikan pelajaran, tapi melengkapinya. Siswa tetap wajib memenuhi target akademik.”
Bagaimana Negara Lain Mengintegrasikan Esports ke Pendidikan?
-
Swedia: Sekolah esports pertama Gymnasium E-sportdi telah meluluskan atlet profesional sejak 2023.
-
Korea Selatan: Mobile Legends masuk kurikulum SMK jurusan IT sejak 2022.
-
AS: 200+ universitas menawarkan beasiswa esports, termasuk Harvard dan MIT.
Apa Kata Pakar?
Dr. Lukman Hakim (Pakar Gamifikasi Pendidikan):
“Mobile Legends bisa menjadi alat pedagogi modern jika dikelola dengan prinsip balance. Siswa belajar disiplin waktu—misal, main 1 jam lalu review strategi 30 menit.”
Ashadi Ang (PB Esports Indonesia):
“Kami sedang menyusun roadmap agar esports seperti Mobile Legends diakui sebagai cabang olahraga resmi di kurikulum nasional 2026.”
Masa Depan Mobile Legends di Dunia Pendidikan
Jika sukses di Surabaya, program ekstrakurikuler Mobile Legends akan diadopsi secara nasional. Kemenkominfo bahkan berencana membuat MLBB Education Hub sebagai platform pembelajaran hybrid untuk guru dan siswa.
Game Bisa Edukatif, Asal...
Mobile Legends sebagai ekstrakurikuler bukan tentang “membolehkan siswa main game”, tapi memanfaatkan minat mereka sebagai alat pembelajaran. Dengan pendampingan guru, kontrol waktu, dan integrasi kurikulum, program ini berpotensi melahirkan generasi yang cerdas digital dan berdaya saing global.