Highlight
-
Mengapa Penting:
Oei Hui-lan, lahir pada 2 Desember 1889, adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah Asia Tenggara pada awal abad ke-20. Sebagai putri dari Oei Tiong Ham, seorang konglomerat terkemuka pada masanya, kisah hidupnya memikat banyak orang. Kisah perjuangan, pernikahan, dan kemewahan yang dialaminya adalah salah satu cermin kehidupan di kalangan elit Tionghoa pada masa itu.
-
Gambaran Besar:
Oei Hui-lan adalah bagian dari keluarga Oei yang dikenal dengan berbagai bisnis, termasuk bisnis gula dan opium. Ayahnya, Oei Tiong Ham, berhasil mempertahankan kekayaan keluarganya dan menjalin perkawinan yang strategis dengan Goei Bing-nio, seorang perempuan dari keluarga orang kaya lama di Hindia Belanda. Perkawinan ini menciptakan ikatan yang kuat antara keluarga Oei dan masyarakat elit saat itu.
-
Sorotan:
Masa kecil dan pendidikan modern yang diterima oleh Hui-lan adalah gambaran dari kekayaan keluarga Oei. Mereka tinggal dalam kompleks istana megah dengan luas hampir 9 hektar yang dilengkapi dengan kolam renang dan kebun binatang pribadi. Selain itu, pendidikan modern yang diajarkan oleh tutor-tutor Eropa membuat Hui-lan dan saudarinya, Oei Tjong-lan, memiliki pengetahuan yang luas, termasuk berbahasa Inggris, Perancis, Hokkien, Mandarin, dan Belanda.
-
Perspektif Luas:
Pernikahan Hui-lan dengan Beauchamp Forde Gordon Caulfield-Stoker, seorang agen konsuler Britania Raya, membawanya ke Inggris dan mengubahnya menjadi sosialita ternama dengan sebutan "Countess Hoey." Kisah hidupnya mencerminkan perpaduan antara kehidupan pribadi yang glamor dengan latar belakang klik politik dan bisnis. Pernikahan anyarnya dengan diplomat V. K. Wellington Koo juga menghadirkan kisah perjalanan hidup yang berbeda.
-
Perspektif Mendalam:
Madame Koo, demikian Hui-lan dipanggil, tidak hanya dikenal karena kemewahannya, tetapi juga karena peran pentingnya dalam membujuk Amerika Serikat untuk mendukung Tiongkok dalam konflik Asia. Pernikahan dan perceraian dalam hidupnya mencerminkan dinamika kompleks dalam kehidupan seorang wanita yang memiliki segala kekayaan dan kepintaran.
-
Kilas Balik:
Hui-lan, yang hidup hingga usia 103 tahun, memilik banyak prestasi dalam hidupnya. Lukisan potretnya, foto-foto, dan koleksi busananya diabadikan di berbagai museum ternama di dunia, termasuk the National Portrait Gallery di London, the Metropolitan Museum of Art di New York, dan the Peranakan Museum di Singapura.
Mengenal Oei Hui-lan: Kehidupan Glamor Anak Orang Kaya Era Kolonial
Oei Hui-lan: Anak Konglomerat Asia Tenggara
Oei Hui-lan lahir pada 2 Desember 1889, dan dia adalah putri dari salah satu konglomerat terbesar di Asia Tenggara pada awal abad ke-20, Oei Tiong Ham. Ayahnya, Oei Tiong Ham, adalah pemilik perusahaan Kian Gwan yang bergerak di berbagai bidang bisnis, termasuk bisnis gula dan opium. Sejarah perusahaan ini sudah berakar sejak kakek Hui-lan, Oei Tjie Sien, mendirikannya pada 1863.
Meskipun Oei Tiong Ham memiliki harem dengan lebih dari 40 anak dari berbagai gundik, kekayaan keluarga tersebut tetap terdongkrak oleh status istrinya, Goei Bing-nio, yang berasal dari keluarga orang kaya lama di Hindia Belanda sejak abad ke-18. Perkawinan antara Oei Tiong Ham dan Goei Bing-nio menciptakan ikatan yang kuat antara elite lama dan keluarga Oei yang awalnya adalah orang kaya baru.
Masa Kecil dan Pendidikan Modern
Hui-lan dan saudari perempuannya, Oei Tjong-lan, dibesarkan dalam kemewahan yang sulit dibayangkan. Mereka tinggal di sebuah istana megah dengan luas hampir 9 hektar, lengkap dengan 200 kamar, kolam renang, dan kebun binatang pribadi. Pendidikan mereka tidak kalah mewah, dengan tutor-tutor Eropa yang mengajari mereka berbagai ilmu pengetahuan modern.
Pada masa itu, terjadi tren westernisasi di kalangan keturunan Tionghoa Cabang Atas di Indonesia. Hui-lan dan Tjong-lan tidak hanya pandai berbahasa Inggris dan Perancis, tetapi juga memiliki pengetahuan dalam bahasa Hokkien, Mandarin, dan Belanda. Bahkan pada 1905, mereka tampil di Singapura menyanyi dalam bahasa Perancis, yang membuat surat kabar lokal melaporkan tentang "gadis Tionghoa yang menyanyi dalam bahasa Perancis kepada penonton Inggris di negara Melayu."
Pernikahan dan Kehidupan di Inggris
Pada usia 20 tahun, Hui-lan menikah dengan Beauchamp Forde Gordon Caulfield-Stoker, seorang agen konsuler Inggris di Semarang yang berusia 32 tahun. Pernikahan ini memiliki latar politis yang signifikan karena Caulfield-Stoker kemudian bertugas mewakili kepentingan bisnis gula Oei di London.
Hui-lan dan suaminya pindah ke Inggris di mana mereka hidup dalam kemewahan gaya Edwardian. Uang saku Hui-lan dari Semarang tak berseri sehingga memungkinkannya menjadi sosialita ternama di London. Dia dikenal dengan nama "Countess Hoey," mengingat banyak yang salah mengira ayahnya seseorang dengan gelar bangsawan. Pak Oei sering disebut sebagai "Rockefeller dari Tiongkok."
Hui-lan melahirkan putra pertamanya, Lionel Montgomery Caulfield-Stoker, pada 1912. Sayangnya, sang suami lebih suka menjaga jarak dan diutus ke Royal Army Service Corps pada 1915. Akhirnya, mereka bercerai pada tahun 1920, setelah Perang Dunia I.
Pernikahan Baru dan Kehidupan di Eropa
Hui-lan kemudian menikah dengan diplomat dan politisi V. K. Wellington Koo, seorang Tiongkok didikan Columbia University, New York. Pernikahan ini membuat mereka tenar di kalangan flapper Eropa. Kehidupan glamour mereka diperkaya oleh warisan tak terbatas dari Pak Oei.
Madame Koo, demikian julukan barunya, terkenal dengan gaya berbusananya yang chic. Dia memadukan busana tradisional Tionghoa, seperti cheongsam, dengan sentuhan Eropa yang modern. Hal ini membuatnya menjadi ikon mode dan membantu mempopulerkan cheongsam sebagai busana nasional Tiongkok. Ia bahkan diakui dalam majalah Vogue sebagai "perempuan berbusana terbaik" pada 1920-an, 1930-an, dan 1940-an.
Perjalanan Hidup Madame Koo
Hidup Madame Koo penuh dengan perjalanan dan kemewahan. Mereka tinggal di Jenewa, Beijing, dan kemudian pindah ke Paris ketika Wellington Koo menjadi duta besar untuk Perancis. Hui-lan memainkan peran penting dalam membujuk Amerika Serikat untuk mendukung Tiongkok dalam konflik Asia. Kehidupan mereka yang sering pindah dan dipenuhi dengan pesta-pesta mewah adalah bagian dari warisan besar yang ditinggalkan oleh Pak Oei.
Namun, pada 1958, Madame Koo bercerai dari Wellington Koo dan menetap di New York City hingga akhir hayatnya. Ia wafat pada 1992 di usia 103 tahun. Ketiga suami dan anak-anaknya telah meninggal. Republik Tiongkok sudah berada dalam pemerintahan Partai Komunis yang berseberangan dengannya. Aset-aset perusahaan gula Pak Oei di Indonesia juga telah diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan diubah menjadi BUMN bernama Rajawali Nusantara Indonesia.
Lukisan potret Oei Hui-lan, foto-foto, dan busananya dapat ditemui di berbagai museum ternama di seluruh dunia, termasuk the National Portrait Gallery di London, the Metropolitan Museum of Art di New York, dan Peranakan Museum di Singapura.