Mengurangi Masalah Polusi Cahaya

Penulis: Achmad Susanto
Editor: Wolfgang Situmorang
Mengurangi Masalah Polusi Cahaya

Mengatasi Polusi Cahaya: Solusi Efektif untuk Mengurangi Masalah Polusi Cahaya

Highlight

  • Mengapa Penting:

Polusi cahaya memiliki dampak yang luas dan serius. Masalah utamanya adalah cahaya dengan panjang gelombang pendek, terutama gelombang putih kebiruan. Cahaya jenis ini dapat mengganggu tidur manusia, mempengaruhi perilaku hewan, dan mengganggu ekosistem alami. Khususnya, cahaya dari lampu dioda hemat energi (LED) menjadi penyumbang utama polusi cahaya. Ini dapat mengacaukan pola tidur manusia, mengganggu migrasi satwa liar, dan merusak ritme alamiah lingkungan.

  • Gambaran Besar:

Tantangan utama dalam mengatasi polusi cahaya adalah mencari solusi yang efektif dan praktis. Beberapa solusi sederhana telah diajukan oleh para ahli, seperti meredupkan lampu, mengarahkan cahaya ke bawah, atau menggunakan lampu dengan panjang gelombang yang lebih panjang. Namun, penerapan solusi-solusi ini tidaklah mudah karena berbagai faktor teknis dan regulasi yang perlu dipertimbangkan.

  • Sorotan:

Salah satu solusi menjanjikan adalah penggunaan pencahayaan ramah lingkungan dengan sertifikasi hijau. Dengan menerapkan persyaratan teknis tertentu pada perangkat pencahayaan LED, kita dapat mengurangi dampak polusi cahaya sekaligus meningkatkan efisiensi energi. Selain itu, pendekatan berbasis pembatasan emisi cahaya "garis merah" juga dapat membantu mengurangi polusi cahaya yang berlebihan di malam hari. Contohnya adalah penggunaan pencahayaan pantai berwarna amber (kuning lulur), yang telah terbukti efektif dalam mengurangi polusi cahaya sepanjang jalan raya pesisir.

  • Perspektif Luas:

Meskipun banyak solusi yang diusulkan, masih ada kendala dan tantangan dalam mengatasi polusi cahaya. Salah satu kendala utamanya adalah kurangnya pengawasan dan regulasi terhadap kecerahan pencahayaan di luar ruangan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan regulasi di berbagai wilayah dan tingkat pemerintahan. Di samping itu, perbedaan pandangan mengenai definisi polusi cahaya juga dapat menghambat upaya mitigasi.

  • Perspektif Mendalam:

Sebagai contoh studi kasus, penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan sosial Nona Schulte-Römer dari Universitas Humboldt di Berlin menyoroti kompleksitas masalah polusi cahaya. Penelitian ini melibatkan berbagai ahli yang memiliki pandangan beragam mengenai penyebab dan solusi polusi cahaya. Meskipun ada perbedaan pandangan, sebagian besar ahli setuju bahwa perlindungan terhadap satwa liar dan ekosistem adalah salah satu alasan utama dalam mengurangi polusi cahaya.

  • Kilas Balik:

Langkah-langkah telah diambil untuk mengurangi dampak polusi cahaya, tetapi tantangan masih ada di depan. Salah satu pendekatan yang menjanjikan adalah proyek "LUNA" yang bertujuan untuk mempromosikan penggunaan pencahayaan LED ramah lingkungan. Namun, proyek ini masih perlu diperluas untuk mencakup berbagai jenis lampu, termasuk bohlam dan perangkat pencahayaan berwarna merah dan amber. Standarisasi properti spektral dari lampu-lampu tersebut juga perlu diperhatikan lebih lanjut.

 

Melawan Polusi Cahaya: Solusi Kreatif untuk Masalah Global

Tantangan Cahaya Polusi dan Solusi yang Menjanjikan

Masalah besar yang dihadapi adalah cahaya dengan panjang gelombang pendek berwarna putih kebiruan, yang menyebabkan gangguan tidur pada manusia dan mengganggu perilaku migrasi serta pemangsaan pada spesies lain (2). Gelombang putih-kebiruan telah merajalela sejak munculnya lampu dioda yang hemat energi dan murah (LED) pada awal tahun 2000-an (3). Bayi penyu laut bergerak menuju tempat parkir yang terang karena cahaya LED, terbingung tentang arah laut; dan burung penyanyi yang terbang pada malam hari menabrak gedung perkantoran yang disinari oleh LED, terbujuk oleh cahaya langit (4, 5).

Solusi Sederhana untuk Polusi Cahaya

Solusi untuk mengatasi polusi cahaya sebenarnya sederhana, para ahli sepakat—redupkan beberapa lampu; arahkan cahaya ke bawah, bukan ke langit; atau pilih bohlam dengan panjang gelombang yang lebih panjang dan lebih merah. Namun, menemukan cara untuk menerapkan solusi-solusi tersebut adalah tantangan yang dihadapi oleh para pendukung langit gelap dan para profesional pencahayaan. "Sebagian dari masalahnya, pada umumnya, adalah tidak ada skema pengaturan tunggal yang menangani semuanya," kata ahli ekologi perkotaan Travis Longcore dari University of California, Los Angeles. Longcore memperkenalkan istilah "polusi cahaya ekologis" dalam sebuah artikel penting pada tahun 2004 (6, 7).

Kendala dan Tantangan Polusi Cahaya

Travis Longcore menjelaskan bahwa masalah yang sebenarnya dapat diatasi ini masih belum terpecahkan karena beragam rekomendasi industri, peraturan daerah, dan undang-undang negara bagian yang pada dasarnya mengatur tingkat kecerahan pencahayaan di Amerika Serikat. Standar efisiensi energi federal sejak tahun 2007 telah mendorong penyebaran LED, tetapi tidak ada pengawasan federal terhadap kecerahan pencahayaan di luar ruangan (8). Beberapa negara bagian dan kabupaten memang memiliki peraturan untuk mengurangi polusi cahaya di malam hari. Namun, sebagian besar insinyur dan perancang yang merancang pencahayaan di hotel, gedung perkantoran, dan jalan-jalan kota mengandalkan standar yang ditetapkan oleh industri untuk memilih jenis lampu dan perangkat pencahayaan.

Mengadopsi Solusi yang Menjanjikan

Meskipun demikian, terdapat solusi-solusi menjanjikan, seperti sertifikasi hijau untuk pencahayaan ramah lingkungan, pembatasan emisi cahaya "garis merah," dan perluasan langkah-langkah yang sudah berhasil, seperti pencahayaan pantai berwarna amber di sepanjang jalan raya pesisir. Namun, mencapai adopsi yang luas tidaklah mudah. Perancangan pencahayaan yang ramah lingkungan, seperti yang diilustrasikan di Ann and Jim Goodnight Museum Park di North Carolina Museum of Art di Raleigh, melibatkan perangkat pencahayaan yang dipasang dengan cermat dan difokuskan sehingga cahaya hanya mengarah ke tempat yang diperlukan (9).

Studi Kasus

Pada tahun 2018, ilmuwan sosial Nona Schulte-Römer dari Universitas Humboldt di Berlin melakukan penelitian tentang polusi cahaya. Dalam penelitian ini, dia menemukan bahwa baik para pendukung pelestarian langit gelap maupun orang-orang yang mendapatkan keuntungan dari pencahayaan luar ruangan merasa frustrasi dengan situasi yang ada. Penelitian ini melibatkan 205 ahli yang terdiri dari insinyur pencahayaan, perancang, ahli ekologi, dan astronom. Mayoritas dari mereka setuju bahwa pencahayaan malam hari dapat menjadi bentuk polusi, dan polusi cahaya terjadi ketika "cahaya masuk ke area yang tidak diinginkan... tidak digunakan, menghalangi visibilitas bintang, dan menghasilkan silau."

Namun, ada perbedaan pandangan mengenai hambatan terbesar dalam penanggulangan masalah polusi cahaya. Separuh dari para profesional pencahayaan menganggap definisi yang tidak jelas tentang polusi cahaya di kalangan publik sebagai penghalang utama dalam mitigasi. Hanya sepertiga dari para ahli polusi yang setuju dengan pernyataan tersebut.

Keduanya, bagaimanapun, setuju bahwa perlindungan terhadap satwa liar dan ekosistem adalah alasan yang baik untuk mengurangi polusi cahaya. Mereka juga setuju bahwa para perancang pencahayaan bertanggung jawab atas penanggulangan masalah ini dan bahwa pendidikan para perancang dan pengguna akhir bisa menjadi salah satu solusi (10).

Upaya Meminimalkan Dampak

Sebagai bagian dari solusi, Proyek "LUNA" bertujuan untuk mengurangi polusi cahaya dengan menetapkan persyaratan teknis bagi perangkat pencahayaan LED luar ruangan untuk mendapatkan sertifikasi energi yang efisien dan minim polusi cahaya. Harapannya, proyek ini dapat mendorong pasar untuk beralih ke LED yang lebih ramah lingkungan. Namun, proyek ini belum mencakup produk-produk dengan polusi cahaya yang paling rendah, seperti bohlam dan perangkat pencahayaan berwarna merah dan amber. Oleh karena itu, diperlukan standardisasi properti spektral dari jenis lampu tersebut (11).

Solusi Menggunakan Teknologi Baru

Meskipun solusi untuk mengatasi polusi cahaya tidak sulit, perancang dan insinyur pencahayaan sering kali lebih memilih efisiensi energi daripada mempertimbangkan dampak polusi cahaya. Misalnya, kota-kota sering kali memilih LED terang dan berwarna biru-putih untuk menggantikan lampu jalan yang usang. Meskipun hemat energi, lampu tersebut seringkali lebih terang dan lebih memancarkan polusi cahaya. Sayangnya, banyak lampu yang dibiarkan menyala sepanjang malam, seperti lampu di gedung perkantoran yang tidak diperlukan.

Tantangan dan Peluang di Masa Depan

Sementara langkah-langkah sudah diambil untuk mengurangi polusi cahaya, tantangan masih ada di hadapan. Tidak ada skema pengaturan tunggal yang mampu menangani semua aspek polusi cahaya, dan standar peraturan industri sering kali bertentangan dengan hukum di beberapa negara bagian.

Di Florida, contohnya, hukum melindungi penyu laut dengan mengharuskan penggunaan pencahayaan berwarna amber. Sistem izin khusus diterapkan untuk memastikan lampu di dekat pantai tidak mengganggu satwa liar yang sensitif. Namun, implementasi hukum semacam ini masih memerlukan koordinasi dan penegakan yang lebih baik.