
Highlight
-
Mengapa Penting:
Keenam peristiwa kepunahan massif dalam sejarah Bumi memegang peran kunci dalam evolusi kehidupan dan bentuk ekosistem saat ini. Memahami penyebab dan dampaknya memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana perubahan alam dapat memengaruhi biodiversitas dan ekologi planet kita.
-
Gambaran Besar:
Sejarah enam peristiwa kepunahan massif, dari Ordovisium-Silurium hingga masa kehancuran dinosaurus pada Kretaseus-Paleogen, menciptakan gambaran besar evolusi kehidupan di Bumi. Setiap peristiwa menandai puncak tantangan ekologis yang membentuk dan mengubah jalannya evolusi spesies
-
Sorotan:
Ordovisium-Silurium: Pertama kali terjadi dan menyebabkan 71 persen spesies punah. Silicate weathering menjadi faktor kunci.
Devonian Akhir: Kepunahan bertahap dengan penurunan suku kelahiran spesies baru dan anoksia laut yang misterius.
Permian-Trias: "Great Dying", melenyapkan 80 persen invertebrata laut dan 70 persen vertebrata darat, kemungkinan karena gangguan suhu dan siklus karbon.
Trias Akhir: Gradual, menyertai perubahan iklim global dan emisi gas rumah kaca massif.
Kretaseus-Paleogen: Dampak asteroid besar, mengakhiri dominasi dinosaurus dan memberi kesempatan pada mamalia dan burung.
Massa Keenam: Kepunahan saat ini, didorong oleh aktivitas manusia, menghadirkan ancaman serius terhadap biodiversitas global.
-
Perspektif Luas:
Melihat ke enam peristiwa kepunahan ini memberikan pandangan luas tentang dinamika planet kita dari perspektif geologis dan biologis. Faktor-faktor seperti perubahan iklim, aktivitas gunung berapi, dan dampak benda langit memiliki dampak jauh ke masa depan.
-
Perspektif Mendalam:
Ordovisium-Silurium: Perubahan suhu drastis akibat silicate weathering memengaruhi spesies laut.
Devonian Akhir: Anoksia laut mungkin disebabkan oleh aliran nutrien kontinental yang meningkat.
Permian-Trias: Suhu tinggi dan letusan gunung berapi Siberian Traps menyebabkan kepunahan massif.
Trias Akhir: Emisi gas rumah kaca besar dari aktivitas vulkanik mengubah ekosistem secara bertahap.
Kretaseus-Paleogen: Dampak asteroid menciptakan kondisi yang tak bisa diatasi bagi dinosaurus.
Massa Keenam: Penghancuran habitat alami, spesies invasif, dan pemanasan global menjadi ancaman serius bagi biodiversitas.
-
Kilas Balik:
Sejarah enam peristiwa kepunahan massif mengingatkan kita akan kerapuhan kehidupan di Bumi dan bagaimana faktor-faktor eksternal dapat merubah nasib planet ini. Kilas balik ini menjadi catatan penting dalam upaya kita untuk memahami dan melindungi keanekaragaman hayati di masa depan.
Sejarah dan Penyebab Enam Peristiwa Kepunahan Massa Besar di Bumi
Kepunahan Ordovisium-Silurium
Peristiwa kepunahan Ordovisium-Silurium terjadi sekitar 443,8 juta tahun yang lalu. Inilaj peristiwa kepunahan massif pertama. Peristiwa ini mengakhiri Periode Ordovisium yang dikenal karena peningkatan dramatis kehidupan laut dan munculnya tanaman darat awal. Meskipun penyebabnya tidak sepenuhnya jelas, teori utama menunjukkan fenomena yang disebut silicate weathering. Silikat adalah mineral yang ditemukan dalam kerak Bumi yang menyimpan karbon dioksida, gas rumah kaca yang dapat meningkatkan suhu planet. Menurut teori ini, setelah silikat menyerap sejumlah karbon dioksida tertentu, Bumi menjadi lebih dingin, dan lembaran es menyebar di permukaan planet. Setelah es secara fisik memblokir silikat, karbon dioksida kembali terakumulasi di atmosfer, memanaskan planet untuk mencairkan lembaran es dan kembali mengekspos silikat, dan begitu seterusnya. Fenomena ini menyebabkan fluktuasi tingkat laut dan suhu yang begitu drastis sehingga hewan laut yang tidak bisa bertahan pada kondisi berubah pun punah.
Kepunahan Devonian Akhir
Meskipun menghilangkan sekitar 70 persen dari semua spesies laut yang hidup tepat sebelumnya, kepunahan Devonian Akhir yang terjadi sekitar 372 juta tahun yang lalu adalah salah satu kepunahan massif yang paling tidak parah. Ini juga salah satu yang paling sulit dipahami. Terjadi selama jutaan tahun, peristiwa kepunahan berlangsung secara bertahap, artinya tingkat kepunahan spesies tidak jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Namun, tingkat munculnya spesies baru anjlok selama interval tersebut. Perubahan dalam tingkat kepunahan dan spesiasi kemungkinan disebabkan oleh stres lingkungan yang tumpang tindih, mulai dari pemanasan global hingga dampak benda langit. Epoch Devonian Akhir ditandai oleh oksinia laut, atau oksigen yang tidak mencukupi—kondisi yang mungkin telah memusnahkan banyak spesies laut. Namun, penyebab oksinia masih tidak pasti. Salah satu teori menyoroti peningkatan aliran nutrien kontinental: jika lebih banyak nutrien mengalir dari daratan ke laut, lebih banyak alga akan mekar di air, sehingga merusak oksigen. Peneliti terus membahas ini dan mekanisme lainnya yang mungkin menjadi penyebab kepunahan.
Kepunahan Permian-Trias
Kepunahan Permian-Trias, terkadang disebut "Great Dying" adalah peristiwa kepunahan massif terbesar dalam catatan fosil. Terjadi sekitar 252 juta tahun lalu, peristiwa ini memusnahkan setidaknya 80 persen spesies invertebrata laut dan sekitar 70 persen spesies vertebrata darat. Lebih dari setengah dari semua keluarga hewan mungkin punah—sebuah penurunan taraf biodiversitas Bumi yang menggegerkan. Durasi persis peristiwa kepunahan ini tidak jelas: beberapa ilmuwan berpendapat durasinya berlangsung selama 15 juta tahun, sementara yang lain bersikeras puluhan ribu tahun. Meskipun estimasi waktu yang berbeda mengindikasikan penyebab kepunahan yang berbeda, sebagian besar teori berpusat pada anomali suhu dan siklus karbon. Studi menunjukkan bahwa suhu laut yang tinggi mungkin telah membunuh banyak organisme. Selain itu, serangkaian letusan gunung berapi yang membentuk daerah batuan gunung berapi yang disebut Siberian Traps mungkin telah mengeluarkan awan abu yang memblokir sinar matahari sehingga mengganggu rantai makanan.
Kepunahan Trias Akhir
Kepunahan Trias Akhir, yang terjadi terutama di batas antara tahap Norium dan Rhaetian (sekitar 208 juta tahun yang lalu), memusnahkan banyak spesies amfibi dan reptil di darat serta banyak spesies invertebrata, ikan, dan reptil di laut. Kepunahan ini, beserta perubahan lingkungan yang menyertainya, membuka jalan bagi dinosaurus untuk mengambil alih daratan. Tidak ada satu peristiwa tunggal yang memicu kehilangan biodiversitas; sebaliknya, peristiwa-peristiwa ini terjadi secara bertahap dalam gangguan global siklus karbon. Anomali itu kemungkinan melibatkan emisi gas rumah kaca besar dari aktivitas gunung berapi berskala besar, yang mungkin berkontribusi pada peningkatan suhu global yang tidak bisa diatasi banyak spesies.
Kepunahan Kretaseus-Paleogen
Kepunahan massif yang mungkin yang paling terkenal adalah Kretaseus-Paleogen, atau K–Pg, yang terjadi sekitar 66 juta tahun yang lalu. Ini menandai akhir sekitar 67 persen dari semua spesies, termasuk dinosaurus non-avian. Akibatnya, mamalia dan burung ("dinoburung") dapat menguasai daratan. Konsensus ilmiah yang mendominasi menyatakan kepunahan disebabkan oleh dampak benda langit raksasa. Sebuah fragmen asteroid dengan diameter perkiraan 10 kilometer, atau 6,2 mil, menabrak Bumi, mengirim gelombang besar panas, debu, dan jelaga di sekitar planet. Jelaga yang terbawa angin memblokir sinar matahari, sehingga meruntuhkan ekosistem. Bukti utama peristiwa ini adalah kawah dampak besar yang ditemukan di dekat Semenanjung Yucatán di Amerika Tengah bagian timur laut.
Kepunahan Massa Keenam
Kepunahan massif tidak terbatas pada zaman prasejarah: kepunahan massa keenam sedang berlangsung sekarang. Didorong oleh proses antropogenik, atau yang dipicu oleh manusia, kondisi kehidupan mengalami perubahan drastis, mempercepat laju kehilangan biodiversitas. Spesies sekarang punah antara 100 hingga 1.000 kali lebih cepat daripada yang kemungkinan akan terjadi tanpa pengaruh antropogenik. Pada tingkat tersebut, ilmuwan memperkirakan bahwa 50 persen dari semua spesies yang hidup di Bumi dapat punah pada 2100. Penyebab utama kehilangan biodiversitas termasuk penghancuran habitat alami, pengenalan spesies invasif, dan eksploitasi berlebihan terhadap hewan liar. Perubahan iklim yang terkait dengan pemanasan global—yang disebabkan oleh produksi berlebihan gas rumah kaca, sebagian besar melalui pembakaran bahan bakar fosil—jauh melampaui kemampuan spesies untuk beradaptasi. Saat ini, laut menghangat 10 hingga 100 kali lebih cepat daripada selama kepunahan Permian-Trias yang mematikan itu. Mengingat konsekuensi lingkungan yang mengerikan dari banyak aktivitas antropogenik, ilmuwan mendesak lembaga-lembaga politik dan perusahaan, serta individu, untuk mengambil tindakan melindungi biodiversitas yang tersisa di planet ini.