Sejarah Alat Musik Banjo

Penulis: Hamim Septian
Editor: Achmad Susanto
Sejarah Alat Musik Banjo

Highligt

  • Mengapa Penting:

Sejarah alat musik banjo pada abad ke-19 memegang peran penting dalam memahami evolusi budaya Amerika. Dari akar Afrika hingga fenomena New Woman, banjo menjadi simbol perubahan sosial dan pergeseran dalam persepsi instrumen musik di masyarakat.

  • Gambaran Besar:

Meski sering diasosiasikan dengan hiburan yang kocak, banjo memiliki perjalanan sejarah yang mendalam. Dari penyebaran kultural oleh budak Afrika hingga transformasi dalam pertunjukan minstrel, banjo akhirnya mendapat popularitas yang lebih luas, terutama di kalangan wanita pada akhir abad ke-19.

  • Sorotan:
  1. Akar Afrika dan Penyebaran Kultural: Instrumen ini tidak hanya alat musik, tetapi juga sarana penyebaran budaya Afrika di Amerika.
  2. Masa Minstrel dan Popularitas Terbatas: Meskipun populer, banjo masih terkait dengan citra kulit hitam dan teater blackface, mendorong perubahan untuk menarik kelas menengah dan atas.
  3. Transformasi oleh Para Pemain Terkenal: Peran figur seperti "Lotta" menunjukkan bagaimana banjo dapat menjadi alat untuk melintasi batas budaya.
  4. Revolusi Pemasaran dan Popularitas di Kalangan Wanita: Strategi kreatif pemasaran membantu meningkatkan popularitas banjo di kalangan wanita dengan mengeksplorasi aspek romantis dan mewah.
  5. Fotografi Abad ke-19 dan Peran New Woman: Foto-foto menggambarkan peran banjo dalam gerakan New Woman, menyoroti perubahan peran gender dan kebebasan wanita.
  • Perspektif Luas:

Sejarah alat musik banjo bukan hanya tentang perkembangan teknis instrumen, tetapi juga mencerminkan pergeseran budaya dan sosial di Amerika. Dari peran budak Afrika hingga fenomena New Woman, banjo menjadi cermin dinamika masyarakat pada masa itu.

  • Perspektif Mendalam:

Detail tentang peran "Lotta" dan transformasi pemasaran menyoroti peran individu dan strategi kreatif dalam mengubah persepsi terhadap banjo. Penelitian fotografi abad ke-19 memberikan gambaran mendalam tentang bagaimana wanita mengadopsi dan merayakan instrumen ini dalam konteks sosialnya.

  • Kilas Balik:

Melalui sorotan sejarah alat musik banjo pada abad ke-19, kita dapat merenungkan bagaimana instrumen sederhana ini mengalami transformasi dari alat terbatas hingga simbol kebebasan dan perubahan sosial di Amerika. Kilas balik ini membuka mata terhadap peran banjo dalam membentuk budaya dan identitas Amerika pada masa lalu.

 

Sejarah Lengkap Banjo Abad ke-19: Dari Akar Afrika hingga Fenomena New Woman

Akar Afrika dan Penyebaran Kultural Sebagai Asal Alat Musik Banjo

Cecelia Conway, seorang ahli studi Appalachia, mendokumentasikan asal-usul Afrika instrumen ini. "Banjer gourd tanpa fret, thumb string pendek, dan gaya bermain downstroke dibawa oleh budak Afrika ke pemukiman Amerika," katanya. Penyebaran budaya dan mentorship kulturnya membawa pemain kulit putih, terutama para imigran Irlandia, untuk mengadopsi instrumen ini.

Masa Minstrel dan Popularitas Terbatas

Meskipun populer di kalangan budak dan di pertunjukan minstrel pada abad ke-19, banjo masih dianggap sebagai instrumen yang terkait dengan orang kulit hitam, teater blackface, dan bar kelas pekerja. Karen Elizabeth Linn, seorang etnomusikolog, mencatat bahwa pada tahun 1870-an, para pemain dan pembuat banjo merasa perlu memberikan sentuhan baru untuk menarik pembeli dari kalangan menengah dan kelas atas.

Transformasi oleh Para Pemain Terkenal

Pada dekade tersebut, figur seperti aktris terkenal "Lotta" (Carlotta Crabtree) memainkan peran penting. Meskipun tidak menjadi pemain terampil, Lotta berhasil menarik perhatian dengan kepribadiannya yang energik. Keberhasilannya dalam memainkan banjo dengan gaya minstrel mengilustrasikan kemampuannya untuk menyeberangi batas-batas budaya.

Revolusi Pemasaran dan Popularitas di Kalangan Wanita

Dalam upaya meningkatkan popularitas di kalangan wanita, pemasar menggunakan strategi kreatif. Mereka memberi nama "banjeaux" untuk memberikan kesan mewah dan Prancis. Model-model banjo dengan nama-nama seperti "Imperial" atau "Thoroughbred" diiklankan dengan cerita romantis Eropa. Fenomena ini menyebabkan lonjakan antusiasme di kalangan wanita pada akhir abad ke-19.

Fotografi Abad ke-19 dan Peran New Woman

Lydia Hamessley, peneliti abad ke-19, menemukan bahwa fotografi dari era tersebut memperlihatkan dua kategori adegan banjo: yang "menggoda" menunjukkan wanita dalam pose intim atau bersenda gurau dengan pakaian santai, dan pose "kollegial" yang melibatkan kelompok wanita dengan banjo. Foto-foto ini sejalan dengan gerakan New Woman pada awal abad ke-20, yang mengedepankan perubahan peran gender dan kebebasan wanita.