Kabarnya Banyak Hantu di Menara Saidah, Tenang Aja, Bisa Diusir kok

Kabarnya Banyak Hantu di Menara Saidah, Jangan Khawatir, Bisa Diusir

Nama saya Ranto. Saya sudah puluhan tahun menetap di Cikoko, Pancoran, Jakarta Selatan. Pada suatu hari di pertengahan tahun 90an saya melihat ada gedung yang dibangun. Saya masih remaja kala itu. Setelah gedung selesai, saya tahu gedung ini bernama Menara Saidah. Katanya, sih, orang Aceh yang punya. Dikelola sama satu keluarga gitu.

Gedung ini tak ubahnya gedung lain yang digunakan untuk perkantoran. Memiliki 24 lantai, tiap hari kami melihat hiruk pikuk di Menara Saidah. Saya sering mengamati orang-orang yang bekerja di sana. Pun, saya acap kagum dengan desain gedung yang bergaya Italia gitu.

Tapi enggak tahu kenapa, tiba-tiba saja gedung ini tutup tahun 2007. Katanya sih sengketa di anggota keluarga. Masing-masing berebut jatah dan kepemilikan. Tapi ada juga yang bilang, gedung itu ditutup lantaran konstruksinya bermasalah.  Pondasinya miring. Tapi saya sih lebih percaya yang pertama.

Setelah ditutup, gedung ini jadi gedung kosong. Tapi tetap ada penjaganya biar gak dimalingin gitu lah. Tapi namanya orang, akalnya panjang. Warga sekitar masih bisa masuk lewat belakang. 

Kalau sore hari, beberapa anak-anak kecil suka main bola di sana. Kadang kalau bosan, mereka juga sampai naik ke beberapa lantai. Cerita kosongnya gedung ini juga dibarengi dengan rumor yang menyebut jika tempat ini banyak hantu. Hah, hantu? Masa sih kita harus percaya sama hantu di Jakarta yang ramai ini.

Iya, begini ceritanya. Ya namanya juga rumor. Kadang benar, kadang ditambah. Sesuka hati yang menyebarkan. Tapi kalau yang saya ceritakan ini bukan rumor. Melainkan kisah yang saya alami sendiri. Begini ceritanya….

Dulu saya selalu pulang malam kalau dari kantor. Nah, pas lewat di depan gedung–persis di sebelah kanan gedung. Mas lihat kan, di sana ada pohon? Di sana saya suka digangguin makhlus halus.  Kadang nama saya dipanggil-panggil gitu, pas saya nengok kok gak ada orang. 

Ini terjadi berkali-kali. Sial. Gak cuma dipanggil-panggil, saya juga beberapa kali melihat bayangan putih. Kayak pocong di acara horror televisi. Tapi saya gak yakin juga itu pocong. Di lain waktu, saya juga kadang mendengar suara orang cekikian. Kayak nenek-nenek ketawa, mirip suara kuntilanak gitulah. Pada dasarnya saya bukan orang yang penakut, sih. 

Saya baru merasakan keangkeran ini dari cerita anak saya waktu dia masih umur 6 tahun. Waktu itu, bagian belakang gedung sering jadi tempat anak-anak main bola. Anak saya salah satu yang sering ikut. Saya ingat persis, waktu menjelang magrib, anak saya pulang main bola. Sesampainya di rumah, wajah anak saya pucat. Saya tanya, dia malah diam saja dan sorot matanya memancarkan ketakutan.

Tak lama berselang, anak saya jatuh sakit. Demam tinggi, menggigil. Setelah sembuh ia ceria seperti biasa. Di momen itulah, saya tanya kepada dia apa yang terjadi. Dia bilang dia melihat perempuan berambut panjang melambai-lambaikan tangan seakan hendak ngajak main. Awalnya, dia tidak takut dan malah nyamperin perempuan itu. Tapi makin dekat, samar-samar ia melihat perempuan itu lenyap dalam sekejap. Anak saya langsung lari tunggang langgang. Setelah kejadian anak saya itu, saya tahu jika gedung ini berpenghuni alias angker.

Tapi biar bagaimanapun, kami yang orang asli ini tak ingin hidup dalam ketakutan yang berlebihan, apalagi sama hantu. Kami hidup berdampingan dengan gedung kosong ini. Tiap hari kami melihat gedung ini. Makanya, ketika warga sekitar membicarakan hantu di sini, kami sudah biasa saja.

Kami, warga sini, umumnya meyakini lantai terseram di gedung ini adalah lantai lima. Pada waktu-waktu tertentu, lantai ini akan bercahaya sangat terang. Aneh, tapi ya saya belum pernah melihat.

Oh ya, beberapa tahun lalu pernah ada YouTuber dari Bekasi yang sok-sokan pengin konten di sini. Gak tahu gimana mereka bisa masuk ke dalam gedung. Tapi jangankan menghasilkan video seram, mereka langsung disambut sama keranda mayat di depan lift lantai tiga. Gak ada videonya, cuma kalau gak salah mereka bikin thread di twitter.

Makanya, jangan coba-coba lah mau uji nyali. Jadi warga sekitar saja kalau mau tahu gedung ini seram.


**
Setelah membaca pernyataan Ranto di atas, ada baiknya kita tanya ke ahlinya, ahli supranatural Ki Prana Lewu. Terima kasih ya, Ki, sudah meluangkan waktunya di tengah rutinitas yang seabrek.


Ki Prana, terima kasih sudah meluangkan waktunya. Lagi sibuk apa, Ki?

Jangan banyak basa-basi, langsung saja ke intinya.

Maaf, Ki. Gini, Ki, apa betul kalau sebuah bangunan dihancurkan, terus penghuninya yang makhluk gaib jadi pindah?

Tentu saja tidak. Mereka kan mahluk yang astral, tidak berwujud dan tak ada fisiknya. Kamu kira dia orang?

Gak, Ki. Untuk kasus Menara Saidah nih, Ki. Kan katanya banyak hantu, andai kata itu gedung dipugar kembali, kira-kira gimana supaya hantunya pada pergi?

Gampang saja. Tapi sebelum saya jelaskan caranya, saya mesti menjelaskan dari awal. Sebuah tempat jika kosong saja selama tiga hari, tempat itu bakal jadi sasaran empuk mahluk halus buat tinggal. Makanya, jika kamu bepergian selama tiga hari, pas pulang wajib kamu membersihkan rumah dan kamarmu.

Mulai dari lantai hingga kasurnya. Pastikan bersih dan jangan berantakan. Setelah itu, insya Allah makhluk-makhluk aneh itu gak akan ganggu kamu.


Nah apalagi ini, Menara Saidah itu yang sudah belasan tahun kosong. Bayangkan betapa banyak hantu di dalamnya. Cara untuk mengusir mereka semua itu, ya gak cukup dengan sekali prosesi pengusirannya. Ya, dibersihkan satu per satu lantainya biar pada pergi dan gak balik lagi. Insyaallah mereka gak akan kembali lagi.

Oke, Ki. Terima kasih atas waktunya.

***

Saya minta pendapat Annissa Winda Larasati, seorang penulis buku Memaksa Ibu Jadi Hantu, anggota Asosiasi Pengkaji Film Indonesia (Kafein).

Menara Saidah Seram, tapi Desa Selalu Dianggap Tempat Terseram

Aku masuknya dari perspektif horor, ya. Kenapa gedung-gedung tak berpenghuni kayak Menara Saidah kerap diasosiasikan dengan sesuatu yang menyeramkan atau sesuatu yang horor, kalau menurut aku yang pertama karena perasaan takut itu adalah hal yang di luar kenormalan. Jadi kan hidup yang normal itu seperti tinggal di tempat yang terang.

Ketika tempat itu gelap, itu kan di luar normal. Yang kedua, biar pun berada di tengah kota, tapi Menara Saidah terisolasi, ya. Membuat kita gak punya bayangan kayak di dalam ada apa, ya. Kita kayak menerka-nerka, dan sensasi itulah alasannya. 

Nah menikmati cerita Menara Saidah itu gak beda jauh dengan sensasi nonton film horor. Misal kayak ada remaja kota yang pergi main ke desa, persoalannya desa itu menjadi sesuatu yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Desa menjadi tempat yang benar-baru. Mungkin itulah yang membuat orang penasaran sama Menara Saidah.

Btw, kalau soal hantu di Menara Saidah, aku cuma mau bilang, sebenarnya secara karakteristik, gak ada perbedaan berarti antara hantu di desa dan di kota, mau di hutan atau pun di gedung. 

Semua hantu di Indonesia sebenarnya mirip-mirip saja. Kamu tahu kan kuntilanak kan. Kuntilanak itu gak beda jauh sama sundel bolong atau wewe gombel. Sedangkan di urban cuma dimodifikasi sedikit dalam budaya populer seperti suster ngesot, misalnya.


***

Bener juga, ya. Gak banyak cerita hantu di perkotaan. Budaya populer seperti film horor selalu saja desa yang ditujukan jadi tempat yang banyak hantu. Semoga di masa depan, banyak pembuat film yang menulis cerita horor urban seperti hantu di kantor agensi, misalnya. Eh, bentar. Tanpa film horor itu kantor memang udah “horor” gak sih?