#Saya Mewawancarai Ivan Lanin dan Bertanya Apa Itu Skena?
Wih anak skena ya
Gila sepatunya skena banget
Musik lo skena gitu ya
Gue udah skena belum?
Konsultasi skena, konsultasi skena
Band skena banget ya
Wah pakai totebag, pasti anak skena
Gue gak bisa nanti malem, biasa lah, skena dulu
Skena, skena, skena. Aduh di mana-mana skena. Bikin pusing. Apa sih itu skena? Ya sudah daripada makin bingung, mending nanya Ivan Lanin aja deh.
Ivan Lanin:
Setahu saya definisi skena itu belum ada di KBBI. Sebentar saya cek….Iya, belum ada. Saya pernah ngetweet di tahun 2019. Pas saya cari ternyata obrolan apa itu skena suda ada sejak tahun 2014.
Waktu itu ada yang nanya, mau tanya soal kebahasaan: apa belantika dengan skena itu serupa? Pertanyaan itu dijawab oleh Mas Dimas Ario yang bilang: skena itu dari scene. Sebelum masuk lebih dalam, saya mau pembahasan kata “skena” ini sudah lama.
Benar, skena itu dari kata scene yang diambil dari bahasa Inggris. Artinya subkultur. Dan kata skena itu biasanya lekat dengan musik-musik indie. Sedangkan belantika, mungkin ya, ke musik yang mainstream ya. Belantika itu kalau saya gak salah itu yang menciptakan almarhum Remy Sylado, yang kemudian banyak dipopulerkan oleh penulis lain.
Berikut saya beri contoh penggunaan kata skena pada korpus Leipzig:
((dibikin poin2 aja)
Namun hal tersebut belum sempat terjadi, hingga membuat album ini layak menjadi salah satu pencapaian skena metal nusantara. (rollingstone.co.id, collected on 30/01/2014)
Buku ini sangat menarik karena ini adalah buku pertama di Indonesia yang mendokumentasi skena musik lokal daerah. (karya-ilmiah.um.ac.id)
Majalah metal yang berbasis di Inggris ini menganugerahi Burgerkill sebagai ujung tombak band metal di skena Indonesia. (forum.prodigy.co.id, collected on 05/02/2014)
Now Again Records ini adalah label milik Egon yang ternyata tertarik dengan skena musik Indonesia pada rezim Soeharto. (lpse.mubakab.go.id, collected on 30/01/2014)
Namun, membuat sebuah album konsep dengan tema tersebut masih terbilang jarang, khususnya di skena grindcore lokal. (lab.faperta.unsoed.ac.id, collected on 01/02/2014)
Fariz akhirnya menjadi bagian skena musik Bandung saat itu. (rollingstone.co.id, collected on 30/01/2014)
Polyester Embassy memberikan harapan dan kebanggan akan skena musik di negeri ini. (supersonicsounds.wordpress.com, collected on 08/05/2012)
Atas dasar kecintaan kami pada skena musik dan semangat menggairahkan kembali permusikan Bogor, kami bermaksud mengaktifkan kembali ROOM sebagai salah satu ruang menyalurkan hobi serta kecintaan kami dalam bermusik. (sikec.garutkab.go.id, collected on 14/02/2014)
Sebagian besar, lagu-lagu yang masuk dalam kategori media alternatif muncul dari skena musik independent, sehingga dalam skena musik independent memiliki karya yang lebih variatif. (www.kuningankab.go.id, collected on 01/02/2014)
Tapi ada yang juga yang bilang kalau skena itu skena itu adalah akronim dari anggap dari “sua, cengkerama, dan kelana”. Memang ada hubungan antara skena dan “sua, cengkerama, dan kelana”? Ahmad Hamidi pernah menulis itu di Tempo dan membantahnya. Dari tulisan itu kita lihat bahwa anggapan bahwa skena merupakan akronim itu keratabasa atau cocokologi.
Rio: Hmm oke. Kalau kancah, bagaimana?
Kancah itu arti awalnya itu kuali besar. Seiring berjalannya waktu berubah jadi wadah. Kita sering mendengar istilah “kancah politik” atau “kancah politik”.
Rio: Padahal kancah bisa dipakai, ya? Kancah musik indie, misalnya?
Ivan Lanin: Bisa, cuma gini: orang cenderung tidak nyaman menggunakan kata yang kadung melekat di dalam makna tertentu. Kancah itu kayak yang saya bilang tadi tadi, lekat dengan misal “kancah politik” atau “kancah pertempuran”. Jadi orang merasa harus ada kata baru. Kita gak bisa mencegah orang buat melakukan hal itu.
Rio: Soal kata skena yang belum ada di KBBI, saya jadi penasaran deh. Gimana sih caranya kata tertentu bisa masuk KBBI?
Ivan Lanin: Tim KBBI itu kan punya target, ya. Jadi setiap edisi yang dimutakhirkan tiap bulan April dan Oktober, minimal itu harus nambah 1000 kata. Jadi dorongan untuk menemukan kata baru itu lebih besar.
Rio: Syaratnya gimana?
Ivan Lanin: Itu cukup mudah. Apakah kata itu cukup sering digunakan. Gimana cara ngukur seringnya? Misal kamu ditanya sering gak main bola? Terus kamu jawab sering. Misalnya seminggu sekali. Tapi buat pemain bola profesional seminggu sekali itu gak sering lah. Makanya sering itu ada ukurannya, gak bisa subjektif.
Di tahun 2018. saya pernah nanya ke orang KBBI, apa indikatornya? Mereka jawab: sebuah “kata” bisa masuk KBBI ketika digunakan paling tidak dua surat kabar.
Rio: Cuma itu doang?
Ivan Lanin: Waktu itu cuma itu. Di tahun 2018. Tapi gak tahu kalau sekarang. Kalau sekarang media cetak tinggal sedikit ya. Bagaimana di media online? Nah itu belum tahu. Kalau zaman dulu, kalau kamu pernah nonton film The Professor and the Madman, di situ dijelaskan bagaimana perumusan kamus Oxford English dibuat. Ketika itu, di ujung abad ke-18, masyarakat diminta melaporkan kata yang mereka temukan di buku yang mereka rasa asing. Terus “kata” itu mereka kirim ke kantor pos. Sekarang kan daring, jadi KBBI menyediakan semacam kolom untuk masyarakat melaporkan.
Rio: Bagaimana ya definisi kata yang awal berbeda di kepala orang, menjadi satu kesepakatan?
Ivan Lanin: Nah itu fungsinya dokumentasi. Dibikin prosedur. Dari banyaknya definisi itu kita bikin kesepakatan. Itulah fungsinya kamus. Orang-orang yang awalnya punya definisi berbeda soal satu kata, jadinya merujuk ke kamus. Sejauh ini skena belum ada di kamus.
Scene Kids alias Anak Skena
Berdasarkan obrolan bersama Ivan Lanin, saya jadi paham kalau kita belum punya definisi tunggal arti kata skena. Tapi saya jauh lebih menyepakati jika skena diambil dari scene, ketimbang akronim yang ngaco kayak “sua, cengkerama, dan kelana”.
Kelahiran kata scene lebih mirip dengan kemunculan kata skena di Indonesia. Scene berasal dari subkultur emo pada awal 2000an di seluruh Amerika Serikat. Laiknya sebuah subkultur, mereka yang disebut scene kids ini tak punya genre spesifik. Genre musik mereka beragam: mulai metalcore, crunkcore, deathcore, musik elektronik hingga pop punk.
Kebanyakan anak-anak scene ini mendengarkan band-band lokal yang tak dikenal sebagai bentuk dukungan mereka terhadap para musisi sidestream. Kecintaan mereka terhadap para musisi non arus utama mereka tuangkan dengan datang ke gigs-gigs band tersebut. Mereka datang tak sekadar menikmati musik, tapi menjadikan gigs sebagai ajang saling kenal sebagai pecinta musik.
Di pertengahan 2000an, saat musik laris manis di pasaran, keduanya kerap disandingkan. Pendeknya, anak emo sering dibilang scene kids alias anak skena. Di pertengahan 2000an, MySpace muncul. Era ini adalah era penyebutan kata scene menjadi jamak. Tak hanya musik, scene lantas menjadi statement fashion. Di Amerika, anak scene ini kerap mengenakan skinny jeans warna-warni, kaos band, memakai sepatu Converse, rambut acak-acak dan memakai gelang sampai siku.
Namun di tahun 2010, penyebutan scene kids pelan-pelan mulai memudar. Namun di tahun 2019, muncul lagi gerakan yang ingin menghidupkan kembali dan mempopulerkan ulang penyebutan scene kids ini seperti tagar #20ninescene atau kehadiran festival “When We Were Young” yang sukses digelar pada 2022 lalu. Bagi mereka yang pernah hidup di tahun 2000an, festival atau tagar tersebut seakan menjadi lorong waktu buat mereka kembali ke masa muda. Masa-masa yang penuh dengan kegairahan hidup dan menikmati tiap kebebasan yang dimiliki. Namun bagi mereka yang tak sempat mengalami, perbincangan tentang apa itu scene kids membikin rasa penasaran mereka tumbuh dan mempelajari bagaimana subkultur itu bekerja/
Tapi, apapun itu, mau bagaimanapun definisi scene kids atau anak skena, yang terang, dalam setiap zaman selalu hadir anak-anak muda yang penuh gairah, berbahaya dan berwarna. Itu tentu saja kabar yang menyegarkan. Buat yang tua, jika kalian enggan menerima, cukuplah urut dada kalian dan lanjutkan gumam kalian: zamanku yang paling keren, anak muda sekarang gak jelas. Gumaman tersebut membuat kalian seperti orang tua yang putus asa menunggu mati.