Kaum Sofis: Buzzer Zaman Yunani Kuno
Ketika saya menulis kata “Buzzer”, apa yang muncul di pikiran Anda sekarang?
Barangkali sekelompok orang yang menyebarluaskan opini untuk meyakinkan audiens secara luas. Mungkin lebih ekstremnya, Anda mengartikan Buzzer sebagai kelompok yang jago fafifu dan menghalalkan segala cara untuk mendukung opini orang yang membayar mereka. Nggak salah, sih. Makin ke sini, buzzer banyak dibayar oleh orang-orang dengan kepentingan tertentu untuk membentuk suatu opini publik yang mendukung mereka.
Ngomongin soal Buzzer, membuat saya teringat akan kaum Sofis yang muncul di Yunani pada abad ke-5, sebuah kelompok yang jago beretorika untuk meyakinkan opini publik dengan imbalan uang. Salah satu tokoh paling tersohor dari kaum Sofis adalah Protagoras, orang pertama yang mengklaim dirinya sebagai Sofis profesional.
Timeline Keberadaan Kaum Sofis:
Awalnya Untuk Meyakinkan Hakim akan Properti Pribadi
Pada abad ke-5 setelah merdeka, penduduk Syracuse, Sisilia, berusaha mendapatkan kembali properti pribadi yang sebelumnya disita oleh pemerintah. Ketiadaan bukti kepemilikan lahan seperti dokumen membuat mereka sulit mengklaim properti pribadinya saat itu. Untuk mendapatkan kembali tanahnya, mereka diberi kesempatan untuk memperjuangkan hak di pengadilan. Keahlian berbicara dan meyakinkan juri diperlukan sehingga mereka berlomba-lomba mempelajari retorika alias gaya bicara yang persuasif.
Berkembang sampai Athena
Saat Athena mulai menerapkan prinsip demokrasi, setiap orang memiliki hak untuk mengemukakan pendapatnya. Para calon pemimpin Athena dipilih dengan pemungutan suara terbanyak. Guna meyakinkan masyarakat agar memilih mereka, calon pemimpin mesti punya keahlian berbicara. Selain itu, perkembangan Athena juga sedang pesat-pesatnya dari segi politik, kebudayaan, dan pendidikan. Dari situlah, muncul orang-orang jago beretorika yang memberikan pendidikan layaknya matematika, astronomi hingga tata bahasa. Kelompok ini yang disebut sebagai kaum Sofis. Bisa dibilang merekalah konsultan politik pertama.
Kaum Sofis Membuka Kelas Retorika
Kaum Sofis membuka kelas berbayar untuk mengajari masyarakat beretorika. Saat itu, retorika jadi senjata untuk mempertahankan diri di masyarakat. Semakin jago beretorika, semakin kuat posisi seseorang. Bahkan, jasa untuk beretorika atau berbicara atas nama orang lain juga dibuka oleh kaum Sofis—mungkin ini tindakan kaum Sofis yang bisa dibilang mirip kelakuan Buzzer.
Dikritik oleh Socrates
Bagi Socrates skill retorika kaum Sofis pada dasarnya manipulatif. Bagi kaum Sofis sendiri, yang terpenting adalah memenangkan argumen dan meyakinkan publik. Dalam pandangan Sofis, kebenaran bersifat relatif, tergantung pandangan setiap individu. Sangat kontra dengan Socrates yang menilai bahwa kebenaran objektif bisa dicapai melalui penalaran mutlak. Dalam perlawanannya terhadap kaum Sofis, Socrates setiap harinya berkeliling kota dan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada warga Athena soal kebenaran.
Konotasi Kaum Sofis dan Retorika Jadi Buruk
Kedudukan kaum Sofis sendiri sendiri juga jadi perdebatan. Sebagian memandang mereka sebagai sosok yang mulia karena melahirkan orang-orang intelek mahir berbicara, sekaligus dianggap jualan omong kosong belaka dengan kemasan kata-kata indah. Mereka dianggap tidak memperjuangkan kepentingan masyarakat, tapi hanya memperjuangkan orang-orang yang membayar mereka. Sering kali, klien para kaum Sofis ini adalah aristokrat, pejabat, dan politisi Athena yang hendak melanggengkan kekuasaan. Dari sinilah apapun yang dikatakan kaum Sofis hingga hari ini dianggap negatif. Kata “Sofis” sendiri jadi peyorasi.
Meski kaum Sofis memiliki persamaan dengan buzzer di era modern—menjadikan kemampuan retorika sebagai komoditas dagangan—tetapi saya rasa, kaum Sofis jauh lebih terhormat. Bagaimanapun juga, mereka adalah golongan yang menghidupkan dan memelihara demokrasi di Athena. Bapak kaum Sofis sendiri—Protagoras—turut merancang konstitusi untuk koloni baru di Athena. Tapi, ya begitu itu pekerjaan politisi sejak zaman kuno.