"Keberanian Sang Penakut"
Kertas 215 mm x 215 mm
Micron 01 & 05
Sharpie marker (Red)
Faber Castell Permanent Marker Pen
Konsep Karya:
Karya ini adalah hasil olahan dari apa yang saya tangkap dan pola yang akhirnya bisa terbaca. Baik melalui tindakan saya pribadi maupun konklusi dari percakapan dua arah dengan orang-orang terdekat saya.
Utamanya, seorang teman pernah bilang, saya itu pemberani. Mengejutkan, padahal saya tidak pernah mengklaim demikian, malah seringkali sebaliknya. Dia menambahkan, bahwa apa yang pernah saya lakukan pada saat itu tidak mudah dilakukan olehnya. Bahkan oleh beberapa orang terkait yang dianggap otoritatif untuk bisa lebih berani, juga tidak kuasa. Seperti berani mengungkapkan sesuatu hal dan mau berkonfrontasi.
Kenapa agak terkejut? Karena justru tindakan yang saya lakukan muncul karena rasa takut. Saya berani mengungkapkan karena sejatinya saya takut, takut bila menyembunyikan sesuatu akan membuat situasinya menjadi lebih sulit. Berani berkonfrontasi karena takut bila hanya diam dan menghindar tidak akan pernah bisa merubah keadaan. Sisi positifnya, keberanian yang melewati proses takut terlebih dahulu mempengaruhi akurasi hasil tindakan dibanding keberanian dengan spontanitas. Sedang, keberanian dan spontanitas adalah perpaduan yang seringkali menghasilkan kecerobohan.
Ilustrasi ini adalah upaya memperluas pola yang telah terbaca. Di sini, saya menghadirkan sosok perempuan sebagai subyek dibandingkan saya sendiri sebagai subyek. Karena perempuan lebih banyak mendapatkan stigma terkait kerentanan. Sehingga tidak lekat dengan keberanian.
Secara detail, ilustrasi ini adalah gambaran tentang rasa takut yang nampak. Bulu dan burung demi burung yang dipijak menunjukkan langkah yang penuh kerentanan dan rasa takut. Tapi kesadaran akan kerentanan dan mengakui rasa takut adalah permulaan dari keberanian. Secara simbolis diwakili oleh sepatu yang berwarna merah. Rasa takut membuat langkah menjadi lebih terarah dan pengetahuan tentang cara memijak yang benar bisa benar-benar terkumpul.
Lalu langkah demi langkah akan tercipta, frame demi frame saling bertaut, meskipun di satu sisi kerentanan tidak akan pernah bisa hilang. Tapi perlu diingat, tidak ada orang yang tidak rentan atau benar-benar kebal! Bahkan dengan cara atau imajinasi apapun.
Terakhir, kesadaran terbesar yang harus selalu dinyalakan adalah bahwa dengan berdiri menghadapi yang tersisa di depan dan melangkah ke atas adalah jalan terbaik yang dimiliki.