Kelakuan Anak-anak Orang Kaya yang Bikin Ngelus Dada

Kelakuan Anak-anak Orang Kaya yang Bikin Ngelus Dada

 

“Ahhh udah, gak usah lo pikirin. Emang begitu anak orang, lagunya suka tengil. Kayak duit bapaknya halal aja.”

 

Celotehan Sanwani (Kasino) kepada Slamet (Dono) dalam film Gengsi Dong (Warkop DKI, 1980) ini menemukan makna lucunya lagi. Tapi sekarang, di versi dunia nyata, alih-alih Paijo (dibintangi Indro) kita punya si Mario Dandy Satriyo, yang benar-benar ugal-ugalan dan belagu. Enteng banget pukulin dan injak kepala orang berulang kali sampai koma.

 

Iya, lah, siapa butuh hukum dan sopan santun kalau punya duit, kekuasaan, dan amarah, kan?

 

Lagi-lagi anak orang kaya bikin onar. Dan makin marah waktu tahu si Mario itu anak pejabat Direktorat Jenderal Pajak. Jelas-jelas kemarahan masyarakat memang pantas. Siapa sih yang mau dealing sama tingkah polah bocah manja yang merasa bisa melakukan apapun tanpa konsekuensi?

 

Saya enggak, deh.

 

Kenapa bocah dari keluarga tajir kelakuannya tengil, ya? Kalimat itu keluar di mulut saya ketika membaca berita itu. Mungkin anda mengira saya sentimen dengan anak-anak orang kaya? Enggak sama sekali kok. Kalau nasib membawa saya kaya di kemudian hari, saya tak rela anak saya harus dimusuhi sama teman-temannya hanya karena bapaknya kaya.. Yha, itu pun kalau kaya.

 

Tak bisa dipungkiri, tindakan Mario membuat memori kita seakan terpanggil kembali. Sejarah mencatat, tak sedikit anak orang kaya atau anak orang berpengaruh yang kelakuannya bikin geger masyarakat.

 

Berikut saya pilihkan untuk anda. 

 

  1. Tommy Soeharto

 

Sebagai anak dari pemimpin yang kuat, kaya, dan disegani kita percaya dia bisa aja sue satu negara.

 

Meskipun tingkah lakunya bikin kesel, Tommy selalu bisa menghindar dari masalah. Tapi, seperti kata pepatah: sepandai-pandai Tommy meloncat, akhirnya jatuh jua. Dan betapa kerasnya dia jatuh: Pada 2002, putra bungsu Soeharto ini divonis bersalah karena menyuruh orang membunuh seorang Hakim Mahkamah Agung Republik Indonesia, Syarifuddin Kartasasmita, SH.

 

Wow, Tommy, sepertinya kita nggak semua bisa kayak bapakmu yang bisa kabur dari segala masalah.

 

Tommy punya semuanya: kekuasaan, kekayaan, dan status, berkat sang ayah. Siapa yang nggak iri dengan anak presiden nyaris abadi, apalagi dia anak bungsu?


 

  1. Dul Jaelani

 

Dul Jaelani masih berusia 13 tahun kala itu. Di umur yang baru setahun jagung itu, putra bungsu dari Ahmad Dhani dan Maia Estianty ini terlibat dalam kecelakaan maut yang menewaskan 7 orang dan sembilan orang lain terluka karena kecelakaan di Tol Jagorawi pada 2013 silam tersebut.

 

Tak hanya memakan korban jiwa, Dul sendiri pun haru terbaring lemah di rumah sakit. Kecelakaan itu bikin heboh masyarakat. Masyarakat menilai usia Dul belum cukup umur untuk mengendarai mobil.

 

Karena kejadian itu, sang ayah Ahmad Dhani pasang badan dan menanggung biaya hidup keluarga korban kecelakaan tersebut hingga sekarang. Kini sudah sepuluh tahun berlalu. Dul Jaelani kini dikenal masyarakat sebagai pribadi yang baik. Ia pun jauh dari gosip miring dan memusatkan hidupnya dalam dunia musik.


 

  1. Ridho Rhoma

 

Putra dari musisi dangdut legendaris Rhoma Irama pernah berurusan dengan lembaga hukum karena mengonsumsi obat obatan terlarang. Pelantun Kerinduan ini bahkan dua kali terjerat kasus narkoba yakni pada 2017 dan 2021.

 

Dalam sebuah wawancara bersama Daniel Mananta, Rhoma Irama sebagai ayah mencoba mengerti dan paham betul tantangan yang dihadapi oleh anaknya. “Dia (Ridho Rhoma) seorang anak yang hidup di dunia entertainment, saya tahu banget tantangan entertainer itu apa,” ujar Rhoma Irama.

 

Alih-alih marah atau mencoret status anak dari kartu keluarga (KK), Rhoma Irama berharap jika kejadian ini membuat sang anak belajar dari kesalahannya tersebut.

 

“Saya akan marah sama anak itu jika dia murtad, astagfirullah. Ketika dia melawan Tuhan dalam hal yang substansial, itu mungkin (akan) putus hubungan,” beber Rhoma Irama.

 

Bokap yang suka berdakwah atau genre musik yang dipilih boleh dangdut. Tapi kalau attitude? Ridho Rhoma boleh kok mengklaim kalau dia rockstar


 

  1. Adiguna Sutowo

 

Adiguna Sutowo, anak dari Ibnu Sutowo yang bikin Permina (serta pernah menjabat sebagai Menteri ESDM), perusahaan minyak negara yang jadi Pertamina, tapi juga sempat korupsi di tahun 1978 dengan nilai korupsi 15 milyar dolar.

 

Seperti pepatah bilang, buah gak jauh dari pohonnya. Adiguna dapet warisan kekayaan dari ayahnya dan jadi pengusaha keren di Indonesia dengan bisnis seperti MRA Group dan Hard Rock Cafe Jakarta. Mmm, duit.

 

Tapi siap-siap terkejut, teman-teman, Adiguna punya cerita konyol.

 

Di 2005, dia main tembak-tembakan kayak di film koboi dan nembak mati pelayan bernama Rudy di Island Bar Fluid Club & Lounge di Hilton Hotel Jakarta.

 

Dia dipenjara tujuh tahun gara-gara kejadian itu, tapi tahu nggak? Dia dibebaskan kurang dari tiga tahun. Pelajaran dari cerita ini?

 

Adiguna meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Pertamina pada tanggal 18 April 2021. Good night, Sweet Prince. Mmuah.


 

Rasa Aman dan Jaminan

 

Saya ingat betul, saat menginjak remaja ibu menekankan satu pesan yang selalu diulang-ulang. “Kamu ndak usah macam-macam. Jangan kriminal, jangan narkoba dan jangan jadi orang jahat. Ibu enggak ada duit buat nebus ke kantor polisi”

 

Pesan itu saya pegang betul sampai sekarang. Kalau ingin bikin sesuatu yang macam-macam atau aneh-aneh, saya harus menerima sendiri konsekuensinya. Anggaplah, saya menyetir sampai mabuk atau amit-amit ketangkap narkoba, jika masuk penjara saya tahu betul tak bakal ada uang tebusan untuk membebaskan saya.

 

Beda hal jika bapakmu berkuasa atau kaya raya seperti Mario misalnya. Ia punya segalanya di usia yang baru 20 tahun. Ia juga yakin bapaknya akan membantu jika terlibat masalah. 

 

Minta ini dikasih, minta itu dikasih membuat anak-anak orang kaya ini menganggap dunia harus seperti yang mereka mau. Mereka punya kemewahan yang orang lain tak punya. Tak heran dengan modal yang mereka miliki, dalam praktik dan hubungan sosial mereka kerap menganggap enteng atau gampang orang lain yang dinilai tak setara dengan mereka. Hal itu dengan sendirinya melahirkan relasi kuasa dan pertukaran sosial yang tidak seimbang.

 

Sampai di sini, agaknya kita tahan hasrat semata menyalahkan anak atas semua kekacauan ini. Anak terlahir seperti kertas putih, orang tua dan keluargalah yang akan mewarnai. Apa yang ditanam itu yang akan dituai.

 

Problem mendidik anak dari orang tua kaya juga menjadi cerita klise yang hidup di tengah masyarakat sejak dulu. Saya jadi ingat cerita di novel Ali Topan Anak Jalanan yang ditulis oleh Teguh Esha yang terbit pada tahun 1977.

 

Orang tua Ali Topan meyakini anak-anaknya sudah bahagia dengan segala kemewahan dan fasilitas yang diberikan.  Merasa sudah melunasi kewajiban tersebut, ayah Ali Topan larut dalam urusan pribadinya. Tak ada kasih sayang dalam rumah. Tak ada sentuhan dan belaian kepada sang anak. Mereka keliru.

 

Ali Topan yang marah dan memberontak terhadap keadaan. Ia memilih keluar rumah dan hidup di jalanan sambil mengutuk orang tuanya. Rumah tak menghadirkan kenyamanan persis poster di dalam kamarnya yang bertuliskan a house is not a home.  

 

Segala fasilitas dan kemewahan yang tak menjamin kebahagiaan itu diamini oleh Chef Internasional Gordon Ramsay. Meski memiliki kekayaan yang melimpah, Ramsey tak menjadikan kekayaan itu sebagai modal mendidik anak.

 

Merujuk laporan yang diturunkan The Sun, total kekayaan Ramsay menyentuh £113 juta (Rp2,1 triliun). Uang yang ia dapat dari kerja keras itu rencananya tak akan diserahkan seluruhnya pada kelima anaknya.

 

Sikap Ramsay yang memilih tak memanjakan anak ini bukan isapan jempol belaka. Salah satu contohnya bisa dilihat saat mereka sekeluarga bepergian bersama. Keempat anak mereka, Matilda, Jack dan Holly, dan Megan disuruh naik pesawat yang biasa. Sementara dia dan istri duduk di kelas satu pesawat.

 

"Mereka tidak duduk bersama kita di kelas satu. Mereka belum bekerja cukup keras untuk membelinya. Pada usia itu, pada ukuran itu, anda mengatakan kepada saya, mereka harus duduk di kelas satu? Oh tidak. Kami benar-benar ketat dalam hal itu," ujar Ramsay.

 

Dari kisah keluarga Ramsay, kita punya kesimpulan kalau tak ada salahnya sih menjadi orang kaya. Malahan bagus. Toh nabi menganjurkan kita kaya agar bisa memberi manfaat dan membantu orang sekitar.

 

Tapi yang terpenting dan harus diingat: Kejahatan nggak menguntungkan, kecuali kalo kamu orang kaya. Apalagi kalau duitnya dari pajak rakyat..upsss!