Kiat-Kiat ̶S̶u̶k̶s̶e̶s̶ Bodoh Jadi Influencer

Kiat-Kiat Sukses Bodoh Jadi Influencer 

 

Jerome Polin bersama dua influencer lainnya berjoget mengenakan pakaian dokter, caption-nya: “mohon maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin”. Warganet, Kementerian Kesehatan sampai golongan dokter dibuat sakit hati dengan konten ini. 

 

Konten tak sensitif seolah lumrah mewarnai media sosial. Mengapa konten-konten nirempati terus diproduksi?


 

Attention Economy

 

Motif utama para konten kreator tak masuk akal ini adalah viewers yang datang melalui konten yang menarik perhatian. Uang akhirnya datang bersamaan dengan perhatian itu (money follows attention). Fenomena ini disebut Attention Economy, kondisi di mana banyak pihak berusaha mendapatkan perhatian alias menjadi viral.

 

Setiap kali seseorang menghabiskan waktu mereka untuk mengonsumsi konten, entah video YouTube, artikel berita, atau reels Instagram, ia telah memberikan perhatiannya. Perusahaan dan individu bersaing untuk memenangkan perhatian khalayak. Perhatian menjadi komoditas terbatas yang begitu berharga.

 

Tetapi, momentum perhatian ini juga bergulir bergitu cepat. Ketika seseorang atau suatu produk memperoleh perhatian yang amat besar, mereka juga harus siap kehilangan perhatian itu nantinya. Pada 2010, Shinta dan Jojo mendadak viral karena lipsync “Keong Racun”, bahkan jauh lebih terkenal melampaui penyanyi aslinya. Duo lipsync itu juga dijadikan brand ambassador merk sosis terkenal. Tetapi tak lama, popularitas mereka redup, digantikan kreator konten lainnya.

 

Popularitas juga memengaruhi metrik dalam sosial media untuk mendatangkan attention economy. Setiap aktivitas di media sosial dihargai secara sosial dengan angka. Angka yang dimaksud ini berkaitan dengan jumlah likes, komentar, dan followers. Demi mengejar metrik itu, pengguna media sosial didorong untuk meluangkan lebih banyak waktu untuk membuat dan berbagi konten yang akan meningkatkan metrik.

 

Orang berlomba-lomba membuat konten. Masa bodoh isinya, yang penting viral.


 

 

Sumber: Techdetoxbox.com


 

Formula Attention Economy 

 

Sumber: Techdetoxbox.com

 

Nirempati

Dengan motif kebelet viral, banyak konten kreator yang akhirnya membuat konten tak sensitif. Misalnya pada kasus Ferdian Paleka. Kondisi Covid-19 membuat masyarakat terdampak secara ekonomi. Ferdian memanfaatkan situasi ini untuk mengerjai transgender dengan memberikan sembako berisi sampah. Tindakannya tak hanya menyakiti orang yang ia jahili, namun juga sebagian masyarakat yang tengah kesulitan ekonomi pada masa pandemi.

 

Tak kalah nirempati, ada konten Baim Wong dan Paula Verhoven soal prank KDRT. Paula sampai lapor dan menyeret-nyeret institusi kepolisian. Pihak kepolisian merasa direndahkan dan dikerjai dengan peristiwa ini. Tak terima, polisi menindaklanjuti kasus itu, namun berakhir damai.

 

Di tengah masyarakat dengan angka KDRT yang tinggi, seharusnya hal itu tak dijadikan candaan. Bisa jadi, ke depannya akan terjadi normalisasi atau anggapan bahwa KDRT adalah hal biasa. Konten ini juga menjadi bukti bagaimana cara pandang masyarakat yang tak menganggap serius persoalan KDRT. Paula dan Baim adalah contoh buruk untuk publik.

 

Padahal, media sosial merupakan platform jitu untuk menyebarluaskan suatu informasi, karena media sosial adalah platform yang paling banyak diakses oleh warganet, mencapai 89,1 persen. Bila media sosial dipakai menyebarkan informasi yang berfaedah saja, mungkin sudah cerdas semua anak bangsa kita.

 

Sumber: Katadata

 

5 Ide Viral Paling Jitu

 

Buat kamu yang kebelet viral dan ingin mengikuti jejak influencer keblinger supaya kaya-raya, berikut ini beberapa ide konten yang patut kamu tiru:

 

  1. Penipuan

 

Pernah dengar nama Doni Salmanan? Pria yang pernah bekerja menjadi tukang parkir ini mendadak kaya-raya. Mulanya, ia menjadi top player Mobile Legend, YouTuber, lalu merambah menjadi afiliator Quotex. Ia pun memengaruhi warganet yang untuk bergabung dengan Quoetx. 

 

Simsalabim, Doni malah dilaporkan dengan aduan trading bodong. Ia divonis hukuman empat tahun penjara dengan denda Rp 1 Miliar. Tetapi, polisi mengembalikan harta kekayaan Doni yang sempat disita. Kalau dipikir-pikir, denda satu miliar tak sebanding dengan harga Ducati, Porsche, BMW dan kendaraan mewah lainnya. Doni pun tetap kaya meski dipenjara.

 

  1. Melucu Tanpa Batas

 

Selain Jerome yang hendak melucu tapi gagal, di 2020, kita punya Ferdian Paleka. Kabarnya, Ferdian dikerjai habis-habisan oleh para narapidana di selnya.

 

Ketika pandemi Covid-19 sedang panas-panasnya, banyak kreator menggunakan situasi ini untuk nge-prank dokter, nge-prank teman, atau siapapun--mengingat dalam situasi itu, semua orang dibuat paranoid dengan Covid. Prank jenis ini bisa dikenakan pasal penyebaran hoax dan berujung hukuman penjara.

 

  1. Ngemis Virtual

 

Tri Rismaharini, Menteri Sosial, turut berkomentar atas fenomena ngemis virtual. Risma menyurati pemerintah NTB yang warganya melakukan live TikTok mandi lumpur.

 

Sang kreator, Sultan Akhyar tak terima, “Kami pakai modal, pakai handphone, kuota, dan pembuatan biaya kolamnya,” ujarnya. Ide mandi lumpur juga merupakan buah pemikiran yang panjang, tak semua orang bisa ngide seperti itu, kata Sultan. Konten ini bahkan ditayangkan di stasiun televisi Korea Selatan, SBS.

 

  1. Pamer Harta

 

Sepertinya, ide yang satu ini begitu digandrungi warganet kita. Video naik jet pribadi Atta Halilintar sukses memancing warganet berkomentar. Ada yang benci dan iri, ada yang minta tambah lagi. Selain Atta, Rizky Billar turut menayangkan video prank beli kapal pesiar seharga Rp 38 Miliar. Meski hanya prank, konten itu menuai banyak reaksi, terutama dari viewers yang tak tahu konten itu hanya settingan.

 

Selain kalangan artis, ada pula Influencer, Indra Kenz yang suka pamer kekayaan dan cuitannya memancing pertengkaran. Kata Indra, terlahir miskin adalah privilese karena bisa merasakan perjuangan jadi orang sukses. Ia juga mengklaim bahwa Tuhan bingung bila ingin membuatnya miskin, karena dia selalu bersedekah walaupun sering pamer harta.

 

  1. Konten Sok Tahu

 

Niat pamer biaya liburan, Ibnu Wardhani malah dirujak warganet karena dinilai sok tahu. Ia membeberkan rencana biaya untuk liburan ke Jepang yang mencapai setengah miliar. Katanya, buka pintu taksi saja sudah kena charge Rp 1,4 juta. Meski dihujat, ia tetap sukses bikin netizen menaruh perhatian dan video itu FYP terus. That’s the point of attention economy.


Jadi, kamu mau ikut jejak influencer yang mana?