Beberapa waktu lalu, ekonom Heriyanto Irawan mengklaim dirinya telah diajak berdiskusi dengan tim Prabowo-Gibran untuk menentukan anggaran makan siang gratis. Heriyanto mengatakan bahwa tim Prabowo-Gibran menginginkan anggaran makan siang gratis yang awalnya Rp15.000 diturunkan menjadi Rp7.500 agar bisa mencakup lebih banyak orang. Namun pernyataan ini kemudian ditepis oleh Airlangga Hartarto selaku perwakilan Prabowo-Gibran. Ia menyatakan anggaran makanan nantinya akan disesuaikan dengan daerah masing-masing.
Klaim soal anggaran makan siang Rp7.500/orang ini langsung menjadi bahan ejekan netizen. Banyak yang meragukan anggaran Rp7.500 bisa mendapat makanan 4 sehat 5 sempurna. Ada juga yang menjadikannya sebagai tren TikTok, dimana pembuat konten menunjukkan makanan yang bisa dibeli dengan Rp7.500… Tambah Rp10.000.
Namun jauh sebelum kontroversi dan ejekan netizen, banyak ahli yang sudah menyuarakan kesangsian mereka soal program ini. Program ini dianggap tidak akan bisa berjalan dengan maksimal mengingat faktor wilayah yang luas, jumlah porsi yang harus disediakan setiap harinya, dan anggaran pemerintah yang terbatas.
Namun pemilu sudah lewat; Prabowo-Gibran sudah terpilih menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia. Janji makan siang gratis—yang sering digadang-gadang sebagai penyebab kemenangan mereka—harus ditepati.
Alasan tim Prabowo-Gibran begitu mendorong program makan siang gratis karena banyak masyarakat Indonesia kekurangan gizi. Data dari Centre for Indonesian Study (CIPS) menunjukkan konsumsi harian kalori 21 juta orang atau 7% dari populasi kurang dari standar asupan kalori per kapita Kementerian Kesehatan sebesar 2.100 kkal. Angka kekurangan gizi jauh lebih parah di balita karena 21,6% balita mengalami stunting (rasio tinggi berbanding usia rendah) dan 7,7% menderita wasting (rasio berat badan berbanding tinggi badan rendah).
Gambaran populasi yang menyedihkan ini yang membuat Prabowo-Gibran getol dalam mengkampanyekan program perbaikan gizi untuk 80 juta penduduk Indonesia. Nantinya program ini akan memberikan makan siang gratis bergizi kepada anak sekolah dan juga pesantren.
Untungnya, sudah ada beberapa negara yang lebih dulu menjalankan program makan siang gratis. Negara-negara tersebut antara lain Inggris, India, Swedia, dan Finlandia. Swedia bahkan sudah menjalankan program makan siang gratis dari tahun 1940an. Indonesia bisa belajar dari negara-negara ini. Hal ini, untungnya, sudah dilakukan oleh para anggota Komisi IV DPR, Kepala Badan Pangan Nasional, Plt Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Dirjen PSKL KLHK, serta perwakilan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Perhutani, dan PT Pupuk Indonesia lewat studi banding ke Swedia pada 19-22 Mei 2024. Kegiatan ini mendapat kritikan dari ahli yang menyebut kunjungannya ‘tidak etis karena tidak urgen dan menggunakan anggaran yang dipungut dari pajak rakyat’. Apalagi kunjungan dilakukan sebelum pemerintahan presiden Jokowi berakhir.
Kembali ke program makan siang dari negara-negara lain. Sebelum membicarakan soal gizi, ada baiknya pemerintah memperhatikan dana untuk program ini. India sendiri hanya mengeluarkan 11 sen dollar atau Rp1.750 untuk makan gratis, tapi mampu menyediakan menu yang beragam dan memenuhi standar gizi mereka.
Hari |
Menu Makanan |
Senin |
Nasi, kari kedelai, sayur kacang |
Selasa |
Nasi goreng dan sayuran |
Rabu |
Nasi, kari, telur |
Kamis |
Nasi, kari kedelai, sayur kacang |
Jumat |
Nasi, sayur kacang, tumis sayur |
Sabtu |
Nasi, kari telur, tumis sayur |
Makan siang gratis di India juga berdampak positif kepada warga mereka. Data nasional India yang menggunakan indikator height for age z score (HAZ) mendapatkan skor tinggi, yang artinya semakin tinggi skor HAZ maka semakin baik pula pertumbuhan di India.
Swedia sendiri sangat memperhatikan jumlah gizi yang terkandung pada setiap makanan yang disediakan, bahkan Swedia mempekerjakan ahli gizi untuk memberikan pelatihan kepada juru masak agar menghasilkan produk makanan yang memenuhi batasan gizi yang sudah ditentukan. Anak-anak yang diberikan makan siang gratis oleh pemerintah Swedia berkisar 7 sampai 16 tahun, tapi ada juga yang sampai 19 tahun. Menu yang biasanya disajikan kepada anak-anak berupa salad, roti, mentega, susu, air, serta alternatif seperti makanan vegetarian dan bebas gluten juga disediakan. Hasil dari kebijakan ini berbuah positif seperti pada penelitian Dan-Olof Rooth, seorang profesor ekonomi Universitas Stockholm mengatakan bahwa program ini punya korelasi positif terhadap kenaikan tinggi anak; murid laki-laki dan perempuan sekitar 0,5 dan 0,7 cm. Lebih lanjut, penelitian tersebut juga menemukan fakta bahwa murid yang merasakan makan siang gratis memiliki pendapatan seumur hidup lebih besar 3% dibandingkan murid yang tidak merasakan program makan siang gratis. Hal tersebut terjadi karena murid yang mendapatkan makan siang gratis lebih siap untuk menerima materi di sekolah karena tidak lapar selama proses belajar.
Swedia bisa menyediakan makanan bergizi karena anggaran mereka besar. Hal ini tidak mungkin terjadi tanpa adanya pajak yang tinggi. Swedia sendiri memiliki anggaran sekitar 6.600 SEK atau setara dengan sekitar Rp 10 juta per tahun untuk satu anak. Yang artinya anggaran sekali makan untuk satu anak sekitar Rp 41 ribu. Dari anggaran tersebut Swedia dapat menghadirkan menu yang bergizi seperti salad, roti, mentega, susu, dan air. Apabila dengan anggaran serupa diterapkan di Indonesia kurang lebih akan mendapatkan menu yang sama namun disesuaikan dengan makanan pokok yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat seperti, nasi, buah-buahan, ayam, sayuran, dan susu. Mereka juga tak terlalu terbebani soal protein, karena sapi Swedia menghasilkan 70 liter susu.
Sedangkan di Indonesia dengan anggaran per anak Rp7.500 hanya akan mendapatkan setengah porsi nasi dan ikan tongkol satu potongan kecil atau menu lain yaitu nasi separuh dengan telur balado atau dadar. Dengan anggaran dan menu yang minim akan sulit untuk memperbaiki gizi karena setengah telur hanya terkandung 3,5 gram protein, jumlah yang bahkan tidak memenuhi seperempat standar gizi yang sudah ditetapkan yaitu 2.100 kkal per kapita per hari dan sebesar 57 gram protein per kapita sehari berdasarkan Permenkes No 28/2019.
Indonesia yang memiliki niat untuk mengadakan program makan siang gratis belum memiliki apa yang dimiliki oleh India dan Swedia, sehingga akan sulit untuk bisa menjalankan program ini dengan maksimal. Berbagai tantangan akan hadir ketika pemerintah tetap menjalankan program tersebut dengan kondisi sekarang ini. Tantangan seperti beban finansial yang berat ke APBN, logistik mengingat wilayah Indonesia yang beragam, hingga kemungkinan korupsi yang dilakukan oleh pejabat menghantui kebijakan ini.
Sebetulnya program makan siang gratis yang digagas oleh Prabowo Gibran adalah program yang bagus untuk mengatasi stunting dan gizi buruk. Terbukti juga di negara seperti India dan Swedia diadakannya makan siang gratis dapat menambah prestasi siswa di sekolah bahkan meningkatkan pendapatan ketika sudah bekerja. Tetapi dengan kondisi sekarang yang meliputi, tidak jelasnya konsep makan siang gratis dalam hal penentuan menu karena setiap daerah memiliki makanan pokok dan harga yang berbeda, serta beban belanja pemerintah yang sudah membludak yang akan berdampak kepada defisit APBN rasanya akan sulit apabila program ini dapat dijalankan dalam waktu dekat dan memperoleh hasil yang maksimal. Karena memang program makan siang gratis adalah program jangka panjang yang memerlukan waktu untuk hasil yang maksimal.
Alih-alih makan siang gratis, pemerintahan Prabowo-Gibran dapat memfokuskan kepada pengembangan industri yang dapat menyerap tenaga kerja di Indonesia. Dengan penyerapan tenaga kerja tersebut akan berdampak kepada ekonomi masyarakat Indonesia sehingga semakin banyak masyarakat yang akan membayar pajak dan menaikkan pendapatan negara via pajak. Tentunya pendapatan negara yang meningkat dapat digunakan untuk penganggaran yang lebih tinggi pada program makan siang gratis sehingga memiliki dampak yang lebih besar. Konsep tersebut sama seperti yang sudah dilakukan oleh Swedia.
Pada akhirnya, makan siang gratis yang digagas oleh presiden dan wakil presiden terpilih bukan tidak mungkin untuk dilaksanakan. Diperlukan perhatian khusus dan waktu yang lama untuk mencapai hasil yang maksimal, mengingat program ini merupakan program baru. Tapi menurut saya, dengan budget hanya Rp 7.500, makan siang ini tidak akan mencukupi gizi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak-anak.