Upaya Pemerintah dan Industri Anime Jepang Melawan Pembajakan

Upaya Pemerintah dan Industri Anime Jepang Melawan Pembajakan

Dunia anime sudah lazim dengan pembajakan. April 2024, seorang pembajak manga dijatuhi hukuman dan diminta membayar denda hingga 11 juta dollar AS. Sejak tahun lalu, pelaku pembajakan sudah ditangkap karena aktivitasnya dengan situs Manga Mura, situs manga terbesar di Jepang. Buntut dari peristiwa pembajakan itu, Jepang semakin memperketat aturan. Mereka juga memperbarui kesepakatan kerja dengan Netflix dan beberapa studio film besar dari Motion Picture Association of America (MPA).

Kenapa Ada Manga Bajakan?
Sulit sekaligus mahalnya akses manga membuat orang memutar otak untuk mendapatkannya. Sehingga, penikmat manga yang tak mampu mengakses itu, melahirkan permintaan yang tinggi atas pembajakan manga. Salah satu situs,  B9GOOD,memberikan akses gratis ke pembaca. Mereka bahkan punya lebih dari 300 juta pengunjung dari 2021 sampai 2023 sebelum akhirnya situs ini ditutup pemerintah. 

Alasan lainnya juga karena keterbatasan bahasa. Penerjemah manga ke bahasa asing terhitung minim, sehingga banyak orang di luar Jepang yang kesulitan dalam menikmati manga. Pasalnya, memang manga dan anime diperuntukkan bagi orang-orang Jepang untuk mempelajari bahasa Jepang. Pada 1990-an, bahasa Jepang dimasukkan sebagai mata kuliah di Jepang. Budaya populer, anime dan manga menjadi cara untuk merangsang motivasi anak-anak di Jepang dalam mempelajari bahasa.

Kendala bahasa ini menjadi perdebatan. Orang-orang Jepang sendiri mengatakan bahwa pembajakan karya seni mereka di negara asing semakin membuat seniman Jepang kehilangan kepercayaan terhadap pasar luar negeri. Di sisi lain, penikmat manga di luar Jepang berargumen jika keterbatasan bahasa membuat mereka tak punya pilihan lain.

Angka pembajakan juga semakin meningkat akibat pandemi. Banyaknya waktu luang meningkatkan kenaikkan pembaca manga. Pahitnya, peningkatan pembaca juga meningkatkan pembajakan karena alasan keterbatasan bahasa tadi.

Dari data berikut, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan pengunjung di situs bajakan. Penyebab banyak orang menikmati situs bajakan juga karena kualitas kontennya sudah menyerupai versi originalnya. Akibatnya, seiring dengan peningkatan pengunjung di situs bajakan, penerbit aslinya pun mengalami kerugian dari  dari 1,8 milliar dollar AS di 2020 menjadi 6,7 milliar dollar AS pada 2021.

Sumber: The Asashi Shimbun Animehanuch

Kenapa Jepang Protektif dengan Industri Animenya?
Tertangkapnya pembajak manga dan anime, membuktikan bahwa Jepang memang protektif terhadap industri anime dan manga. Seperti yang sudah disebut-sebut, anime dan manga memiliki peran dalam penyebaran budaya dan pembentukkan citra nasional.

Dalam perjalanannya, Jepang memiliki identitas sebagai negara visual. Mereka berorientasi pada detail setiap gambarnya. Setiap industri kreatifnya, baik manga, anime, dan game yang diproduksi Jepang berjalan beririsan. Kekuatan industri animasi Jepang terletak pada tumpang tindih antara manga dan anime—keduanya merupakan faktor penting dalam alasan kenapa industri game mereka bisa sekuat sekarang.

Namun diantara berbagai faktor, penyebab Jepang sangat melindungi industri anime dan manga adalah nilai ekonominya. Anime dan manga menjadi industri penyumbang ekonomi ke-3 di Jepang. Dengan pendapatan bisa mencapai 2,3 triliun yen (sekitar 21,5 miliar dollar AS) setiap tahunnya untuk Jepang.


Sumber: Statistica

Sumber: Statistika

Lebih lanjut, terdapat empat penerbit yang digadang-gadang sebagai penerbit paling besar di Jepang. Rata-rata penjualan 4 penerbit selama 10 tahun terakhir sebesar: Kadokawa sebesar 181.388 miliar Yen, Shueisha mencapai 149.454 miliar Yen, Kodansha mencapai 138,467 miliar Yen, Shogakukan dengan 99,582 miliar Yen.

Sumber: Statistica

Sumber: Statistica


Sumber: Statistica

Angka penjualan pun semakin naik semenjak pandemi. Angka-angka paling fantastis berada di tahun 2021 dan 2022, rentang waktu dimana banyak diberlakukan kegiatan dari rumah. Namun, meski angka penjualannya naik, total angka pembajakan juga naik. Jika saja situs bajakan bisa dihindari saat itu, pastilah angka penjualan pada 2021 dan 2022 akan lebih tinggi. Tak heran jika Jepang begitu protektif terhadap kekayaan intelektualnya.


Bagaimana Penerbit dan Pemerintah Mengatasinya?

Menanggapi ramainya pembajakan, salah satu penerbit terkemuka Shueisha menciptakan aplikasi MANGA Plus. Aplikasi ini berupa kumpulan manga dengan berbagai bahasa untuk menghindari pembajakan. MANGA Plus juga merilis manga-manganya secara gratis dalam waktu terbatas. Pembaca yang ingin lanjut atau membaca ulang diarahkan untuk berlangganan. Pembaca juga dapat memilih paket langganan dengan harga yang variatif sehingga tidak memberatkan.

Untuk pembaca yang tak berlangganan, mereka tetap bisa mengakses manga namun akan diselingi jeda iklan beberapa kali. Biaya dari periklanan ini juga disalurkan kepada kreator-kreator manga. Sejak diluncurkan pada Oktober 2023, setidaknya sampai pada Juni 2024, MANGA Plus berhasil mendapatkan 30 juta unduhan.

Dari sisi pemerintah, upaya yang dilakukan adalah membentuk kelompok anti pembajakkan bernama Content Overseas Distribution Association (CODA) sejak 2002. Kelompok ini berisi  32 anggota korporat, termasuk Studio Ghibli, Aniplex, Toei, dan Shueisha dan didukung oleh Badan Kebudayaan dan Kementerian Perekonomian, Perdagangan, dan Industri Jepang. Pada 2022, CODA berhasil menutup 30 situs bajakan. 

Akibat pembajakan yang meningkat di 2022, CODA melakukan penutupan dengan lebih getol. Pada Februari 2023 dilakukan penutupan terhadap 9 situs, disusul pada April 2023, total penutupan mencapai 36 situs. 

Keberhasilan penutupan situs dan pembuatan aplikasi legal gratis menunjukkan kemajuan Jepang dalam menyelamatkan industri anime dan manga mereka. Apalagi Jepang juga sudah membentuk kerja sama internasional untuk melawan pembajakan. Sebelumnya, di tahun 2017, Jepang telah memperketat undang-undang anti pembajakan dan meningkatkan penindakan keras terhadap pembajak dalam negeri. Akibatnya, banyak oknum pembajakan yang kabur ke luar negeri. Berarti, paling tidak, setelah ada kerja sama internasional, pembajak-pembajak di luar Jepang sudah masuk ke dalam daftar buruan.