Kenapa Engga Ada Istilah Tech Woman?

Pelenyapan Perempuan di Dunia Tech

ENIAC: Perempuan dalam Sejarah dan Masa Depan Teknologi

Apabila kita ditanya siapa orang yang kini menjadi CEO Twitter dengan kebijakan anehnya, lalu siapa pendiri Metaverse, Google, Apple, pokoknya pemimpin terkenal di bidang teknologi belakangan ini, kayanya tak akan kesulitan menjawab pertanyaan tersebut. Mungkin sedikit kesulitan ketika ditanya siapa yang berhasil memecah kode Jerman di Perang Dunia II sekaligus penggagas komputer modern dan juga peletak pondasi Artificial Intelligence yang tak kalah ributnya akhir-akhir ini.

Dari pertanyaan simpel yang ada di kalimat pertama di atas, ada yang bisa menebak apa kesamaan dan apakah yang luput dari perbincangan kita tentang teknologi? Yakni, tiadanya nama atau ikon sosok perempuan ketika kita membicarakan tentang dunia teknologi. Coba saja lakukan pencarian singkat di mesin Google dengan kata kunci "famous programmer", kebanyakan di halaman pertama yang muncul tiap artikelnya diisi oleh para laki-laki. Selain dunia teknologi, kita bisa juga temukan hal serupa ketika membicarakan filsafat, seni, sastra, sepak bola, hingga presiden dan petinggi di sektor perkantoran. 

Padahal kata Katrine Marcal, perempuan selalu bekerja--dari rumah hingga ke ruang publik. Meski begitu, kerja-kerja perempuan, khususnya pada ranah domestik, masih dianggap tidak memiliki nilai ekonomi di masyarakat. Artinya kita mesti skeptis ketika perbincangan tentang apa pun didominasi dengan abang-abangan. Karena faktanya, bukan hanya kerja-kerja domestik yang tak dihitung, bahkan kerja-kerja produktif oleh perempuan yang memungkinkan kita bisa menggunakan internet, website, handphone, itu tak mendapat perhatian, dihilangkan dari sejarah awal mula teknologi modern.

Beruntung ada penulis Kathy Kleiman, ia merekam fakta sejarah yang bisa bikin kepala kita tak hanya diisi oleh para tech bro Silicon Valley. Lewat bukunya Proving Ground: The Untold Story of the Six Women Who Programmed the World’s First Modern Computer, ia mengajak kita untuk menelusuri bahwa kontribusi perempuan terhadap komputer modern pertama, Electrical Numerical Integrator and Computer (ENIAC) itu mesti diletakkan lebih tinggi daripada apresiasi orang-orang di AS terhadap John Mauchly dan J. Presper Eckert Jr yang disebut sebagai laki-laki pemimpin komputer modern pertama yang berhasil melakukan kerja-kerja programming di Amerika Serikat.

Kita bisa membayangkan kemungkinan lain teknologi saat ini tak akan ada tanpa andil ke enam perempuan dengan kerja-kerja pemrograman secara manual, karena mereka menjadi programmer pertama untuk ENIAC yang mekanisme kerja komputer belum secanggih sekarang.

Melihat Peran Perempuan di ENIAC

ENIAC didirikan di University of Pennsylvania ketika Perang Dunia II. Tidak seperti laptop atau rakit PC kita yang canggih betul dengan kapasitas penyimpanan besar, atau ketika mampu membaca preferensi kebiasaan kita secara digital yang kemudian algoritma memanfaatkan ini untuk pemasaran yang sekiranya bikin kita tertarik, juga bagaimana generatif AI mampu menghasilkan jawaban canggih text-to-text maupun image-to-image dan gabungan antara gambar serta suara dengan algoritma machine-learning.

Ada enam perempuan hebat tak kenal lelah yang berhasil membuat ENIAC berfungsi lebih baik. Ke enam perempuan hebat yang tak kenal lelah itu melakukan penghitungan manual, tetapi namanya luput dalam pembicaraan kita tentang teknologi hari ini. Ke enam pioneer programming pertama waktu itu adalah Kathleen McNulty/Kay, Frances Bilas/Fran, Frances Elizabeth Snyder/Betty, Marlyn Wescoff, Ruth Lichterman, Jean Jennings. Mereka semua berasal dari latar belakang dan wilayah yang berbeda di Amerika Serikat. Keenam perempuan itu melakukan kerja seperti kalkukasi proyek ballistic Philadelphia yang merupakan cabang dari Laboratorium Riset Balistik Angkatan Darat berbasis di Aberdeen Proving Ground, di Aberdeen, Maryland.

Perlu diketahui bahwa ENIAC tak memiliki memori penyimpanan dan tak dapat menyimpan persamaan dan melakukan proses kalkulasi. Sebab waktu itu para engineer membutuhkan tim yang terdiri dari orang-orang yang mampu menyelesaikan persamaan rumit secara manual. Seolah perkataan Tom Haigh menjadi benar bahwa ENIAC merupakan “modern code paradigm” komputer. ENIAC menghabiskan satu ruangan yang dipenuhi oleh mesin dengan lebih dari 17 ribu tabung vakum dan benar-benar sekumpulan “functional units” yang dihubungkan bersama secara partikular.

Dengan kata lain, awalnya komputer besar itu digunakan untuk kerja kalkulasi yang dalam satu trajektori membutuhkan 30 hingga 40 jam untuk melakukan suatu perhitungan. Barulah Kay, Fran, Betty, Wescoff, Lichterman, Jennings berhasil memangkas waktu perhitungan jadi lebih singkat, meski awalnya mereka bekerja tanpa adanya arahan langsung serta tak ada bahasa pemrograman sebelumnya. Meski begitu, mereka berhasil menghasilkan pemrograman sendiri, ke enam perempuan itu berhasil membuat kerja perhitungan ENIAC menjadi lebih cepat untuk satu trajektori hanya dalam 20 detik saja–temuan mereka itulah yang kita kenal sekarang sebagai ‘programming’.

Selain programmer perempuan terkenal macam Ada Lovelace dan Grace Hopper yang namanya ada dalam sejarah komputer, ke enam perempuan itu mungkin tak akan kita ketahui. Hal ini bisa kita lihat mengingat waktu itu peran perempuan sangat jarang diberi kesempatan untuk kerja-kerja professional, terutama pada masa Great Depression, maupun di pos-pos peperangan. Tepatnya masa Perang Dunia II yang diawali oleh papan iklan dari Philadeplphia Evening Bulleting yang berisi lowongan pekerjaan Militer bertuliskan: “DICARI PEREMPUAN DENGAN LULUSAN MATEMATIKA”. Sektor militer waktu itu mencari perempuan dengan latar belakang matematika untuk bekerja di University of Pennsylvania’s Moore School of Electrical Engineering. 

Pamflet iklan tersebut bisa juga kita baca “Perempuan, Tolong Bantu Laki-laki” (di peperangan). Selain itu perlu diketahui bahwa subjek matematika, sebelum Perang Dunia II, cenderung dipelajari dan dilekatkan khusus laki-laki. Sementara perempuan biasa berada di bagian ahli gizi, perawat, tukang cuci dan sekretaris di Amerika Serikat. 

Melihat lowongan kerja untuk perempuan terbuka dari sebelumnya, bukan hanya di sektor militer dan peperangan, hal ini mengindikasikan bahwa tentara dan negara AS membutuhkan peran perempuan secara luas untuk terlibat di sektor lain seperti industrial dan peternakan. Hal ini semakin jelas dengan adanya slogan “semakin banyak perempuan yang membantu di medan perang dan sektor lainnya, semakin dekat juga kemenangan Amerika segera diraih.” Kleiman menulis ada jutaan perempuan terlibat bekerja lebih aktif pada Perang Dunia II dan data dalam bukunya itu menunjukkan selama 1940 - 1945 terjadi peningkatan jumlah persentase perempuan yang bekerja sebesar lima puluh persen.

Bagaimana Peran Perempuan Dihilangkan Dari Sejarah Teknologi

Kita bisa lihat di atas bahwa dulu kerja-kerja perhitungan untuk komputer dilakukan secara manual dan membutuhkan waktu yang sangat lama, barulah ketika ke enam perempuan menemukan 'cara' yang sekarang kita sebut sebagai kerja programming, sebuah temuan revolusi di dunia teknologi, yang telah memberikan dampak yang tak tanggung-tanggung pada kita. Namun ternyata dalam sejarahnya, tepat setelah Perang Dunia II, pada bulan Februari 1946, ketika ENIAC diperlihatkan atau ditampilkan ke publik untuk pertama kalinya sebagai komputer modern, di sana tak ada satu pun nama dari ke enam programmer perempuan yang mendapat apresiasi. Lagi-lagi apresiasi diberikan ke pendirinya John Mauchly and J. Presper Eckert Jr.  

Bahkan ke enam perempuan tersebut tak diundang ketika perayaan projek ENIAC yang ke-50. Hampir lebih dari 70 tahun namanya diabaikan dalam pembicaraan tentang teknologi. Barulah ketika Kathy Kleiman skeptis ingin mengetahui sejauh mana peran perempuan dalam ilmu komputer. Awalnya ia putuskan bertanya kepada profesor semasa kuliahnya ‘siapa ke enam perempuan dalam foto itu’--dua foto ENIAC yang ia gandakan. 

Sangat disayangkan profesornya memberi jawaban bahwa ia tak tahu siapa perempuan tersebut dan merekomendasikan Kleiman untuk bertanya ke Dr. Gwen Bell, pendiri Museum Komputer yang dulu di Boston dan kini di Silicon Valley. Ketika Gwen Bell ditanya oleh Kleiman siapa perempuan yang berdiri di depan ENIAC, lantas ia menjawab "perempuan tersebut refrigerator ladies" yang berarti adalah model yang dibutuhkan untuk kebutuhan komersial TV dan kehadiran perempuan di foto tersebut dapat membuat ENIAC 'lebih oke'--sebuah jawaban yang menunjukkan diskriminasi terhadap gender perempuan bahwa perempuan tak lebih sebatas ‘objek pemuas’, ‘nilai tambah’ bagi persepsi yang sempit. 

Seperti yang dilakukan oleh Kleiman yang berhasil menunjukkan bahwa perempuan merupakan penemu modern programming yang dihapuskan dalam buku sejarah teknologi dan tidak seperti yang disebutkan oleh profesornya. Selain pendiri Museum Komputer yang kini berlokasi di Silicon Valley, ada juga Nathan Ensmenger, penulis dengan pikiran seksis, sejarawan teknologi revisionis melalui buku "The Computer Boys Take Over" yang mendiskreditkan dan mengolok-olok peran perempuan ENIAC sebagai 'pekerja administrasi biasa yang dimuliakan' dan ia bersikeras bahwa perempuan diberikan kerja di posisi itu tak lebih sebagai pekerjaan "low priority". Padahal kenyataannya ke enam perempuan tersebut bekerja di Laboratorium Penelitian Balistik Angkatan Darat AS yang direkrut dari jurusan matematika asal universitas unggulan. Peran ke enam perempuan tak seperti yang disebutkan oleh Ensmenger. Buktinya, menurut Kleiman, meski Perang Dunia II berakhir, ke enam perempuan tersebut tetap bertahan di projek ENIAC yang bukan program asal-asalan. Alasan lain kenapa hanya ke enam perempuan yang bertahan dikarenakan 'para tentara yang pulang dari PD II tak ada yang bisa melakukan kerja pemrograman' dan hanya ke enam perempuan yang bisa dan mereka harus mengajarkan pemrograman ENIAC ke generasi selanjutnya, sekaligus menciptakan teknik informatika/ilmu komputer dan membuat kode instruksi komputer pertama.

Diskriminasi Terhadap Programmer Perempuan

Pola pemikiran yang tak pernah mengakui kontribusi perempuan dalam kerja profesional tak hanya eksis di dalam kepala penulis Ensmenger atau mereka para tech bro. Tepatnya Mei 2017, The Wall Street Journal melaporkan bahwa sebesar 35 persen code yang dibuat oleh software engineer perempuan di Facebook ditolak oleh sistem internal peer review. Alasan ditolaknya code ini bukan karena hasilnya, melainkan para engineer ini adalah perempuan.

Fakta adanya bias gender ini menegaskan bahwa diskriminasi gender dalam industri teknologi ini ada. Perempuan bukan hanya sekali duakali kontribusinya tidak dianggap. Kita mesti melihat secara lebih mendalam bahwa industri teknologi seolah memberi batas ekslusif–industri teknologi bukanlah untuk perempuan--meski ini semua tidak benar dan hanya merupakan stereotype orang-orang di bidang teknologi.

Sementara Hicks, dalam Programmed Inequality: How Britain Discarded Its Women Technologists and Lost Its Edge In Computing, melihat adanya struktur kuasa di industri teknologi yang memang dibuat sedari awal untuk menonjolkan laki-laki daripada perempuan. Seringkali pemrograman diandaikan dan dibingkai seolah ‘natural’ khusus sebagai wilayah yang diperuntukkan untuk ditangani oleh laki-laki.

Kita bisa melihat dalam artikel The Guardian yang mengatakan bahwa hanya 20 persen programmer Google yang merupakan perempuan dan terlihat bertentangan dengan sejarah komputasi modern itu sendiri. Selama dua dekade pertama era komputasi modern, pemrograman selalu erat hubungannya dan sebagian besar dilakukan oleh perempuan. Namun, seiring berjalannya waktu, kerja pemrograman yang awalnya sebagai pekerjaan feminim yang berstatus rendah, menjadi pekerjaan yang dipandang sebagai pusat kendali atas perusahaan dan negara, dan pada titik initulah perempuan disingkirkan.

Sementar Joanna Riley menyinggung hanya 18 persen perempuan yang terdaftar di jurusan teknik informatik/ilmu komputer, lalu hanya 11 persen di program engineering. Di sisi lain Riley mengatakan bahwa ketika perusahaan selalu melibatkan perempuan secara aktif ini justru akan berdampak kepada peningkatan revenue perusahaan. Hal ini seperti dalam publikasinya Peterson Institute for International Economics dengan 22 ribu perusahaan yang terlibat dan salah satu faktor kenapa perusahaan mereka untung karena menerapkan "gender diverse".