Peristiwa-peristiwa Bersejarah di Bulan Ramadan

Peristiwa-peristiwa Bersejarah di Bulan Ramadan

Bulan Ramadan selalu jadi bulan yang ditunggu-tunggu sebagian masyarakat Indonesia. Saat Idul Fitri tiba, makan lontong opor, halal bihalal, pakai baju baru, dan bagi-bagi THR adalah template perayaan ldul Fitri. 

Dahulu, kala negara ini masih dijajah, Ramadan tak selalu semulus ini. Ada saja peristiwa yang mewarnai. Bayangkan saja, dulu orang-orang berpuasa sambil perang geriliya, kini kita bisa ngabuburit sambil berburu takjil.

Berikut ini beberapa peristiwa historis terjadi saat Ramadan:

Penangkapan Pangeran Diponegoro
Perang Jawa yang menguras habis kas Belanda ini berakhir pada 1830, dimenangkan oleh pihak Belanda dengan taktik busuknya untuk menangkap Pangeran Diponegoro. Selama puasa, Pangeran Diponegoro meminta agar Perang Jawa diistirahatkan. Selepas puasa, Belanda meminta bertemu Pangeran Diponeoro untuk melaksanakan perundingan.

Bertepatan dengan hari kedua lebaran pada 28 Maret 1830, Pangeran Diponegoro menemui De Kock. Setelah itu, Pangeran Diponegoro langsung ditangkap, dibawa ke Batavia dan kemudian dibuang ke Manado, Sulawesi Utara.

Rupanya, bulan Ramadan itu menjadi bulan terakhir Diponegoro bersama para pengikutnya di Pulau Jawa. Belanda sendiri berkoar-koar bahwa Pangeran Diponegoro menyerahkan diri. Padahal Pangeran Diponegoro kalah perang karena diikibuli Belanda.

Pembantaian oleh Jepang

Pada 1942, Jepang mendarat dan menduduki Indonesia. Pembantaian terhadap serdadu Belanda dan tokoh yang menolak kedatangan Jepang banyak terjadi. Misalnya gerakan Merah-Putih, gerakan yang dibentuk Nani Wartabone dan Kusno Danupoyo. Gerakan ini bertujuan untuk merebut kekuasaan Indonesia di Sulawesi Tengah dari tangan Belanda menjelang kedatangan Jepang. 

Jepang menuduh gerakan ini sebagai mata-mata sekutu. Beberapa tokoh gerakan ini akhirnya dipancung di akhir bulan Ramadan. Jepang memang mahir dalam urusan main pedang, tapi sayang, fasisme membuat mereka jadi beringas.

Proklamasi Kemerdekaan

Rasanya tak afdol apabila tak tahu fakta unik peristiwa monumental ini. Pada 17 Agustus 1945, proklamasi digelar saat bulan puasa. Pada dini harinya, Sukarno-Hatta dan segenap tokoh lainnya sahur dengan ikan sarden, telur, dan roti di rumah Laksamana Maeda. 

Esok harinya, Sukarno tak puasa meski ikut sahur, karena sedang menderita malaria. Sebenarnya, Sukarno disarankan untuk beristirahat oleh dokter pribadinya, tapi mengingat ini peristiwa penting, Sukarno tak mau absen begitu saja. 

Agresi Militer

“Puasa tak menghalangi seseorang untuk berjuang. Karena itu, sambil berpuasa berjuanglah, sambil berjuang, berpuasalah,” kata para ulama di Aceh. Belanda yang tak ikhlas Indonesia merdeka, berusaha menduduki Indonesia kembali. Peristiwa ini disebut Agresi Militer yang terjadi sebanyak dua kali. Agresi pertama terjadi pada Juli 1947, tepat di bulan puasa.

Pada hari ketiga puasa, agresi militer mulai terjadi di Sumatera. Sementara, di Jakarta, serdadu Belanda mulai menduduki gedung-gedung RI pada pukul sebelas malam. Saat itu, pusat pemerintahan sudah dipindahkan ke Yogyakarta.

Ramadan 1947 itu, wilayah Indonesia dipenuhi tank, meriam, pesawat tempur dan alat perang lainnya. Membayangkan menahan dahaga di bawah todongan meriam Belanda, bergidik ngeri rasanya.

Peristiwa Penembakan Istana Merdeka

Era Demokrasi Terpimpin dengan dinamika tak mengenakkan. Rangkaian peristiwa pemberontakan dan tindakan makar terjadi, salah satunya peristiwa penembakan Istana Merdeka oleh Daniel Alexander Maukar. Penembakan ini bermula ketika Sam Karundeng, tokoh yang terafiliasi dengan Pemerintah Revolusi Republik Indonesia (PPRI) mengajak kakak beradik Herman Maukar dan Daniel Maukar untuk merencanakan penembakan istana. Sasaran tembakan antara lain pangkalan bensin BPM, Istana Merdeka, dan Istana Bogor. 

Di Istana Merdeka inilah biasanya Sukarno suka duduk-duduk di ruangan sebelah kanan. Untungnya, Sukarno sedang tak berada di istana. Sang proklamator sedang menghadiri dewan nasional yang berlokasi tak jauh dari istana tepat pada 9 Maret 1960. Pada bulan Ramadan itu, Sukarno sedang bernasib mujur.

Sebenarnya, masih banyak peristiwa bersejarah yang terjadi saat Ramadan―yang akan jadi makalah apabila dibahas di sini. Setidaknya, lima peristiwa bersejarah ini bisa untuk tambah-tambah wawasan sejarah.