Tidak ada yang menganggap seragam, apalagi seragam Olimpiade, seserius tim olahraga. Ya, sebetulnya sih, masih ada tentara, polisi, PNS, dan anak sekolahan tapi seragam mereka tidak sekreatif dan seberwarna tim olahraga. Terutama seragam olimpiade tim olahraga yang berpartisipasi di Olimpiade Paris 2024. Seiring mendekatnya tanggal kompetisi, negara-negara partisipan mulai mengungkap seragam tim nasional mereka.
Dibandingkan dengan Olimpiade Tokyo 2020, seragam Olimpiade kali ini terlihat jauh lebih baik—mungkin karena Olimpiade-nya diadakan di ibukota fesyen dunia. Seperti apa sih seragam Olimpiade tahun ini? Mari kita lihat!
Supaya artikel ini lebih seru, saya akan membuat ranking seragam Olimpiade yang dibagi menjadi tiga:
Penilaian didasarkan pada pemilihan warna, kreativitas desain, mudah diingat, dan cerita dibalik seragamnya. Walau begitu, mohon diingat kalau ini berdasarkan ๐ selera ๐ saya ๐ jadi ๐ mohon ๐ maaf ๐ kalau ๐ tidak ๐ sesuai ๐ dengan ๐ selera ๐ kalian ๐๐๐.
Dimulai dari tuan rumah, Prancis meluncurkan seragam Olimpiade mereka tepat 100 hari sebelum Olimpiade dimulai. Alih-alih menugaskan rumah-rumah fesyen besar mereka, Prancis menunjuk Stéphane Ashpool sebagai desainer utamanya dan Le Coq Sportif sebagai produsennya. Namanya memang terhitung baru, tapi desainnya tidak main-main. Sebagai pendiri Pigalle, Ashpool memasukkan elemen streetwear ke seragamnya tapi tetap mempertahankan keeleganan yang lekat dengan Prancis. Hasilnya adalah gradasi warna biru-merah-putih di kain berwarna putih yang hangat. Agak mengingatkan sama Pepsi, tapi gapapa!
Dari semua desain seragam Olimpiade yang ia buat, seragam Judogi punya cerita yang paling menarik. Untuk pertama kalinya, seragam Judogi akan dibuat dengan kain dan mesin Prancis. Tentunya dengan izin regulator Judo Jepang.
Seragam Judogi bukan satu-satunya pakaian yang dibuat di Prancis—mayoritas produksinya dilakukan di pabrik Le Coq Sportif di Romilly-sur-Seine, Prancis dan sebagian lainnya diproduksi di Maroko dan Portugal.
Oh ya, pakaian upacara pembukaan mereka juga tidak kalah cakep. Tuksedonya merupakan buah kolaborasi Berluti dan Carine Roitfeld, mantan editor Vogue Prancis.
Tanda nasionalisme di seragam Olimpiade tidak perlu terlihat membosankan. Lihat saja Spanyol. Desain? Keren. Warna? Cakep. Ramah lingkungan? Jelas. Yang membuat seragam Olimpiade tim Spanyol lebih berkesan adalah penggunaan bunga nasional mereka, anyelir, sebagai inspirasi desan.
Desainer dan produsen yang ditugaskan adalah Joma yang sudah menjadi partner Spanyol untuk Olimpiade dari 2015. Sejauh ini, Joma sudah meluncurkan pakaian resmi untuk upacara pembukaan serta beberapa pakaian olahraga yang akan digunakan oleh atlet di lapangan.
Menggunakan warna bendera sebagai basis warna seragam Olimpiade rasanya sudah menjadi kewajiban. Apes untuk mereka yang benderanya merah-biru-putih, tapi untung untuk mereka yang warna benderanya warna-warni. Selain Spanyol, kontender seragam warna cantik lainnya adalah Jamaika.
Adalah Puma yang bertanggung jawab dalam desain dan produksi seragam olahraga Jamaika. Desainnya secara resmi diluncurkan pada Maret 2024 di perlombaan track and field ISSA Boys & Girls Championships di Kingston, Jamaika. Sebuah event yang tepat mengingat digadang-gadang sebagai juara track and field di Olimpiade Paris. Ini bukan pernyataan yang berlebihan—ada nama-nama pemenang Olimpiade seperti Elaine Thompson-Herah; atlet lari 200 meter perempuan tercepat Shericka Jackson; langganan juara lari rintangan Olimpiade Hansle Parchment; atlet laki-laki tercepat kedua sedunia Yohan Blake; dan masih banyak lagi.
Kemampuan atletik mereka digambarkan dengan ciamik lewat desain Puma yang tajam. Garis tajam dan panjang di pakaiannya menekankan kemampuan dan kekuatan tubuh para atlet. Bahannya menggunakan kain jacquard yang dibuat secara spesifik untuk melepaskan dan meregulasi panas untuk memaksimalisasi performa atlet.
Coba tanya teman kamu, Kanada ada di benua mana? Kalau jawabannya Amerika, selamat. Tapi orang suka lupa kalau negara dengan simbol bendera daun maple ini eksis dan terletak di atasnya Amerika Serikat. Untuk menanggulangi hal itu, Kanada berkolaborasi dengan Lululemon untuk menciptakan seragam olahraga yang bombastis ๐ฅ dan menempel ๐ช di kepala ๐จ๐ฆฒ.
Harus diakui, memilih Lululemon sebagai partner merupakan pilihan yang tepat. Sebagai brand pilihan perempuan-perempuan pilates dan yoga seluruh dunia, desain yang dikeluarkan Lululemon pastinya lucu-lucu. Ini digambarkan dengan baik lewat desain jaket atlet yang menggabungkan simbol serta alam Kanada di atas kain jacquard berwarna merah marun. Desain ilustrasinya merupakan karya Mason Mashon, atlet olahraga ekstrem dari Saddle Lake Cree Nation.
Selain desain yang apik, Lululemon juga memikirkan aksesibilitas seragam Olimpiade mereka, terutama untuk para atlet Paralympic. Fitur-fitur adaptabilitas mereka antara lain resleting magnetis, kain yang punya panduan sentuhan sensorik, serta celana dan jas hujan yang didesain khusus untuk pengguna kursi roda.
Tapi untuk desain seragam atlet voli perempuan yang dibuat oleh Left On Friday, hm… Nggak dulu deh. Plus, kenapa desain pakaian yang seksis seperti ini masih diperbolehkan oleh panitia Olimpiade sih?
Tim sepakbola Brazil tidak masuk kualifikasi sepakbola Olimpiade, tapi desain pakaiannya jelas tidak miss. Seragam upacara pembukaan mereka adalah jaket jeans yang dibuat dari bahan ramah lingkungan dengan sulam karikatur hewan-hewan asli Brazil, dibuat langsung oleh artisan dari Timbaúba dos Batistas, Rio Grande do Norte. Lebih lanjut, kaos Breton dan rok midi putih siluet A terinspirasi dari Prancis, tapi alih-alih warna hitam dan merah, diganti dengan warna hijau muda dan kuning untuk merepresentasikan warna Brazil.
Sebetulnya ini opini yang kontroversial mengingat banyak warganet Brazil menganggap seragam ini terlalu kasual untuk upacara pembukaan. Ya iya sih, kalau dibandingkan dengan seragam Prancis dan Spanyol. Tapi desain ini justru membekas di kepala. Plus keren dan bisa dipakai di luar konteks Olimpiade, semakin menekankan misi Brazil soal keberlanjutan.
Untuk pakaian lapangan atletnya, Brazil mempercayakan tugas ini ke Nike. Hasilnya adalah pakaian olahraga dengan warna biru tua, kuning, hijau tua, putih, dan hitam. Sejauh ini, seragam lapangan mereka yang paling banyak menggunakan warna dibanding seragam negara-negara lain. Meskipun desainnya sederhana, ia tidak terlihat membosankan karena penggunaan warnanya strategis.
Baju atlet minimalis tidak selalu terlihat membosankan. Tanda nasionalisme juga tidak perlu terlalu menyolok mata. Dua hal ini berhasil dbuktikan oleh Denham, partner seragam resmi tim Belanda. Denham berhasil memadukan nasionalisme dengan desain sederhana, tapi tidak menanggalkan kesan sporty para atlet lewat pemilihan jaket tucker dan letterman.
Skema warnanya terinspirasi dari bendera Belanda, yaitu putih, biru, dan oranye, namun dengan nuansa yang lebih gelap dan hangat. Desainnya juga mencerminkan identitas Belanda, dengan logo bunga tulip pada celana dan jaket, serta moto Kerajaan Belanda “Je Maintiendrai”. Angka 24 pada lengan jaket menandakan tahun Olimpiade.
Amerika Serikat, tolong catat ya!
Harus diakui, alasan kenapa saya menaruh Portugal di daftar ini karena seragam perempuan mereka cantik. Sayang, aksen warna merah, hijau, dan putih mereka rentan disalahartikan sebagai warna Italia. Tapi ya, dengan desain seperti itu wajar sih kalau ada orang yang mengira itu desain tim Italia, mengingat seragam Italia yang didesain Emporio Armani jauh dari kata fashionable.
Kalau Olimpiade Paris 2024 adalah lomba fesyen, jelas Mongolia pemenangnya.
Dari semua seragam Olimpiade yang ada, Mongolia adalah yang terbaik sejauh ini—baik dari segi desain, kualitas, dan pilihan warna. Tapi melihat ketebalan bajunya dan cuaca Paris yang sedang menyala (panas) tapi basah (lembab), apakah atletnya tidak akan kepanasan?
BTW, seragam mereka untuk Olimpiade Tokyo 2020 nggak kalah keren loh. Desainernya juga sama, Michel dan Amazonka.
Sama seperti desain Mongolia, desain Ceko membuat alis naik. Soalnya… mantel panjang di cuaca Paris sekarang? Usut punya usut, desain mantelnya merupakan jenis mantel asli Ceko yang populer di Prancis. Polanya terinspirasi dari karya seni Vladimir Boudnik, Variations on Rorschach Test (1967). Melihat karya-karya Boudnik, saya pikir desain pola mantelnya bisa lebih unik. Mungkin tim desain Ceko memilih main aman karena desain ini saja sudah banyak membelah opini orang-orang.
Oh ya, harapan saya sih mantelnya dibuat dari bahan tipis yang menyerap keringat seperti linen atau katun ringan. Kan nggak lucu pingsan di tengah upacara, terus dibawa ke dalam ruang klinik yang panas karena panitia Olimpiade Paris melarang penggunaan AC.
Desain double breasted jacket tim Taiwan adalah salah satu desain terbaik untuk ronde kali ini. Pembuatan seragam ini dibuat seramah lingkungan mungkin dengan menggunakan bahan-bahan daur ulang. Detail bunga di jaketnya merupakan bunga plum, bunga nasional Taiwan dan bunga nanohana yang menyimbolkan semangat. Untuk memastikan atlet tidak kepanasan, pakaian ini dibuat menggunakan kain germanium yang bisa merilis ion negatif yang banyak sehingga pakaian terasa dingin.
Komplain saya sih cuma satu: tolong bikin ukuran celana yang sesuai dengan ukuran tubuh para atlet. Oh ya, sama panjangin celananya please jangan ngatung gitu, makasih.
Oh ya, soal baju lapangan atletnya. Ya, standar Yonex.
Netizen Korea Selatan boleh kagum dengan seragam upacara pembukaan dan penutupan Olimpiade mereka. Desainernya, Musinsa, juga mengatakan seragam pembukaan menyimbolkan semangat anak muda dan harapan supaya tim Korea Selatan bisa menonjol di lautan atlet Olimpiade Paris.
Ya, kalau dibandingkan dengan desain negara lain yang heboh, desain Korea Selatan memang terlihat beda. Tapi menonjol? Eh…
Jangan salah, saya juga suka desain baju minimalis. Namun harus diakui desain seragam Korea Selatan terlalu simpel sampai-sampai tidak punya ciri khas sendiri. Alih-alih seragam tim atlet nasional, pakaian ini lebih terlihat seperti pakaian runway fesyen.
Desain yang ‘ya udahlah’ kembali ditampilkan lewat desain pakaian lapangan buatan The North Face. Pilihan ini mengingatkan saya dengan anekdot soal masyarakat Korea Selatan yang sangat konformis. Setiap musim dingin, anak-anak sekolah, dari berbagai kelas ekonomi, menggunakan jaket puffer dari The North Face. Anak-anak yang tidak menggunakan jaket merk ini akan dirundung. Rundungannya cukup parah sampai-sampai orangtua akan bekerja ekstra supaya anak mereka bisa ke sekolah dengan jaket mahal.
Ya mungkin pilihan The North Face hanya kebetulan saja…
Sama seperti Prancis, desainer Ben Sherman dan produsen Adidas menggunakan elemen bendera di desain mereka. Desainnya terhitung tidak neko-neko: warna biru, merah, putih yang merepresentasikan bendera Union Jack dan typeface “GREAT BRITAIN” yang terinspirasi dari font yang digunakan tim Inggris Raya di Olimpiade 1924.
Namun desain simpel adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, ia tidak akan membuat konservatif kesal. Tapi di sisi lain, desain yang terlalu sederhana justru membuat pakaiannya terlihat membosankan. Mengutip dari Guardian, pemilihan desain yang kelewat aman ini didasarkan pada kontroversi bendera St George di seragam tim sepak bola Inggris. Kontroversi ini begitu besar sampai-sampai mantan Perdana Menteri Partai Konservatif Rishi Sunak bersuara mengkritik desainnya.
Ya mau bagaimana lagi, memang seragam olahraga tidak bisa dilepaskan dari nasionalisme yang kental.
Saya cukup yakin pola di gaun dan blouse seragam perempuan Polandia punya makna yang mendalam. Tapi saya juga harus jujur, seragamnya sangat, mengutip anak-anak fesyen X (dulunya Twitter): “serving curtain”. Potongan blouse yang oversize semakin menekankan ke-gorden-annya. Setidaknya double breasted jacket dan celana oversize punya warna yang cukup netral.
Poin lainnya yang saya kurang suka adalah logo Olimpiade dan bendera Polandia yang terlalu simpel. Apa tidak bisa logonya dibuat lebih oke? Dan yang lebih penting lagi: melihat potongan bajunya yang cenderung oversize, akan seperti apa pakaian ini di tubuh atlet yang tidak setinggi dan seramping model yang menggunakan seragam ini?
Untuk Olimpiade kali ini, Australia menunjuk ASICS sebagai partner seragam mereka. Vogue bilang seragam Australia termasuk salah satu seragam Olimpiade terbaik tahun ini, tapi eh… Maaf-maaf aja nih ye, warnanya terlalu mirip dengan Brazil punya.
Tapi cerita dibalik desainnya boleh lah. Desainer utamanya adalah seniman dan atlet boxer Paul Fleming dan David Bosun. Desain Fleming, “Walking Together”, merepresentasikan Olimpiade sebagai penyatu berbagai bangsa. Sementara desain Bosun terinspirasi dari elemen tradisional dan modern dari kampung halamannya, kepulauan Torres Strait.
Sebagai negara adidaya yang punya banyak merek pakaian olahraga dan branded, seharusnya seragam mereka keren. Tapi sayangnya bukan itu impresi yang saya dapat sejauh ini. Dari seragam upacara pembukaan (kaya blazer anak SMA Korea Selatan—tapi ya, menurut @dieworkwear inspirasinya sebetulnya diambil dari jaket anak-anak kampus elit Amerika Serikat dan jeans Levi’s) dan penutupan (terlalu mirip jaket NASCAR) yang diproduksi oleh Polo Ralph Lauren, seragam track and field buatan Nike yang dianggap seksis karena terlalu terbuka, seragam atlet sepeda buatan CUORE yang ya udah lah, minimal fungsional, serta seragam atlet golf karya J. Lindeberg yang motifnya bikin alis naik dan celana skinny-nya yang sangat 2016… Semuanya membuat kepala ini berpikir: “kalian serius? Kalian ke Paris dengan baju kaya gini?”
Minimal, minimal, seragam gymnastik mereka desainnya sedikit lebih baik. Sangat berkilau dan benar-benar menunjukkan semangat kebebasan Amerika Serikat. RRRRAAAHHHHH!!! ๐ฆ ๐ฆ ๐ฆ
Sejauh ini, kabar seragam atlet Jerman masih terhitung sedikit. Tapi yang pasti Adidas adalah partner yang akan menyediakan kebutuhan seragam tim Jerman untuk Olimpiade nanti. Dalam peluncuran Adidas Road To Paris 2024, raksasa pakaian olahraga ini menampilkan seragam Olimpiade dari berbagai belahan dunia, salah satunya Jerman.
Sayangnya, semua seragam yang dibuat oleh Nike menggunakan typeface yang sama serta gaya ilustrasi yang sama. Satu-satunya yang berbeda hanya warnanya. Jadi ya, untuk sekarang Jerman masuk ke klasemen Biasa Aja.
Garuda di dadaku, garuda kebanggaanku, tapi mohon maaf… Desain seragamnya terlihat biasa saja dibandingkan negara-negara lain. Setara dengan Jepang lah. Warna celana dan atasan terlihat beda, mungkin karena efek kamera? Logo kontingennya juga agak kegedean buat selera saya.
Layaknya mayoritas negara peserta, Jepang masih menggunakan warna bendera sebagai warna seragam. Namun alih-alih warna putih-merah, ASICS sebagai produsen seragam resmi Jepang memilih untuk menggunakan warna merah-hitam. Yang unik dari desain seragamnya adalah siluetnya yang inklusif dan bisa digunakan oleh berbagai gender. ASICS juga mengklaim pakaian mereka dibuat dari bahan ramah lingkungan dan proses produksinya menghasilkan karbon 34% lebih sedikit dibanding Olimpiade lalu.
Keren banget ASIC, tapi maaf desain kalian masih membosankan.
Untuk Olimpiade tahun ini, Swedia menunjuk Uniqlo sebagai partner garmen mereka. Sebetulnya saya tidak berharap Uniqlo bakal membuat gebrakan desain keren, berhubung branding mereka adalah pakaian basic.
Tapi setelah melihat seragam tenis mereka untuk Art Donaldson di Challengers, desain Uniqlo untuk Swedia benar-benar mengecewakan. Atau bandingkan dengan koleksi Kei Nishikori yang sempat dijual Desember lalu. Bagai langit dan bumi.
Dilihat sekilas, desain Belgia harusnya masuk ke kategori Bagus. Tapi semakin lama memantengi desain ini malah membuat saya berpikir ada yang salah dengan desainnya. Bagian garis-garisnya terinspirasi dari Bauhaus, tapi warnanya… Ehhh. Kurang menyala untuk desain Bauhaus.
Tapi cerita dibaliknya masuk ke kategori Bagus. Alexa Fairchild, desainer seragam Belgia, menyatakan konsep bajunya terinspirasi oleh Belgia sebagai negara yang dipisahkan oleh dua bahasa, bahasa Belanda dan Prancis. Motif di bagian kiri dan kanan melambangkan dua hal, merayakan kemenangan dan menerima kekalahan dengan besar hati. Sementara garis lainnya melambangkan dukungan, koneksi, fleksibilitas, kecepatan, dan (harapannya) medal yang akan digantung di leher sang atlet.
Yang bener aje, yang bener aje, yang bener aje, YANG BENER AJE.
2024 Paris Games: Kazakhstan’s Team Uniform Reflects Cultural Heritage - The Astana Times
Pertama kali melihat seragam upacara pembukaan Kazahkstan, saya langsung mengangkat alis. Ya bagaimana tidak, seragamnya lebih terlihat seperti seragam anak sekolah alih-alih seragam atlet. Walau menampilkan simbol-simbol sarat kultur, desainnya terlanjur bikin garuk-garuk kepala.
ะะฐะบะฐั ัะพัะผะฐ ั ะะฐะทะฐั ััะฐะฝะฐ ะฝะฐ ะะปะธะผะฟะธะฐะดะต ะฒ ะะฐัะธะถะต (kursiv.media)
https://x.com/hahyunsing/status/1805592204708397088
Ada orang bijak yang bilang kapitalisme melahirkan inovasi. Sayang tidak berlaku untuk Austria.
Team SA gear for Paris Olympics and Paralympics revealed
Mirip sama Australia. Udah gitu aja.