EHFA Soroti Masalah Berlapis Perawatan Kesehatan Mental di Indonesia

EHFA Soroti Masalah Berlapis Perawatan Kesehatan Mental di Indonesia

Dua hari sebelum peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia tahun ini, seorang mahasiswa di Jogja lompat dari 11 sebuah hotel. Kasus ini menunjukkan kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Namun, di Indonesia, perawatan kesehatan mental masih menghadapi masalah berlapis.

Organisasi Emotional Health for All (EHFA) dalam sebuah diskusi di Jakarta pada Kamis, 20 Oktober 2022, mencatat setidaknya dua masalah utama perawatan kesehatan di Indonesia. Pertama, tenaga kesehatan yang masih minim.

Project Leader and Founder EHFA Sandersan Onie menyoroti jumlah tenaga kesehatan mental di Indonesia masih minim, yakni berkisar di angka 4.400 orang saja untuk melayani 270 juta penduduk Indonesia.

"Di Indonesia untuk masyarakat sebesar 270 juta orang, kita hanya ada psikolog dan psikiater 4.400 sampai 4.500. Kalau kita mau Indonesia lebih sehat, harus bermulai dan berakhir dengan kita. Tidak bisa kita hanya bergantung dengan pemerintahan, dengan organisasi," kata Sandy, sapaan akrabnya. 

Padahal, kata Sandy yang juga merupakan President Indonesian Association for Suicide Prevention, berdasarkan penelitian dilakukan EHFA, angka bunuh diri di Indonesia yang setidaknya empat kali lipat dari angka yang dilaporkan. Sementara angka upaya bunuh diri mencapai tujuh hingga 24 kali lipat dari angka kematian akibat bunuh diri.

Masalah kedua, adalah stigma. Khususnya, seperti dikatakan Dr Bahrul Fuad dari Yayasan Kesehatan Umum Kristen (YAKKUM), yang juga hadir dalam kesempatan itu, adalah stigma berdasarkan agama. Seorang pengidap penyakit kesehatan mental cenderung mendapat diskriminasi atas nama agama, seperti dicap pendosa. 

Hal itu membuat para pengidap kesehatan mental sulit mendapat perawatan yang memadai. Sebaliknya, mereka justru mendapat beban ganda dari diskriminasi tersebut. 

“Kita banyak melihat kasus dipasung, itu salah satu akibat stigma tersebut,” kata Bahrul. 

Untuk itu, dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan mental dan memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia, EHFA akan mengadakan Indonesia Mental Health Movement "It Starts and Ends with Us" pada 29 Oktober 2022 di The Kasablanka Hall, Kota Kasablanka Mall Lantai III. Acara itu merupakan kerja sama antara EHFA, Yayasan Kesehatan Umum Kristen (YAKKUM), dan Black Dog Institute.
Sandersan menuturkan, EHFA dan para pihak yang terlibat mengajak masyarakat untuk mulai sadar akan pentingnya memprioritaskan kesehatan mental dan mawas diri. Sebab, menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik.

“Kesehatan mental tidak mengenal usia, jenis kelamin, agama, ataupun status sosial. Semua orang berhak mendapatkan akses layanan dan penanganan kesehatan mental yang tepat,” kata Sandy.