Sejarah Mobil Indonesia dari Masa ke Masa: Part 1, Kedatangan

Judul: “Lintas Mobil Indonesia: Chapter 1”

Title artikel di CMS: “Sejarah Mobil Indonesia dari Masa ke Masa: Part 1, Kedatangan”
Judul: “Sejarah Mobil Indonesia dari Masa ke Masa”
Subjudul: “Part 1: Kedatangan”

TLDR;
Penelusuran sejarah mobil di Indonesia. Dimulai sejak diperkenalkan pada awal abad ke-20. Belanda membawakan mobil untuk pejabatnya, sehingga menyebabkan hadirnya kendaraan di kota-kota besar.
Highlighting peralihan dari kereta kuda ke kendaraan modern dan pengaruh kebijakan pemerintah terhadap industri mobil Indonesia.

Hijau Quote, Biru Image

Senada dengan hiruk pikuk arus globalisasi, Indonesia jadi panggung penting bagi perkembangan industri otomotif dunia. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, sebuah aspek yang sering terlupakan adalah jejak sejarah yang telah dilalui oleh kendaraan, khususnya mobil, di tanah air.

Serial artikel ini berupaya untuk menghidupkan kembali memori dan arsip-arsip berharga tentang mobil-mobil yang pernah melintasi jalanan Indonesia. Setiap kendaraan memiliki cerita tersendiri, tentang petualangan yang dilaluinya, peran yang dimainkannya, dalam perjalanan sejarah bangsa. 

Indonesia sudah mengenal kendaraan bermotor sejak awal abad ke-20. Perkenalan itu tidak bisa dilepaskan dari peran Belanda yang mendatangkan mobil untuk keperluan pejabat tinggi mereka, terutama di kota besar seperti Batavia (sekarang Jakarta), Surabaya, Bandung, Semarang dan Yogyakarta.

Dari mobil klasik yang menghiasi jalan-jalan kota tua hingga kendaraan modern yang mengubah ‘skena’ perpindahan atau mobilitas manusia. Dalam perkembangannya arah kebijakan pemerintah juga menyesuaikan dengan kebutuhan meningkatkan industri mobil di Indonesia.

Dari yang paling sederhana seperti delman, sado, sepeda, trem, kereta api, sampai kendaraan dari berbagai jenis yang kita kenal saat ini, perkembangan transportasi selalu mengikuti perkembangan gaya hidup masyarakat. Baik dari segi model, teknologi, desain, sistem keamanan, dan sebagainya.

Ngalor-Ngidul di Jawa dan Selatnya

Catatan berbentuk buku berjudul Rambles in Java and the Straits yang ditulis oleh Charles Walter Kinloch, seorang warga Inggris yang datang ke Batavia pada 5 Juni 1852, menceritakan kisah perjalanan transportasi di Indonesia, yang mana bisa disangkut pautkan dengan peran Gubernur jenderal Herman Willem Daendels, perintis jalan Anyer-Panarukan sepanjang 1000 Km yang dimulai pada abad 16 dan selesai di abad 18.

Kinloch berangkat pada tanggal 18 Juni dari Batavia (sekarang Jakarta), ia menyusuri Buitenzorg (sekarang Bogor), Bandung, Cirebon, Tegal, Magelang, Banyumas, Purworejo, Salatiga, sampai Semarang, dengan Britzka, sebuah kereta kecil yang ditarik kuda. Pada saat itu Britzka adalah satu-satunya alat transportasi antar kota.

Jalan buatan Daendels, menjadi saksi sekaligus media perpaduan antara era kereta kuda dan kendaraan bermotor.

Bertemunya dua model transportasi dari dua masa yang berbeda di jalan yang sama, berawal dari seorang Jerman bernama Karl Benz, pencipta kendaraan pertama di dunia dengan mesin berbahan bakar bensin pada tahun 1886. Memang Benz bukan orang pertama yang membuat mobil. Pada abad ke-17, beberapa orang telah membuat mobil dengan sumber tenaga lainnya, tapi tetap, orang mengenal Benz-lah si penemu mobil.

“Produksi Masif”

Gambar benz 1886
Tulisan: Benz 1886, Mobil pertama di dunia yang diproduksi secara massal

25 unit kendaraan bermesin 1-silinder itu diproduksi.Sekitar tahun 2000, Daimler-Benz AG memproduksi replikanya, satu diantara dimiliki distributor Mercedes-Benz di Indonesia. Mobil Benz dijual secara komersial hampir 10 tahun kemudian. Pada masa itu, bentuk mobil jauh dari apa yang ada kita lihat sehari-hari, masih berbentuk mirip kereta kuda, rodanya dari kayu seperti pedati, begitu pula lantai dan tiangnya. Penjualan Benz terdengar hingga Nusantara, karena hal ini, Benz hadir ke Pulau Jawa.

Beberapa nama besar menjadi pemilik pertama kendaraan besutan Benz di Nusantara. Seperti Susuhunan Kesultanan Surakarta yang mana beliau menunjuk John C Potter untuk mengurus pembelian hingga pengiriman Benz Patent 1894 dengan silinder tunggal dan kabin yang dapat menampung 8 penumpang itu dari Eropa ke Pulau Jawa. Setidaknya Pabrik Benz Phaeton atau Patent di Jerman membutuhkan satu tahun untuk menyesuaikan permintaan Sunan Solo sebelum akhirnya dikirim. Memang pada masanya mobil diproduksi berdasarkan pesanan, seperti pemilihan warna, bentuk kursi, dan sebagainya, pula dikerjakan secara manual, tidak seperti jaman sekarang yang serba dicetak secara masif.

Parkir di Keraton
 
Gambar: Orient Backboard 1904 & Fiat 1907.
Tulisan: Orient Backboard 1904 (kiri) dan Fiat 1907 (kanan).

Bupati Brebes, Raden Mas Ario Tjondro tercatat sebagai pemilik mobil berikutnya. Orient Backboard 1904 yang memiliki 1 silinder 8dk ini dilengkapi persneling maju mundur dan penggerak roda digerakkan melalui rantai. Selanjutnya Kanjeng Raden Sosrodiningrat, kerabat Raja di Surakarta memiliki mobil Fiat 1907 yang sekarang disimpan di Keraton Solo. Fiat ini pernah dipamerkan di Gaikindo Expo, Senayan, Jakarta, pada 1985.

Gambar: King Dick 1913 & De Dion-Bouton
Tulisan: King Dick 1913 (kiri) dan De Dion-Bouton (kanan)

Pemilik mobil selanjutnya adalah Sultan Ternate yang tertarik pada King Dick 1913 beroda iga yang kerap digunakan seorang Belanda untuk berkeliling kota. Ia memesan King Dick beroda empat ke Eropa. Sebelumnya, hiruk pikuk Surabaya juga sudah mulai diwarnai De Dion-Bouton 1900.

Kisah-kisah di atas menjelaskan catatan penting bahwa kendaraan telah hadir di Indonesia lebih dari seabad silam. Banyak nama bermunculan sebagai importir kendaraan masuk ke Indonesia. Mulai dari John C Potter, Gondokoesoemo, sampai Hasjim Ning. Geliat bisnis mereka akan kita bahas di artikel berikutnya. Sampai jumpa minggu depan!