Siapa yang Lebih Bucin?

Jika ada hal yang membuat almarhum Gombloh laik disebut sebagai salah satu penulis lagu terbaik Indonesia sepanjang masa, maka itu adalah kemampuannya menggambarkan sesuatu dengan sederhana, kocak, dan mengena. Kemampuan ini, tentu saja, terlihat paling jelas dalam lagu berjudul "Lepen" alias "Lelucon Pendek".

 

"Lepen" menceritakan kisah seorang pemuda awal 80-an yang sedang jatuh cinta. Bagaimana pemuda itu berdandan saat hendak berkencan, lengkap dengan sepatu Kickers loakan dan tiga batang Dji Sam Soe di saku jeans. Bagaimana pemuda itu sebenarnya ketakutan setengah mati tetapi mencoba tak peduli. Bagaimana pemuda itu dikecewakan karena sang gadis ternyata tak ada di rumah saat diapeli. Dan tentu saja, bagaimana cinta bisa membuat tahi kucing terasa seperti coklat.

 

Sederhananya, "Lepen" adalah lagu tentang pemuda bucin alias budak cinta. Dia rela melakukan apa pun, termasuk mencopet, demi bisa berkencan dengan sang pujaan hati. "Lepen" pun bukan satu-satunya lagu yang menuturkan kisah serupa. Ada banyak sekali lagu serupa di belahan dunia mana pun. Keberadaan tembang-tembang seperti ini seperti menunjukkan bahwa lelaki bukannya tidak bisa menunjukkan rasa cintanya.

 

Ternyata, lelaki yang seperti Gombloh di lagu "Lepen" itu tidak cuma satu dua orang. Riset yang dilakukan di Amerika Serikat pada 2011 membuktikan bahwa sesungguhnya laki-laki memang lebih mudah jatuh cinta dibanding wanita. Riset ini sendiri dilakukan oleh Marissa Harrison dan Jennifer Shortall dari Pennsylvania State University, Harrisburg.

 

Dalam jurnalnya yang berjudul "Women and Men in Love: Who Really Feels It and Says It First?" (https://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/00224545.2010.522626). Harrison dan Shortall menjelaskan bahwa sudah ada banyak sekali penelitian soal cinta yang dilakukan. Beberapa hasilnya mudah ditebak, sebenarnya. Misalnya, perempuan lebih menghargai kata-kata cinta, sementara laki-laki lebih menyukai seks ketimbang perempuan, dan perempuan cenderung lebih ekspresif dan diharapkan untuk bersikap lebih ekspresif dalam sebuah hubungan.

 

Kemudian, ditemukan pula bahwa laki-laki sebetulnya lebih sering menunjukkan sikap romantis dibanding perempuan. Terakhir, sudah terbukti bahwa laki-laki lebih cepat jatuh cinta ketimbang perempuan.

 

Akan tetapi, anggapan di masyarakat tidaklah demikian. Perempuan masih dianggap sebagai pihak yang lebih bucin alias irasional. Maka dari itu, riset ini dilakukan Harrison dan Shortall di kalangan anak muda (usia rata-rata 20,28 tahun). Para partisipan riset ini adalah mahasiswa-mahasiswi dari dua universitas berbeda. Total, ada 188 partisipan yang mulanya ikut serta tetapi setelah disaring kembali hanya ada 171 partisipan yang suaranya valid. Ada 72 laki-laki dan 99 perempuan.

 

Dari semua partisipan itu, 61 laki-laki (84,72%) dan 88 perempuan (90,90%) mengaku pernah menjalin hubungan asmara. Dari sana, 27 laki-laki dan 56 perempuan mengaku sedang berada dalam hubungan asmara dan 91,30% laki-laki serta 98,21% perempuan mengaku sudah jatuh cinta dengan pasangannya.

 

Lalu, siapakah yang lebih bucin? Well, ternyata jawabannya adalah laki-laki. Tidak ada yang berubah. Dari dulu sampai sekarang laki-laki lebih mudah jatuh cinta. Buktinya, 64% responden laki-laki mengaku bilang "I love you" terlebih dahulu ke pasangannya. Bandingkan dengan responden perempuan yang persentasenya cuma 18,51%! Wow!

 

Tapi, lucunya, baik responden laki-laki maupun perempuan sama-sama percaya bahwa perempuanlah yang jatuh cinta terlebih dahulu dalam sebuah hubungan. Dari 171 responden tadi, 87,78%-nya percaya demikian. Sudah begitu, 75,20% responden yakin bahwa perempuan yang lebih mungkin mengucap kata cinta terlebih dahulu. Nah lho?.

 

Menariknya lagi, setelah ditanya "berapa lama waktu yang kalian butuhkan untuk tahu bahwa kalian jatuh cinta?", responden perempuan diketahui butuh waktu lebih banyak ketimbang laki-laki. Perempuan butuh waktu beberapa bulan untuk yakin bahwa mereka jatuh cinta. Sementara laki-laki? Cuma beberapa pekan. Dari sini wajar apabila laki-lakilah yang lebih sering menyatakan cinta terlebih dahulu.

 

Nah, ada anggapan bahwa laki-laki menyatakan cinta semata-mata karena ingin segera berhubungan seks. Akan tetapi, dari riset ini diketahui pula bahwa, meskipun laki-laki menginginkan seks lebih dahulu, mereka cenderung mau menunggu sampai yakin bahwa mereka dan pasangannya sama-sama jatuh cinta.

 

Selain urusan siapa jatuh cinta terlebih dahulu, Harrison dan Shortall juga mencari tahu sebenarnya seperti apa, sih, pandangan umum perempuan dan laki-laki soal cinta. Rupanya, di kalangan responden perempuan banyak juga yang bilang "cinta itu omong kosong" atau "cinta itu buang-buang waktu". Ini sekaligus membuktikan bahwa perempuan sebenarnya tidak lebih romantis. Baik laki-laki maupun perempuan, tulis kedua peneliti, sama-sama pragmatis sekaligus irasional soal cinta.

 

Harrison dan Shortall kemudian juga memaparkan mengapa laki-laki bisa lebih dulu jatuh cinta ketimbang perempuan. Kata mereka, fenomena demikian mungkin terjadi karena:

 

1. Secara reproduktif, lebih aman bagi perempuan untuk masuk dalam hubungan seksual sampai mereka yakin akan tujuan pasangannya.

 

2. Siapa lebih dulu menyatakan cinta bisa jadi merupakan sesuatu yang dipelajari dari lingkungan. Ada anggapan bahwa laki-laki harus lebih dulu pegang kendali dan, dengan demikian, merekalah yang "seharusnya" lebih dulu menyatakan perasaan. Sebaliknya, perempuan yang lebih dulu menyatakan perasaan malah dianggap aneh.

 

3. Dari sudut pandang evolusi, laki-laki yang lebih dulu menyatakan cinta bisa jadi punya kemungkinan lebih besar untuk berketurunan. Sebaliknya, perempuan yang menunggu pasangannya menyatakan perasaan pun punya kemungkinan lebih besar berketurunan.

 

Tak lupa, Harrison dan Shortall turut mengingatkan bahwa riset ini bisa jadi punya hasil berbeda jika dilakukan di tempat lain yang memiliki kultur berbeda.

 

Jadi, demikianlah. Riset membuktikan laki-laki lebih bucin ketimbang perempuan. Akan tetapi, perlu penulis ingatkan pula bahwa riset ini dilakukan pada 2011. Sudah satu dekade berlalu. Boleh jadi, jika ada riset baru yang dilakukan tahun 2021, hasilnya pun tak lagi sama. Boleh jadi, karena perempuan yang menyatakan perasaan terlebih dahulu tidak lagi dianggap aneh, perempuan pun bisa jadi jatuh cinta lebih cepat ketimbang pada 2011.