Dukun Korea atau yang dikenal dengan "mudang" dulunya sering mendapat stigma buruk. Namun, saat ini banyak masyarakat yang kembali mencari mereka sebagai alternatif penyembuhan. Tidak hanya karena kekuatan supranatural yang dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit, tetapi juga karena peran mereka sebagai mediator antara manusia dan roh leluhur.
Lee Ye-joo adalah salah satu contoh dukun Korea yang sempat difitnah sebelum akhirnya diakui keahliannya. Setelah mengalami serangkaian cobaan hidup, termasuk kabur dari Korea Utara dan dijual sebagai korban perdagangan manusia di Tiongkok, ia akhirnya menemukan takdirnya sebagai seorang dukun di Korea Selatan. Penyakit misterius yang tak dapat didiagnosa secara medis membuatnya bertemu dengan seorang dukun yang mengatakan bahwa roh neneknya telah merasukinya. Perjalanannya dalam menyembuhkan diri dengan bantuan dukun Korea mengungkapkan kekuatan tersembunyi dari tradisi perdukunan.
Meskipun dianggap ketinggalan zaman, peran dukun Korea di masa kini sangat dihargai. Banyak yang percaya bahwa mereka bisa menjadi penghubung antara dunia nyata dan dunia spiritual, terutama dalam hal penyembuhan penyakit yang tidak bisa dijelaskan secara medis. Shinbyeong, atau yang dikenal sebagai "penyakit roh," sering kali hanya bisa disembuhkan jika seseorang menerima panggilan spiritual untuk menjadi dukun. Praktik ini mencerminkan hubungan erat antara masyarakat Korea dengan tradisi leluhur mereka.
Praktik dukun Korea sebenarnya tidak sepenuhnya bertentangan dengan ilmu kedokteran modern. Banyak dukun di masa kini yang bekerja berdampingan dengan dokter dan psikiater. Mereka sering menyarankan klien mereka untuk melakukan pemeriksaan medis selain menjalani ritual perdukunan. Bahkan, beberapa dukun di Korea menggunakan media sosial dan website untuk menawarkan jasa penyembuhannya, menciptakan klien dari berbagai negara.
Kebangkitan dukun Korea di era modern juga tidak lepas dari pengaruh budaya populer, seperti film dan drama Korea. Film seperti The Mimic (2017) dan Exhuma (2024) menampilkan adegan ritual perdukunan yang mendalam, menunjukkan bahwa masyarakat Korea masih memegang teguh kepercayaan mereka terhadap shamanisme. Adegan-adegan mistis ini tidak hanya meningkatkan popularitas film, tetapi juga membuka mata generasi muda tentang pentingnya peran dukun Korea dalam kehidupan spiritual mereka.
Meskipun kemajuan ilmu kedokteran telah mengurangi ketergantungan pada dukun Korea, peran mereka dalam menyembuhkan penyakit spiritual masih sangat dihormati. Kini, dukun Korea tidak hanya diakui di tanah air mereka, tetapi juga menarik perhatian internasional. Mereka menjadi simbol perpaduan antara tradisi kuno dan teknologi modern, memberikan alternatif penyembuhan yang lebih holistik. Dalam konteks ini, dukun Korea tidak hanya sebagai penyembuh fisik tetapi juga spiritual, yang membantu masyarakat dalam menjaga keseimbangan hidup di tengah perubahan zaman.