Menonton di bioskop adalah kegiatan rekreasional banyak penduduk urban. Rombongan anak muda, pasangan kekasih, muda mudi baru PDKT, sampai keluarga yang lagi jalan-jalan di mal suka sekali belok ke bioskop dan menikmati film. Buat penikmat sinema, menonton di bioskop juga menyuguhkan pengalaman sinematik yang lebih mantap dengan layar berkualitas tinggi dan sound system yang mumpuni dibandingkan nonton pakai laptop kamar sendiri.
Sayangnya, setiap kali ada film laris yang tayang di jaringan bioskop tanah air, selalu muncul keributan di linimasa daring lainnya tentang orang-orang yang dianggap melanggar kode etik menonton. Dari yang pulang duluan waktu after-credit belum keluar saat menonton film Marvel, sampai yang bayinya berisik di tengah-tengah adegan klimaks.
Walau jaringan bioskop XXI dan CGV sudah mengumumkan apa saja yang tidak boleh dilakukan ketika sedang menonton (merekam, berisik, main ponsel, dll), tetap saja kelakuan-kelakuan aneh warga sinema tetap terjadi, sehingga lahirlah keributan di studio yang berlanjut ke sosmed.
Tutorial singkat berikut ini dipersembahkan bagi warga yang ingin menonton bioskop tapi tidak ingin berakhir dikeroyok online di berbagai kanal media sosial.
Tidak ada pembenaran untuk membawa bayi dan balita ke dalam bioskop. Orangtua yang membawa anak kecil untuk menonton film yang tidak sesuai kategori umurnya juga harus dilaporkan ke dinas sosial.
Selain belum bisa menikmati film, bayi dan balita belum bisa diprediksi kebutuhan dan kelakuannya sehingga tangisan dan celetukan-celetukan mereka bisa mengganggu penonton \lain. Ruangan yang gelap, dingin, dan suara-suara film yang menggelegar juga bisa mengganggu anak sehingga mereka menjadi tidak nyaman dan akhirnya menangis.
“Kalian tidak tahu rasanya jadi orangtua yang pengen banget nonton bioskop tapi tidak bisa meninggalkan anak di rumah!”
Tidak, kami tidak tahu rasanya karena kami tidak akan menjadi orangtua yang mengecewakan seperti itu.
Jadi para orangtua, please read the room. Daripada belok ke bioskop saat sedang nge-mall dengan anak, mending belok ke supermarket dan beli kondom.
Membeli tiket bukan berarti kalian bisa membeli kebebasan untuk keluar masuk teater seenaknya. Banyak penonton yang masuk dan mencari-cari bangku ketika film sudah berjalan dan merasa yang mereka lakukan itu tidak salah, padahal mereka mengganggu kekhusyukan orang yang ingin menonton dengan tekun.
Jadi datanglah tepat waktu, jangan keluar masuk dan menghalangi padangan penonton yang lain ke layar.
Ini tata krama menonton bioskop yang cukup umum diketahui sekaligus paling sering dilanggar. Mungkin kamu ke bioskop untuk kencan dan ingin membuat teman kencanmu terkesan dengan pengetahuanmu tentang Natalie Portman yang tiba-tiba jadi kekar di Thor: Love and Thunder? Punya teori tentang Joko Anwar dan obsesinya terhadap hantu perempuan? Tidak, teman kencanmu tidak akan terkesan jika kamu menjejalinya informasi di tengah-tengah serunya film. Yang ada, kamu akan dilempari sepatu oleh penonton lain dan berakhir di unggahan TikTok penonton lainnya.
Sebaliknya, Anda disarankan untuk ikut berteriak-teriak dengan penonton lain pada adegan jump scare, ikut tertawa ngakak ketika pemeran utama melakukan adegan slapstick, dan ikut bertepuk tangan ketika sang jagoan akhirnya berhasil mencium romantic interest-nya di bawah guyuran hujan. Percayalah, shared emotions dengan seruangan orang asing adalah salah satu pengalaman sinematik terbaik yang hanya bisa terjadi ketika kamu pergi nonton film ke bioskop, atau ruang putar publik lainnya.
Kamu penggemar berat Marvel Cinematic Universe dan ingin semua orang tahu bahwa kamu adalah true fans sementara penonton lain hanya poser? Jangan pernah, sekali lagi, jangan pernah merekam penonton lain yang buru-buru pulang saat credit roll sedang ditayangkan lalu mengunggahnya ke sosial media. Selain melanggar privasi, kamu juga bisa dijerat pasal karet UU ITE kalau orang asing kamu rekam itu ternyata punya koneksi ordal. Selain itu, bukannya terlihat keren karena mengukuhkan posisimu sebagai penggemar Marvel paling tulus, kamu hanya akan terlihat norak dan tentu saja akan dirujak oleh netizen.
Berhasil menyelundupkan sekantong besar ciki dan seliter minuman keras ke dalam bioskop? Selamat! Tapi jangan lupa buang sampahnya di tempat yang sudah disediakan. Setiap kali ada film box office baru yang tayang di bioskop, selalu ada foto-foto mengerikan tentang sampah berserakan di dalam teater yang harus dibereskan oleh petugas kebersihan.
Punya uang untuk bayar tiket bioskop tidak membuatmu lepas dari kewajiban membuang sampah pada tempatnya, sebaliknya, kamu malah akan kelihatan seperti binatang liar yang tidak tahu malu jika meninggalkan sampah makanan di tempat dudukmu.
Sampah bekas orang nonton tidak hanya bekas jajanan, lho. Ketika Fifty Shades Freed dirilis pada 2018, ada foto fenomenal menunjukkan berbaris-baris bangku bioskop dicemari tisu, ketimun utuh, dan kondom bekas pakai yang berserakan. Jika kamu tidak keberatan masturbasi di depan umum sambil dipantau CCTV teater, silakan masturbasi sepuas-puasnya sambil nonton adegan syur Dakota Johnson dan Jamie Dornan. Tapi tolong dong sampahnya dibuang di tong sampah. Kasihan kan petugas yang harus membersihkan objek-objek yang sudah kena pussy juice kalian.
Ada-ada saja orang yang makan nasi padang lengkap dengan ayam pop, dendeng batokok, dan kerupuk kuah gulai gajeboh di dalam bioskop. Ada-ada juga yang makan indomie goreng atau ayam geprek level 10 sambil menonton, lalu mengunggahnya dengan bangga di kanal-kanal sosial media. Padahal, selain baunya menguar ke mana-mana di dalam ruangan tertutup suara huh hah kepedasan orang makan bisa mengganggu adegan seru yang sedang ditayangkan. Belum lagi residu kuah-kuah dan sambal serta remah-remah kerupuk atau krispi ayam yang jatuh ke bangku dan akan menempel ke penonton berikutnya. Hiiiy…
Jadi tolong, kalau kamu mau nonton di bioskop sambil ngunyah, berpatokanlah pada popcorn, ciki-cikian, atau finger food yang sederhana dan tidak ribet. Biarkan kenikmatan makan nasi lengkap disimpan untuk meja rumah makan.
Bagaimana, mudah bukan? Menonton di bioskop harusnya menjadi pengalaman sinematik yang wholesome bagi semua. Tidak hanya anak sinema mentok dan pasangan cinta monyet yang ingin mesra-mesraan di kegelapan, semua berhak nonton film dengan tekun dan senang. Saatnya kita menjadi warga sinema yang beradab dan considerate dengan penonton lainnya.