Zenius Tutup, Kabar Duka Startup di Awal 2024

Mengawali tahun 2024, kabar duka datang dari salah satu perusahaan rintisan tanah air. Platform bimbingan belajar berbasis online atau Zenius menghentikan sementara layanannya setelah 20 tahun beroperasi. Kabar ini disampaikan pihak manajemen Zenius pada Kamis (4/1/2024) melalui keterangan resminya. Tutupnya Zenius menjadi kabar yang cukup mengejutkan bagi masyarakat Indonesia, mengingat perjalanan panjangnya selama 20 tahun menemani masyarakat Indonesia khususnya kalangan pelajar.

Tantangan operasional disebut sebagai alasan penutupan. Penutupan operasional disebut sebagai langkah strategis yang harus diambil untuk menyelamatkan bisnis perusahaan. Dalam keterangan resminya, Zenius juga mengatakan hanya menutup operasional sementara yang artinya masih akan ada kemungkinan untuk membuka kembali layanannya.

Perusahaan dengan nama resmi PT Zona Edukasi Nusantara tersebut menawarkan paket pembelajaran di luar sekolah pada seluruh segmen, mulai dari pendidikan dasar hingga paket materi persiapan ujian masuk perguruan tinggi. Sabda Putra Subekti dan Medy Suharta menjadi nama-nama di balik pendiriannya.

Zenius memulai layanannya secara online di tahun 2004 dan selang satu tahun mencoba mengubah format menjadi penawaran paket belajar yang direkam dalam format disk, baik CD ataupun DVD. Ketika penetrasi internet di Indonesia makin bergeliat, Zenius mulai diarahkan menuju digital dengan membuat situs Zenius.net. Seluruh materi pembelajaran, termasuk format rekaman video dapat diakses oleh pengguna secara online

Di tahun 2017, tercatat terdapat dua juta kunjungan dalam satu bulan di Zenius.net. Hal ini menjadikan nama Zenius makin dikenal dan sempat menyandang perusahaan edutech pertama yang masuk ke Top 10 Startup di Indonesia versi startupranking.com. Zenius.net kemudian memulai operasi perdananya melalui aplikasi di bulan April 2020, yang kemudian berkembang menjadi aplikasi di berbagai platform toko aplikasi online.

Bloomberg mencatat, pada Juni 2021 hingga satu tahun berikutnya growth session di situs perusahaan meningkat hingga 64,5%. Pertumbuhan juga terjadi pada platform media sosial Zenius lainnya mulai dari Youtube hingga TikTok.

Kesuksesan Zenius mendorong Patrick Walujo salah satu pendiri perusahaan Northstar Group untuk menyuntikkan dana sebesar sebesar US$20 juta. Zenius juga sempat memperoleh suntikan dana dari MDI Ventures milik Telkom. Dana terssebut digunakan perusahaan untuk meluaskan layanan agar semakin mudah diakses masyarakat.

Berdasarkan catatan Crunchbase sepanjang tahun 2019 hingga 2021, Zenius telah melakukan sejumlah putaran pendanaan. Sebelum Northstar terdapat juga nama-nama seperti Alto Partners Multi-Family Office pada Juli 2019 dengan nilai yang dirahasiakan. Dilanjutkan dengan kelompok investor yang dipimpin oleh BEENEXT senilai US$20 juta. Pada tahun 2021 Alpha JWC juga berinvestasi dalam putaran pendanaan seri B Zenius.

Tantangan Hadapi Musim Dingin Teknologi

Sayangnya, besarnya pendanaan yang masuk ke perusahaan tak mampu menyelamatkan Zenius dari musim dingin perusahan teknologi yang melanda startup beberapa tahun belakangan. Sebelumnya akhirnya memutuskan tutup, Zenius sudah lebih dulu melakukan sejumlah upaya untuk tetap bertahan. Di tahun 2022, Zenius terhitung melakukan dua kali Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap karyawannya. PHK pertama di bulan Mei dilakukan Zenius yang memangkas hingga 25% karyawannya atau lebih dari 200 karyawan. PHK kedua kalinya dilakukan Zenius di bulan Agustus 2022 dengan jumlah karyawan yang dirahasiakan.

Zenius mengungkap kedua PHK dilakukan karena adanya perubahan kondisi makro ekonomi dan perilaku konsumen. Sebelum melakukan perampingan karyawan, Zenius juga dikabarkan sempat melakukan penghentian penjualan produk Zenius melalui reseller, distributor, dan outlet resmi-nya pada Mei 2019.

Di tengah upaya bertahan hidup, Zenius sempat melakukan akuisisi kepada lembaga bimbingan belajar Primagama. Setelah diakuisisi Zenius, Primagama melakukan rebranding menjadi New Primagama Powered by Zenius. Aksi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat ekosistem teknologi pendidikan.

Tantangan operasional Zenius tampak di antaranya dari turunnya jumlah kunjungan ke situs Zenius.net. Katadata mencatat, per November 2023 kunjungan situs Zenius sebesar 4,1 juta kunjungan atau turun 237,2 ribu dari bulan sebelumnya. Jumlah ini menjadikan Zenius tertinggal dibanding dengan platform edutech saingan seperti Ruang Guru (21,9 juta kunjungan) dan Brainly (43,8 juta kunjungan).

Seorang firma konsultan manajemen, Yodhia Antariksa yang lebih dikenal aktif di media sosial X, dengan nama akun @Strategi_Bisnis melihat kondisi yang dialami Zenius merupakan cerminan dari fenomena bubble burst sebagaimana yang sering dialami oleh startup. Fenomena ini merujuk pada siklus ekonomi di mana harga baik produk maupun aset meningkat drastis dalam waktu cepat yang kemudian diikuti oleh penurunan harga dengan cepat pula.

Yodhia menilai injeksi dana besar dari investor ke startup seringkali berakhir dengan bubble burst. Suntikan dana jumbo seringkali digunakan perusahaan untuk melakukan ekspansi masif. Hal ini tentunya berakibat fatal apabila dilakukan di tengah kondisi permintaan layanan atau demand yang jauh di bawah proyeksi.

Tren Ambruknya Startup

Tutupnya Zenius menambah daftar panjang sejumlah perusahaan rintisan tanah air yang ambruk di tengah isu musim dingin teknologi belakangan tahun ini. Di tahun 2023 sejumlah perusahaan rintisan dari berbagai sektor mulai menutup operasional bisnisnya. Di pengujung tahun 2023, Pegipegi menjadi startup di bidang travel yang menutup layananya setelah 12 tahun beroperasi.


Daftar Startup Tutup Tahun 2023. Sumber: Riset Jangkara
Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia atau Amvesindo Eddi Danusaputro menyampaikan, penyebab startup tutup yakni tech funding winter. Para investor menjadi lebih selektif dalam berinvestasi ke startup. Hal ini ditambah dengan tren pendapatan startup yang disebut menurun akibat kondisi makro ekonomi, lemahnya permintaan konsumen, hingga suku bunga acuan tinggi.

Google, Temasek dan Bain & Company dalam risetnya menyebut di pertengahan tahun 2023, pendanaan investor ke startup tanah air mengalami penurunan yang signifikan di banding periode yang sama di tahun sebelumnya yakni dari USD 3,3 miliar menjadi USD 400 juta. Minimnya pendanaan pada startup menekan operasional perusahaan yang dalam upayanya bertahan hidup masih sangat bergantung pada investor.


Pendanaan Investor ke Startup Tanah Air. Sumber: e-Conomy SEA Report 2023
Direktur Ekonomi Digital dan Ekonom CELIOS Nailul Huda mengungkap proyeksi investasi startup di tahun 2024 akan sangat bergantung pada kebijakan suku bunga acuan bank sentral Amerika, The Fed di tahun ini. Menurutnya, investor akan menerapkan sikap wait and see termasuk mengenai kebijakan suku bunga acuan di banyak negara.

Jika The Fed nantinya menurunkan suku bunga hal ini tentunya akan menjadi angin segar bagi startup untuk dapat kembali memperoleh pendanaan, dan sebaliknya, apabila suku bunga acuan ditahan atau meningkat, tidak akan menutup kemungkinan semakin banyak startup akan tutup.

Optimisme terhadap startup disampaikan oleh Managing Partner Asia Antler Jussi yang memperkirakan bahwa musim dingin startup di ASEAN akan berakhir pada 2024. Menurutnya, investasi modal ventura dalam enam bulan terakhi di tahun 2024 akan meningkat.

Meski begitu, Jussi menekankan perlunya waktu bagi kondisi startup dapat pulih sepenuhnya. Minat pendanaan ke startup di tahun 2024 tetap masih diwarnai kekhawatiran oleh kenaikan suku bunga acuan, modal yang terkumpul turun serta jumlah mintra investasi yang semakin terbatas dan lebih selektif.

Perbincangan di Media Sosial X

Tutupnya Zenius menarik atensi publik khususnya warganet X (Twitter). Kabar penutupannya sudah lebih dulu beredar di platform sosial media, sebelum kemudian dikonfirmasi pihak manajemen Zenius melalui keterangan resmi perusahaan.

Jangkara memantau keramaian warganet dalam menanggapi kabar tutupnya Zenius. Dibantu dengan alat big data Socindex milik PT Nestara Teknologi Teradata, Jangkara memantau kata kunci “zenius” di periode minggu pertama tahun 2024 yakni tanggal 1 hingga 5 Januari 2024.

Hasil pemantauan oleh Socindex menunjukkan sepanjang periode tersebut pembicaraan tentang tutupnya Zenius dibicarakan oleh lebih dari 2 juta akun dengan jumlah pembicaraan mencapai 9.419 pembicaraan dan 103.294 engagement.


Statistik Percakapan di X dengan Kata Kunci “zenius” (Sumber: Socindex)
Puncak keramaian tentang tutupnya Zenius di X terjadi di tanggal 3 Januari 2024. Jumlah interaksi pada tanggal tersebut mencapai 2.197 percakapan, 52 ribu lebih likes dan virality mencapai 7.468. Pembicaraan masih ramai di hari berikutnya di tanggal 4 Januari yang kemudian berangsur turun di hari berikutnya di tanggal 5 Januari 2024.


Linimasa Percakapan Zenius Tutup di X (Sumber: Socindex)
Arah percakapan tentang tutupnya Zenius pun beragam. Sejumlah cuitan warganet berisi tentang pengalaman mereka sebagai pengguna layanan Zenius. Tidak sedikit dari mereka yang menyayangkan tutupnya Zenius sebagai layanan yang telah membantu mereka dalam belajar.

Salah satu cuitan yang cukup ramai mendapat atensi warganet disampaikan oleh seorang social media influencer dengan akun @MikaelDewabrata. Cuitan tersebut berupa utas yang menjadi awal keramaian pembicaraan mengenai tutupnya Zenius. Dalam utas tersebut Mikael yang juga sempat bekerja sebagai karyawan menuturkan perjalanan Zenius dan apresiasinya kepada layanan startup tersebut. Utas Mikael mendapat komentar ramai dari warganet bahkan Co-Founder Zenius, Sabda PS turut mengomentari cuitan tersebut melalui akun pribadinya, @sabdaps.


Tangkapan Layar Cuitan @MikaelDewabrata dan @sabdaps (Sumber: X)
Belakangan ragam komentar lain mengenai tutupnya Zenius muncul. Di antaranya disampaikan oleh akun yang menyampaikan pengalaman kurang menyenangkan terkait sikap diskriminatif petinggi perusahaan dari seorang karyawan yang pernah bekerja di Zenius. Cuitan ini mendapat komentar lain dari sejumlah warganet yang memiliki cerita serupa.


Tangkapan Layar Cuitan Akun di X tentang Tutupnya Zenius (Sumber: X)
Ragamnya komentar warganet tecermin pula dari grafik emosi yang dihimpun oleh Socindex. Berdasarkan grafik emosi Socindex, antisipasi (anticipation) menjadi emosi tertinggi yang disampaikan warganet melalui cuitannya terkait tutupnya Zenius. Adapun emosi tertinggi selanjutnya adalah sedih (sad).


Grafik Emosi Cuitan Warganet tentang Tutupnya Zenius (Sumber: Socindex)
Pemberitaan Media Konvensional

Tutupnya Zenius juga mendapat porsi pemberitaan yang cukup ramai di media konvensional. Melalui alat big data Newstensity milik PT Nestara Teknologi Teradata, Jangkara memantau pembicaraan tentang tutupnya Zenius di periode waktu 1 hingga 5 Januari 2023. Menggunakan kata kunci “zenius” ditemukan jumlah pemberitaan mencapai sebanyak 275 berita. Adapun puncak keramaian berita mengenai tutupnya Zenius terjadi di tanggal 4 Januari 2023, menyusul kabar resmi yang disampaikan pihak manajemen Zenius di tanggal tersebut.


Lini Masa Pemberitaan Tutupnya Zenius (Sumber: Newstensity)

Top Person pada Pemberitaan tentang Tutupnya Zenius (Sumber: Newstensity)
Adapun tiga besar orang terbanyak dalam pemberitaan mengenai tutupnya Zenius adalah nama-nama dibalik pendirian Zenius yakni Medy Suharta, Sabda Putra Subekti dan Wisnu Subekti sebagai founder dan co-founder dari Zenius.


Analisis Word Cloud Pemberitaan tentang Tutupnya Zenius (Sumber: Newstensity)
Menilik analisis word cloud di Newstensity, kata “zenius”, “tutup”, “beroperasi”, menjadi kata yang paling bayak muncul dalam pemberitaan mengenai tutupnya Zenius. Selain itu juga terdapat kata lain yang ditemukan seperti “kenangan” yang mengindikasikan media tidak luput dalam memberitakan perjalanan Zenius sebagai platform bimbingan belajar online yang memiliki tempat tersendiri bagi penggunanya.

Epilog

Tutupnya Zenius di awal tahun 2024 menjadi kabar yang cukup mengejutkan. Kabar tersebut juga menambah tren tutupnya startup selama beberapa tahun terakhir. Berbagai tantangan kondisi ekonomi global yang kemudian berimbas pada minimnya pendanaan investor menjadi pukulan bagi startup yang masih sangat membutuhkan bantuan untuk bertahan hidup. Demi menjaga keberlangsungan usahanya, sudah saatnya startup beradaptasi, kembali menyusun langkah strategis untuk menghadapi segala jenis tantangan ke depan utamanya dalam menghadapi kondisi ekonomi yang terus bergerak dinamis.