CherryPop 2024: SkenaRio Musik di Yogyakarta

CherryPop 2024: SkenaRio Musik di Yogyakarta

1. Festival Cherrypop 2024 diadakan di Yogyakarta dengan tema “Selamet Bermusik”.

2. Penampilan band indie seperti Jirapah, Skandal, Silampukau, dan lainnya memukau penonton.

3. Atmosfer seru dan meriah dengan ribuan pengunjung menikmati musik di Lapangan Panahan Kenari.

Yogyakarta selalu menyenangkan. Seperti kata Kla Project, pulang ke Jogja selalu ada setangkup haru dalam rindu. Tapi bagi banyak orang Jakarta, kota ini berjalan (kelewat pelan). Sedangkan musik, mau dimanapun digaungkan, akan selalu menyenangkan. Jadi, nonton CherryPop, festival musik di Yogjakarta itu ibarat makan sate klatak sambil minum kopi klotok. Kesenangannya berlipat ganda.

Jurno tahun ini mendapat kesempatan meliput Festival Cherrypop yang tahun ini mengusung tema “Selamet Bermusik”. Lapangan Panahan Kenari mulai dipadati ribuan orang ketika kami datang. Wajah-wajah mereka seakan tak sabar menyaksikan musisi-musisi idola mereka.

 

Sebagian wajah-wajah lama dan baru dapat ditemui di festival ini. Selama dua hari ini, dari buka gerbang sampai diusir oleh penjaga keamanan, saya dan kru Jurno lainnya menonton para band mendendangkan lagu mereka di atas panggung. Berikut adalah musisi yang kami pilih. Tapi tentu saja, sebagai pawang SkenaRio pilihan ini subjektif alias suka-suka Rio.

 

Day 1

 

Jirapah

 

Hari menjelang sore ketika Jirapah tampil. Menyaksikan band ini ibarat berjumpa kawan lama yang jarang terlihat batang hidungnya. Maka ketika ada kesempatan, penampilan tak boleh dilewatkan.

 

Band yang seakan tak punya ambisi besar ini tampil di hadapan ratusan orang dengan lagu pembuka “Moto”. Selanjutnya nomor-nomor seperti “Nafas”, “Teenager”, “Bekerja” dan “Planetarium” sanggup membikin penonton bernyanyi.

 

Kesimpulan: Skena (Dalam batin yang bepusar, tersirat cahaya yang secercah)

 

Skandal

 

Skandal adalah band yang sebenarnya sudah lama namun baru kelihatan lagi batang hidungnya. Belum lama ini, band yang digawangi oleh Yogha Prasiddhamukti (vokalis, tamborin), Rheza Ibrahim (gitaris), Robertus Febrian Valentino (gitaris, vokalis), dan Argha Mahendra (drummer) ini menggelar tur dan banyak menyambangi kota-kota.

 

Makanya ketika tahu mereka tampil di Cherrpop, saya berniat menonton mereka. Sepanjang menyaksikan mereka saya dapat kesimpulan kenapa band ini bisa besar. Sebagai unit indie rock, musik mereka tak sulit untuk dicerna. Bagi mereka yang suka Rumahsakit atau Sheila On 7, rasanya musik Skandal akan mudah masuk ke telinga tanpa perlawanan. Tapi, bagi saya, lagu-lagu mereka mengingatkan saya dengan musik di MTV di tahun 90an, yaitu percampuran Gin Blossom, Counting Crows, dan sederet band alternatif rock Amerika. 

 

Rasanya tak sulit bagi Skandal untuk menaklukkan hati pecinta musik Tanah Air. Apalagi personelnya orang-orang yang sudah lama terjun di scene independen, rasanya menembus pasar yang lebih luas.

 

Kesimpulan: Skena (Apa yang kukejar rasanya tak wajar)

 

Silampukau

 

Menceritakan kota Surabaya di Yogyakarta—kira-kira kalimat itulah yang mempresentasikan kehadiran Silampukau di festival ini. Malam menjelang ketika duo Kharis Junandharu dan Eki Tresnowening membuka penampilan mereka.

 

Tembang-tembang jagoan dari album Dosa, Kota & Kenangan dibawakan. Selain itu, lagu-lagu dari EP mereka Sementara Ini seperti “Hey” dan “Cinta Itu” juga turut dibawakan. Saya jelas terhibur; penampilan mereka seperti dua pencerita yang sanggup memukau para pendengarnya.

 

Namun di ujung penampilan mereka, saya merasakan kebosanan dari repertoar penampilan mereka. Sebagai pendengar setia mereka, jelas saya menunggu album baru mereka yang tak kunjung dirilis itu. Semoga kita boleh berharap tahun depan mereka membawakan lagu-lagu baru dari album mereka.

 

Semoga.

 

Kesimpulan: Skena (Duh Gusti aku kesasar di jalur indie)

 

eleventwelfth

 

“Tujuh tahun yang lalu kami ke sini yang nonton sedikit banget. Sekarang kita bisa main di sini dan ditonton sebanyak ini,” ujar mereka di atas panggung. Sebagai band yang sudah 10 tahun tahun berdiri, rasanya Cherrypop adalah momentum yang tepat untuk membangun ulang kesadaran mereka, bahwa mereka layak ditunggu oleh penonton.

 

Kesimpulan: Skena (I'm neglecting my realm to dissent your repeating line)

 

Fstvlst

 

Fstvlst manggung di Yogya itu ibarat Real Madrid main di Santiago Bernabéu Stadium, pasti ramai dan menggetarkan. Farid Stevy di band ini seperti seorang guru spiritual yang menyihir ribuan orang untuk menyanyikan lagu-lagu dari album Hits Kitsch yang sudah berumur 10 tahun. 

 

Melihat banyaknya orang yang menyanyikan album ini, Hits Kitsch sebagai sebuah album layak dianggap berhasil. Pendengarnya berhasil regenerasi. Paduan lirik yang hampir puitis dengan musik yang hampir rock ini menjadi kudapan renyah buat para pendengar mereka.

 

Kesimpulan: Skena (Jiwa-jiwa yang terabaikan, rusak dan ditinggalkan. Terundang terbang bersama)

 

Rumahsakit

 

Satu dekade silam, Rumahsakit ini adalah band YTTA alias yang tahu-tahu saja. Tentu mereka yang mengenal skena independen tahu betul kalau Rumahsakit ini salah satu pionir musik indie pop Tanah Air.

 

Tapi hari ini, pendengar mereka menjadi lebih luas. Banyak generasi muda yang hafal di luar kepala lirik lagu seperti “Kuning”, “Hilang” dan “Pop Kinetik”. Setelah mencari tahu penyebabnya, saya menyadari kalau band ini memanfaatkan sosial media sebagai cara tetap relevan. TikTok dan Instagram mereka aktif. Film Ali Topan yang memakai soundtrack lagu mereka juga mendekatkan mereka ke generasi hari ini. Ditambah lagi, lagu-lagu pop sepertinya akan selalu berumur panjang. Ia selalu menemukan pendengarnya di tiap generasi. Rumahsakit tahu itu.

 

Kesimpulan: Skena (Bunuh, bunuhlah aku, kalau kau bisa silahkan saja)

 

Day 2

 

Rabu

 

Di Cherrypop, Rabu mempersembahkan spesial set dengan sesuai tema membawakan full set album Renjana yang telah berusia 1 dekade. Dengan format personil awal, penampilan mereka menjadi sarana nostalgia bagi para pemain dan penonton.

 

Para personnel Rabu mungkin menganggap Renjana bakal dilupakan orang. Tapi penampilan mereka di Cherrypop menjadi saksi karya mereka masih dinikmati orang. Saya bertanya kepada penonton yang di sebelah saya. Saya menebak usianya, berkisar 21 atau 22 tahun. Saat Renjana dirilis, ia mungkin masih kelas 5 SD. 

 

“Jujur saya baru tahu Rabu dan musiknya bagus juga ya. Syahdu di telinga,” kata dia. 

 

Saya berharap, Rabu terus-menerus membuat karya baru agar Renjana tak lapuk menjadi kenangan.

 

Kesimpulan: Skena (Kemarau hitam, daun berguguran. Selalu menghadirkan awal dan akhiran)

 

Tigapagi

 

Sendu dan Syahdu. Dua kalimat itu tepat menggambarkan penampilan mereka di Cherrypop. Di kesempatan ini, Tigapagi memakai format yang tak biasa: full band. Peran Sigit tak sebanyak biasa. Ia hanya main bass sepanjang lagu. Tapi yang patut diapresiasi adalah kehadiran Sekar Anggi yang mengambil porsi cukup banyak di penampilan ini. 

 

Kesimpulan: Skena (Sekonyong datang lau hilang lalu datang)

 

Risky Summerbee & The Honeythief

 

“Akhir Agustus aku balik, lanjut kuliah,” kata Risky kepada saya beberapa saat sebelum manggung. 

 

Perkataan itu kalau diartikan begini: Gak tahu Risky Summerbee & The Honeythief kapan manggung lagi. Band ini, bagi pendengarnya adalah band mitos. Datang sesuka hati, pergi pun sesuka hati. Kemitosan itu berpangkal karena Risky harus menetap di luar negeri untuk melanjutkan sekolahnya.

 

Meskid demikian, saya merasa band ini selalu tak menyia-nyiakan kesempatan ketika Risky sedang pulang. Mereka punya jadwal panggung di Yogyakarta. Sebagai sebuah band yang sadar harus punya karya baru, April lalu mereka juga merilis sebuah single bertajuk "Perennial".

 

Saya senang bukan main ketika tahu Risky Summerbee & The Honeythief main di Cherrypop. Sambil terpukau menyaksikan penampilan mereka, saya berujar pelan ke teman sebelah saya: gue gak nyangka bisa nonton mereka karena gue gak tahu kapan bisa nonton mereka lagi.

 

Kesimpulan: Skena (Picture you and me in outer town. Away from people walking)

 

Majelis lidah berduri

 

Sudah terlalu sering saya menonton band ini. Dari nama mereka Melancholic Bitch, sampai mereka ganti nama seperti sekarang. Tapi, Melbi ya tetap Melbi. Dia sanggup mengumpulkan sekawanan Joni dan sekawanan Susi.

 

Di festival ini, band yang mulai sering manggung ini membawakan set album Balada Joni dan Susi. Album ini terlalu personal rasanya buat saya. Ia menemani saya setiap saat sejak dirilis 15 tahun lalu.

 

Sepanjang menyaksikan penampilan mereka, saya seperti mengumpulkan kepingan kenangan yang berserakan. Kita akan bereplika sebanyak-banyaknya, menjadi sekawanan Joni dan Susi. Album ini, menurut saya, bakal berumur panjang dan menemani percintaan dua anak manusia yang blangsak.

 

Kesimpulan: Skena (Jika aku miskin, kau negara)

 

Sukatani

 

Jika ingin tahu band ini lebih dalam, baca artikel ini. Punk-dance duo asal Purbalingga ini memadukan musik, kesadaran sosial dan kesenangan sekaligus dalam album debut mereka “Gelap Gempita”.

 

Menyaksikan live mereka, girang bukan main. Dengan topeng yang mereka pakai, mereka tahu betul cara bikin orang menoleh ke mereka. Di ujung penampilan, mereka membagikan sayur-mayur hasil panen di ladang mereka. Membahagiakan sekali.

 

Kesimpulan: Skena (Semakin tua semakin punk)