Konten-Konten Unnecessary Orang Indonesia

Penulis: Giovanni Diera
Editor: Ann Putri
Konten-Konten Unnecessary Orang Indonesia

Konten-konten prank yang nggak perlu ada, atau konten-konten yang dianggap tidak etis sering kali muncul di Indonesia, terutama di platform sosial media seperti Twitter, YouTube, dan TikTok. Di tengah popularitasnya, konten-konten semacam itu menarik perhatian banyak orang dan memicu berbagai tanggapan dari masyarakat.

Kita coba merangkum beberapa konten yang sedang viral di Indonesia, yuk. Mungkin dengan begitu kita bisa mencoba memahami mengapa konten-konten ini menjadi begitu populer. Atau, minimal bisa buat refleksi untuk nggak bikin konten serupa di masa depan.

 

Prank Nggak Mutu

Ferdian Paleka dan Sembako Berisi Sampah

Salah satu jenis konten yang sering kali mendapatkan perhatian di media sosial adalah prank yang nggak mutu. Prank-prank ini seringkali melibatkan tindakan-tindakan yang tidak pantas atau merendahkan orang lain demi mendapatkan perhatian dan reaksi dari penonton. Namun, dampak dari prank-prank semacam ini lebih banyak merugikan pihak yang menjadi sasaran prank dan bahkan bisa melukai perasaan mereka.

Salah satu tragedi prank yang menghebohkan adalah kasus Ferdian Paleka. Ferdian dan teman-temannya seolah-olah berpura-pura memberikan sedekah kepada para transgender di jalanan, namun setelah dibuka, isinya justru sampah. Prank semacam ini bukan hanya nggak mutu, tetapi juga merendahkan dan melukai perasaan orang-orang yang menjadi korban prank tersebut.

 

Konten-konten Tak Etis dari Content Creator

Bukan hanya prank-prank yang menjadi perhatian di media sosial, konten-konten tak etis dari beberapa Content Creator juga sering menjadi sorotan. Salah satu contohnya adalah Ria Ricis, seorang Content Creator terkenal di Indonesia. Ria Ricis pernah membuat konten naik jetski bersama Teuku Ryan, sambil menggendong anak mereka, Moana, yang saat itu berusia lima bulan. Konten ini menjadi kontroversial karena Moana tidak menggunakan perlindungan apa pun, minimal pelampung deh ya, yang dapat membahayakan keselamatannya.

Selain itu, ada juga konten tak etis yang melibatkan Jerome Polin bersama dua Content Creator lainnya yang merupakan mahasiswa kedokteran UI. Mereka menggunakan jas dokter dan berjoget-joget dengan caption "Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin." Konten ini dianggap tidak pantas karena dapat menimbulkan kesan bahwa mereka tidak serius dalam memperlakukan profesi medis yang sebenarnya sangat serius dan penting.

 

Mengapa Konten-Konten Ini Bisa Ramai?

Konten-konten seperti joget-joget di tempat umum, prank-prank nggak mutu, dan konten tak etis sering kali mendapatkan perhatian dan menjadi viral karena mereka menciptakan sensasi, kontroversi, dan reaksi yang kuat dari masyarakat. Konten semacam ini juga mudah untuk menyebar dan menjadi topik pembicaraan di media sosial karena mereka menarik perhatian banyak orang.

Selain itu, faktor lain yang menyebabkan konten-konten ini menjadi populer adalah adanya peran platform media sosial seperti Twitter, YouTube, dan TikTok. Platform ini memberikan akses mudah bagi orang-orang untuk membuat dan membagikan konten mereka dengan cepat. Hal ini memungkinkan konten-konten tersebut untuk dengan mudah menyebar secara luas dan mendapatkan perhatian dari banyak orang. Selain itu, tentu ada kebutuhan untuk mendapat eksposur dan perhatian seluas-luasnya.

Tapi, masa sih sampai harus segitunya?