Krisis Air di Tangerang Selatan

Penulis: Achmad Susanto
Editor: Hamim Septian
Krisis Air di Tangerang Selatan

Highlight

  • Mengapa Penting:

Krisis air di Tangerang Selatan mengancam 700+ rumah tangga di Keranggan dan mencerminkan krisis air global.

  • Gambaran Besar:

Warga Keranggan mengandalkan pompa air lokal selama kemarau, tetapi harus mendistribusikan air dengan pipa. Pemerintah Kota Tangerang Selatan mengirimkan mobil tangki air, meskipun kualitas airnya masih buruk.

  • Sorotan:

Laporan PBB 2023: Krisis air global serius. 2-3 miliar orang mengalami kekurangan air. Perlu kerja sama internasional. 26% tanpa akses air minum, 46% tanpa sanitasi aman. Sekitar 26% populasi duna tidak memiliki akses ke air minum yang layak, dan 46% tidak memiliki akses ke sanitasi yang aman.

  • Perspektif Luas:

Kerja sama internasional kunci akses air. Termasuk berbagi sumber daya air perkotaan-pedesaan, manajemen sungai, dan akuifer lintas batas. Sayangnya, sedikit akuifer lintas batas dengan perjanjian formal.

  • Perspektif Mendalam

Kemitraan dan partisipasi masyarakat penting. 'Dana air' bisa melibatkan kota, bisnis, dan utilitas untuk meningkatkan air. Monterrey, Meksiko, dan Tana-Nairobi, Afrika, contoh suksesnya. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan sistem air penting.

  • Kilas Balik

Laporan PBB tentang Air memberikan panduan penting untuk kebijakan air berkelanjutan. Krisis air di Tangerang Selatan adalah masalah global. Kerja sama, kemitraan, partisipasi masyarakat kunci untuk akses air bersih yang berkelanjutan.

 

Baca Juga : Krisis Kesehatan Mental Indonesia

 

Krisis Air di Tangerang Selatan: 700 Kepala Keluarga Membutuhkan Air Bersih

Menghadapi Krisis Air di Tangerang Selatan

Distrik Keranggan, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan, telah dilanda krisis air yang mengkhawatirkan dalam beberapa bulan terakhir. Dalam artikel ini, kami akan membahas secara mendalam tentang krisis air ini, dampaknya pada masyarakat setempat, serta mengaitkannya dengan tantangan global dalam pasokan air bersih.

Situasi Krisis Air

Lebih dari 700 rumah tangga di sepuluh lingkungan di Distrik Keranggan melaporkan membutuhkan pasokan air bersih. Keadaan ini berawal ketika musim kemarau dimulai, yang telah berlangsung selama sebulan lamanya. Faktor kontur tanah yang memiliki banyak galian di Distrik Keranggan turut memperparah situasi ini.

Warga setempat bergantung pada pompa air yang terletak di kompleks perumahan terdekat. Sayangnya, pompa air ini tidak selalu mencukupi kebutuhan mereka. Madih, lurah Keranggan, menjelaskan bahwa selama sebulan terakhir, warga memperoleh air bersih melalui pompa air di kompleks perumahan Lagon. Hal ini terjadi karena pompa air yang ada sebelumnya tidak digunakan, sehingga pipa digunakan untuk mendistribusikan air. Meskipun membantu, solusi ini tidak selalu memadai.

Respons Pemerintah

Pemerintah Kota Tangerang Selatan telah merespons krisis ini dengan mengirimkan empat mobil tangki air dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tangerang Selatan untuk menyediakan air bersih ke wilayah tersebut. Sayangnya, air yang diterima oleh warga sedikit keruh karena tangki tersebut sebelumnya digunakan untuk keperluan lain.

Madih dan kantornya berencana mengajukan permohonan agar Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman mengirimkan mobil tangki yang lebih bersih dapat. Selain itu, mereka berharap pemerintah dapat menyediakan pasokan air bersih secara rutin ke desa tersebut, dengan pertimbangan bahwa air bersih sangat penting untuk kegiatan sehari-hari masyarakat.

Krisis Air Global

Namun, perlu kita sadari bahwa krisis air di Tangerang Selatan hanyalah bagian kecil dari masalah yang lebih besar. Laporan Pembangunan Air Dunia PBB 2023 memberikan peringatan serius tentang kekurangan air di seluruh dunia. Antara dua hingga tiga miliar orang di seluruh dunia mengalami kekurangan air. Situasinya akan semakin memburuk jika kerja sama internasional tidak ditingkatkan.

Secara global, 2 miliar orang (26% dari populasi) tidak memiliki akses ke air minum yang layak, dan 3,6 miliar orang (46%) tidak memiliki akses ke sanitasi yang dikelola dengan aman. Kekurangan air setidaknya selama satu bulan dalam setahun yang dialami dua hingga tiga miliar orang mengancam mata pencaharian, terutama dalam hal keamanan pangan dan akses listrik. Jumlah penduduk perkotaan yang menghadapi kekurangan air diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dari 930 juta pada 2016 menjadi 1,7 hingga 2,4 miliar orang pada 2050. Meningkatnya kejadian kekeringan ekstrem juga mengancam ekosistem, dengan dampak yang merugikan bagi spesies tumbuhan dan hewan.

Pentingnya Kerja Sama Internasional

Melihat masalah ini, kerja sama internasional dalam pengelolaan air menjadi sangat penting dalam menangani tantangan air bersih global. Hampir setiap intervensi terkait air memerlukan jenis kerja sama tertentu. Pertanian, misalnya, memerlukan sistem irigasi bersama antara petani. Penyediaan air minum yang layak untuk kota dan pedesaan hanya mungkin melalui pengelolaan bersama pasokan air dan sistem sanitasi. Kerja sama antara komunitas perkotaan dan pedesaan juga sangat penting untuk menjaga keamanan pangan dan mendukung pendapatan petani.

Tantangan semakin kompleks ketika kita berbicara tentang pengelolaan sungai dan akuifer yang melintasi batas negara. Meskipun kerja sama di atas cekungan dan akuifer lintas batas telah terbukti memberikan banyak manfaat di luar aspek keamanan air, hanya sedikit dari akuifer-akuifer tersebut yang tunduk pada perjanjian kerja sama formal.

Upaya Bersama untuk Masa Depan

Pada Hari Air Sedunia ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan peningkatan kerja sama internasional dalam penggunaan dan pengelolaan air. Ini adalah satu-satunya cara untuk mencegah krisis air global yang akan terjadi dalam beberapa dekade mendatang.

Dalam menghadapi tantangan ini, penting untuk menciptakan kemitraan dan melibatkan masyarakat. Skema pembiayaan seperti 'dana air' dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas air dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk kota, bisnis, dan utilitas.