Sejarah "Londo Ireng" era Kolonial

Penulis: Achmad Susanto
Editor: Ann Putri
Sejarah "Londo Ireng" era Kolonial

Highlight

  • Mengapa Penting:

Dalam perjalanan sejarah Nusantara, pemahaman yang mendalam terhadap istilah "londo ireng" memiliki signifikansi yang tak terhingga. Memahami konteks sejarah di balik istilah ini memungkinkan kita mengurai kesalahpahaman dan stereotip yang melekat, serta membuka pandangan yang lebih luas tentang peran individu-individu dalam era kolonial.

  • Gambaran Besar:

Istilah "londo ireng" merujuk kepada individu yang berkerjasama dengan pihak kolonial Belanda di wilayah Nusantara. Ini mencakup beragam kelompok seperti Bumiputera yang tergabung dalam KNIL (Koninklijk Nederlandsche Indische Leger), petugas kepolisian, serta raja dan bangsawan lokal yang menjalin relasi dengan pihak penjajah.

  • Sorotan:

Dalam unggahan-unggahan di media sosial, seringkali ditemukan stigmatisasi dan stereotip negatif terhadap individu-individu yang terlibat dengan istilah ini. Sebutan "pengkhianat," "tidak patriotik," dan "antek penjajah" menciptakan gambaran yang sempit dan tidak mempertimbangkan konteks sejarah yang lebih luas.

  • Perspektif Luas:

Pentingnya memahami konteks sejarah "londo ireng" adalah agar kita tidak melupakan peran kompleks individu-individu tersebut dalam perjuangan menghadapi kolonialisme. Banyak dari mereka yang bekerjasama dengan penjajah memiliki alasan dan strategi tersendiri. Kolaborasi bisa dipandang sebagai upaya menjaga kedaulatan kerajaan atau bahkan strategi non-frontal dalam perlawanan.

  • Perspektif Mendalam:

Pemahaman mendalam mengenai individu-individu yang terlibat dalam kerja sama dengan pihak kolonial adalah langkah penting untuk mengatasi kesalahpahaman dan stereotip yang ada. Konteks sejarah membawa kita untuk melihat lebih dalam, bahwa situasi pada masa kolonial tidak selalu hitam atau putih.

  • Kilas Balik:

Sejarah Nusantara adalah cerita tentang kompleksitas dan dinamika yang melibatkan berbagai faktor, termasuk politik, budaya, dan ekonomi. Mengingat kembali peran individu-individu dalam sejarah memberikan pandangan tentang bagaimana mereka berjuang di tengah situasi yang kompleks dan sulit.

 

Baca lebih dalam:

Salah Kaprah Londo Ireng

 

"Londo Ireng" dalam Sejarah Nusantara

Makna dan Variasi Ungkapan "Londo Ireng"

Ketika kita membuka Twitter dan Instagram, lalu mencari ungkapan "londo ireng" atau "londoireng," kita akan menemukan berbagai unggahan dengan beragam format, seperti teks, foto, meme, infografik, dan video pendek. Namun, apa sebenarnya makna dari ungkapan ini?

Secara eksplisit maupun implisit, ungkapan "londo ireng" mengidentifikasikan individu yang bekerja atau berkolaborasi dengan pihak kolonial Belanda di Nusantara. Istilah ini mencakup beberapa kelompok, termasuk Bumiputera yang menjadi serdadu KNIL (Koninklijk Nederlandsche Indische Leger) atau petugas kepolisian, serta raja dan bangsawan lokal yang bekerja sama dengan pihak kolonial atau menjadi vasal kolonial.

Dalam unggahan-unggahan tersebut, seringkali terdapat stigmatisasi dan stereotip negatif terhadap individu-individu tersebut, seperti "pengkhianat," "tidak patriotik," dan "antek penjajah." Bahkan, beberapa unggahan juga menyertakan data statistik tentang etnis-etnis Bumiputera yang terlibat dalam KNIL dan institusi-institusi kolonial lainnya.

Mengurai Konteks Sejarah

Agar bisa memahami istilah "londo ireng" dengan lebih baik, kita perlu melihat konteks sejarah di baliknya. Selama periode kolonial, KNIL merupakan institusi militer yang terdiri dari berbagai etnis, termasuk etnis Jawa, Manado, Ambon, dan lainnya. Data statistik menunjukkan bahwa sekitar tahun 1936, persentase personel dari etnis-etnis ini adalah sebagai berikut:

  • Orang Jawa: 39%
  • Orang Manado: 15%
  • Orang Ambon: 12%

Namun, penyajian data statistik ini terkadang disertai dengan narasi rasis dan sektarian, terutama terkait dengan etnis Jawa, Manado, Ambon, dan sebagainya. Hal ini menciptakan persepsi negatif terhadap individu-individu dari kelompok tersebut.

Gambaran Visual Melalui Foto-Foto Sejarah

Dalam mencari pemahaman lebih lanjut tentang istilah "londo ireng," kita dapat melihat beberapa foto sejarah yang menarik perhatian. Beberapa foto yang mencolok adalah sebagai berikut:

Foto Marsose Belanda di Sigli, Aceh (1897)

Foto ini menggambarkan serdadu Marsose Belanda merayakan kemenangan mereka di atas tubuh para pejuang Aceh yang telah gugur. Mayoritas personel Marsose adalah Bumiputera Nusantara, yang kerap kali diinterpretasikan secara negatif.

Sumber: Museumbronbeekblok

Foto Susuhunan Pakubuwana X dan Residen Belanda (1897)

Foto ini menampilkan Susuhunan Pakubuwana X dan Residen Belanda bergandengan tangan. Foto ini sering kali diartikan sebagai tanda tunduk kepada penjajah. 

Sumber: KITLV

Foto Personel KNIL Jawa di Pemakaman J.B. van Heutsz (1927)

Foto ini menampilkan 11 personel senior KNIL asal Jawa yang menghadiri pemakaman J.B. van Heutsz, seorang jenderal legendaris KNIL. Foto ini mencerminkan kebanggaan dan penghargaan terhadap karier mereka.

Sumber: twitter/@Potretlawas

Mengatasi Salah Kaprah

Dalam melihat konteks sejarah dan makna yang lebih mendalam, kita bisa mengatasi salah kaprah yang terkait dengan istilah "londo ireng." Sejarah Nusantara adalah kisah kompleks tentang kerja sama, perjuangan, dan kiprah individu-individu dalam menghadapi kolonialisme.

Banyak dari mereka yang terlibat dalam kerja sama dengan pihak kolonial memiliki alasan dan strategi sendiri. Ada yang memilih kolaborasi sebagai upaya menjaga kedaulatan kerajaan, sementara ada pula yang mengambil langkah itu sebagai strategi non-frontal dalam perlawanan.

Penting bagi kita untuk tidak mengeneralisasi individu-individu yang terlibat dalam kerja sama dengan pihak kolonial sebagai "pengkhianat" atau "antek penjajah." Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang konteks sejarah dan strategi politik mereka, kita bisa mendapatkan wawasan yang lebih akurat tentang peran mereka dalam perjalanan sejarah Nusantara.

Dengan memperoleh pengetahuan yang lebih kaya dan mendalam, kita dapat membangun pandangan yang lebih objektif dan menghindari pemahaman yang sempit dan terbatas. Sejarah adalah cermin yang kompleks, dan pemahaman yang mendalam akan membantu kita merangkul keragaman perspektif dan menghargai kompleksitas perjuangan dalam mencapai kemerdekaan.