![Skandal Korupsi FIFA 2015 Skandal Korupsi FIFA 2015](https://files.jurno.id/uploads/images/thread/1709476494_Korupsi-FIFA.jpg)
Highlight
-
Mengapa Penting:
Skandal korupsi FIFA 2015 memiliki dampak mendalam pada dunia sepak bola internasional. Keberadaan suap dan manipulasi keuangan dalam badan pengatur sepak bola tertinggi, FIFA, mengguncang kepercayaan masyarakat dan menyoroti perlunya reformasi struktural untuk menjaga integritas olahraga.
-
Gambaran Besar:
Pada tahun 2015, lebih dari dua puluh pejabat FIFA terlibat dalam upaya memperkaya diri diri yang berlangsung selama 24 tahun. Tuduhan suap terkait dengan pemberian hak tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 menyoroti praktik korupsi yang merajalela dalam pengambilan keputusan FIFA.
-
Sorotan:
Skandal mencapai puncaknya pada 3 Mei 2002 ketika Michel Zen-Ruffinen, sekretaris jenderal FIFA, mengungkapkan tuduhan terhadap Presiden FIFA, Sepp Blatter. Departemen Kehakiman AS mengungkapkan dakwaan pidana terhadap tujuh eksekutif FIFA pada 27 Mei 2015, mengekspos lebih lanjut skala korupsi yang melibatkan suap sebesar $150 juta.
-
Perspektif Luas:
Pada 2010, FIFA dihadapkan pada masalah keuangan setelah kebangkrutan International Sport and Leisure (ISL). Skandal ini bukan hanya tentang uang, tetapi juga mencakup pemberian hak tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 kepada Rusia dan Qatar, menimbulkan pertanyaan tentang transparansi dan integritas FIFA.
-
Perspektif Mendalam:
Skandal mencakup berbagai tindakan hukum terhadap tokoh-tokoh utama FIFA seperti Blatter, Valcke, Platini, dan Niersbach. Pengungkapan oleh firma hukum Amerika pada Juni 2016 memperlihatkan pembayaran dan bonus yang disetujui antara mereka, menggambarkan sejauh mana praktik korupsi merajalela dalam internal FIFA.
-
Kilas Balik:
Pada 1904, FIFA didirikan dengan beberapa negara sebagai anggota, tumbuh menjadi organisasi dengan 211 anggota pada 2020. Selama kepemimpinan João Havelange dari 1974 hingga 1998, FIFA mengalami peningkatan signifikan anggota, sementara skandal keuangan dan suap berkembang seiring waktu.
Baca Juga : Qatar Kotor, Demikian juga Sepakbola
Skandal Korupsi FIFA 2015: Pergulatan Kelam Federasi Sepak Bola Internasional
Sejarah Kelam FIFA
FIFA, yang dimulai pada 1904 dengan beberapa negara sebagai anggota, berkembang pesat menjadi 211 asosiasi anggota pada 2020, melebihi jumlah anggota PBB (193). Dibagi geografis menjadi enam konfederasi, FIFA berkembang di bawah kepemimpinan João Havelange yang berasal dari Brazil (1974–98). Pada masa itu, anggota FIFA meningkat signifikan, sebagian karena runtuhnya Uni Soviet dan disintegrasi Yugoslavia.
Masalah Keuangan FIFA
Permasalahan keuangan FIFA dimulai saat sponsor korporat berkembang pada 1974 dengan pemberian nama FIFA pada Piala Dunia. FIFA terkena dampak secara finansial oleh kebangkrutan perusahaan pemasaran olahraga global International Sport and Leisure (ISL) pada 2001. Pada 2002 dan 2006, ISL memiliki hak televisi dan kontrak sponsor Piala Dunia. Namun, kolapsnya ISL menimbulkan hutang sekitar $300 juta bagi FIFA.
Ledakan Korupsi FIFA
Puncaknya terjadi pada 3 Mei 2002, sebelum Piala Dunia di Korea Selatan dan Jepang, ketika sekretaris jenderal FIFA Michel Zen-Ruffinen mengungkapkan laporan 30 halaman tentang delapan tuduhan terhadap presiden FIFA, Sepp Blatter. Tuduhan termasuk praktik akuntansi yang menyesatkan dan konflik kepentingan. Meskipun beberapa anggota komite eksekutif FIFA menarik kembali tuntutan pidana, skandal terus berkembang.
Investigasi dan Pengungkapan
Pada 27 Mei 2015, Departemen Kehakiman AS mengungkapkan 47 dakwaan pidana terhadap tujuh eksekutif FIFA yang diduga menerima suap sebesar $150 juta selama lebih dari dua dekade. Swiss menangkap tujuh orang di hotel Baur au Lac di Zürich, markas FIFA. Selain itu, tujuh orang lain termasuk dalam dakwaan pidana DOJ atas pelanggaran sejak 1991.
Penurunan Tokoh Utama FIFA
Dengan pendapatan tahunan FIFA sebesar $1 miliar, skandal mengungkapkan dana manipulatif melalui suap dan cara kriminal lainnya. Meskipun keuangan FIFA tidak sepenuhnya transparan, neraca pada saat penangkapan menunjukkan aset sebesar $2,932 miliar, liabilitas $1,409 miliar, dan cadangan $1,523 miliar. Skandal ini juga melibatkan pemberian hak tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 kepada Rusia dan Qatar.
Tindakan Hukum dan Pembekuan
Pada 2015 dan 2016, berbagai tokoh FIFA dihukum dan diberhentikan dari jabatannya. Blatter, Valcke, dan Platini menerima suspensi, sementara Chung Mong-Joon dan Wolfgang Niersbach juga terkena sanksi. Pada Juni 2016, pengungkapan oleh firma hukum Amerika yang bekerja untuk FIFA mengungkapkan bahwa Blatter, Valcke, dan Kattner telah menyetujui pembayaran dan bonus satu sama lain.