Pak Goyang, Tukang Nasi Goreng yang 100x Lebih Keren dari Chef Juna
Oleh Fachri Hamzah & Rio Jo Werry
Namanya adalah Pak Goyang. Kalau dia bilang itu nama aslinya pun saya akan percaya saja.
Di warung berukuran lima kali lima meter persegi ini, Pak Goyang—yang ternyata bukan nama asli 🙁, nama aslinya adalah Syafrijel dan ia kini berusia 58 tahun—menyajikan hidangan sambil bermain perkusi yang terbuat dari pipa saluran air sambil bergoyang. Saat saya datang, ia tengah beraksi sambil diringi alunan musik dangdut 90-an.
Terlihat juga sebuah televisi 29 inci yang tidak berhenti memutar musik dangdut. Teve itu digantung di pojokan warung. Pak Goyang memasak sambil bergoyang dengan kacamata yang disangkutkan di rambut. Tanpa berhenti, ia menanyakan apa yang hendak saya pesan. Ia lalu mengacungkan jari telunjuknya, isyarat untuk pesanan satu porsi nasi goreng.
Selain nasi goreng, Pak Goyang juga menyediakan mi rebus dan mi goreng dengan harga amat murah. Harga dimulai dari Rp10.000 hingga Rp13.000. Selain itu, beragam minuman seperti teh manis dan kopi hitam juga menjadi salah satu menu di warungnya.
Satu per satu pelanggan datang untuk memesan nasi goreng, dengan senyum ramah Pak Goyang menyambut mereka. Kelihaiannya memasak sambil bermain perkusi bikin rambut putihnya lebih mirip gimmick seleb ketimbang menggambarkan usia. Ia memukul dan berdendang seraya memasukan bumbu ke dalam kuali.
Usai selesai meracik nasi goreng, selalu ada saja pembeli yang baru datang untuk memesan lagi dan lagi. Saya anteng menunggu hingga pelanggan selesai dilayani. Baru setelah tak ada pembeli, Pak Goyang mempersilakan saya untuk ngobrol mengenai aksi uniknya ini.
Sambil menunjuk instrumen musik itu Pak Goyang menjelaskan satu per satu rangkaian instrumen yang dibuatnya sendiri.
“Ini mirip drum, ada tiga piringan dengan nada yang berbeda. Penopang tiga piringan tersebut terbuat dari pipa air plastik, alat pendukung lainnya yaitu speaker dan mikrofon,” ujar Pak Goyang.
Ia dengan wajah semringah mencampur satu per satu bumbu nasi goreng dan sesekali memukul simbal drum yang terbuat dari rangkaian paralon plastik. Alih-alih bosan menanti, para pembeli menyaksikan dengan khidmat bagaimana Pak Goyang menggoyang-goyang kualinya. Chef Juna sih lewat. Siapa pun akan setuju, memasak sambil bermain musik jauh lebih keren dan menyenangkan ketimbang gimmick sok galak.
Di balik perkakas dapur, api yang menggapai-gapai ujung kompor dan uap penggorengan, Pak Goyang lebih mirip seorang DJ dan pelanggan-pelanggannya menunggu sambil mengangguk-angguk.
Warung Pak Goyang yang terletak di Jalan Mahmud Yunus, Kelurahan Anduring, berjarak sekitar 500 meter dari Kampus II Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang. Warung ini sudah berdiri sejak tahun 2005. Pak Goyang baru kepikiran main perkusi ini pada 2012 lalu.
“Tujuan awal menghadirkan musik dalam warung ini supaya para pembeli tidak jenuh saat menunggu pesanan. Selain itu, sembari menyalurkan hobinya dalam dunia musik,” ujar Pak Goyang. “Saya tidak bergoyang begitu saja, tetapi goyangan itu sangat terlihat ketika sedang ramai pembeli.”
Cara penyajian yang unik ini mendapat respon baik dari para pembeli. Ia masih ingat betul, salah seorang mahasiswa UIN Imam Bonjol yang pertama memberinya gelar Pak Goyang.
Melihat tingkahnya yang unik itu, saya iseng bertanya apa dia punya pengalaman menjadi musisi ketika muda. Ia menggeleng. Tetapi musik menjadi hal yang terpisahkan dari hidup Pak Goyang. Ia mengenang, di masa mudanya ia rutin mendengarkan musisi-musisi Minang yang sedang top seperti Marianis Band 1979 dan Lime Stone Band.
“Musik jadi kawan perintang sunyi saja. Tak pernah dijadikan hobi serius,” ujar Pak Goyang.
Pak Goyang juga berterima kasih kepada orang yang merekam dan membagikan videonya ke media sosial. Diakui Pak Goyang, secara tidak langsung hal tersebut menjadi marketing yang memberi keuntungan buat dirinya. Sejauh ini, omzet warungnya terus naik seiring kepopuleran aksi Pak Goyang.
“Alhamdulillah banyak yang suka. Dari yang awalnya penasaran, main ke sini terus balik lagi. Seperti adik ini kan, media dari Jakarta yang mau nulis warung ini. Itu juga kan secara tidak langsung mempromosikan warung saya. Saya senang sekali,” ujar Pak Goyang.
Gimmick Membawa Berkah
Benar kata orang, berdagang iitu ada seninya. Seperti yang dilakukan Pak Goyang dengan permainan drumnya itu. Pedagang dituntut untuk mampu menarik perhatian konsumen. Apalagi jika berjualan makanan di kaki lima yang sainganya banyak. Maka jangan heran kalau kita menemui pedagang yang melakukan promosi unik.
Belum lama ini, beredar video di TikTok aksi penjual telur gulung yang kurang lebih mirip dengan Pak Goyang: menjadikan musik sebagai alat menarik pelanggan. Dalam video tersebut, penjual itu terlihat memasak sambil menyanyikan lagu Anji berjudul Menunggu Kamu. Gerobak dagangannya dimodifikasi dengan sound serta microfon di atasnya. Aksinya ini ia unggah di akun TikTok pribadinya, @gus_khan_suga. Salah satu videonya bahkan ditonton lebih dari 11 juta kali.
Penjual telur gulung ini tentu saja bukan yang pertama. Sebelumnya, gimmick berjualan sambil pamer suara pernah dilakukan Muhammad Shahid Nazir, seorang pedagang di kios ikan yang ia jaga di Queen's Market, Upton Park, London di tahun 2012. Tercetusnya gimmick tersebut lantaran ia dituntut oleh bosnya untuk meningkatkan keuntungan kios. Dalam tekanan tersebut, ia kemudian putar otak. Ia kemudian menyanyikan lagu berjudul One Pound Fish guna menarik pelanggan. "Di hari pertama saya menyanyikannya pelan-pelan. Tapi kemudian makin lama makin keras," kata Shahid.
Seseorang yang melihat aksi Shadid tersebut kemudian merekam dan mengunggahnya ke YouTube. Video tersebut kemudian viral. Tak butuh waktu lama, perusahaan rekaman Warner tertarik merekam lagu milik Shahid tersebut.
"Ini seperti hadiah dari Tuhan untuk saya. Tiba-tiba saja ada di kepala dan saya langsung menyanyikannya," ujar Shahid.
Kehidupan Shahid membaik berubah setelah itu. Siapa sangka, bermula dari iseng, gimmick tersebut membawa rezeki buat dirinya. Gimmick yang dilakukan Shahid, penjual telur gulung atau Pak Goyang ini bikin kita senyum-senyum sendiri. Selain mengandalkan rasa makanan, perlu cara lain untuk bikin orang lain notice. Saya sih senang dengan hadirnya gimmick kreatif tersebut. Cuma satu gimmick yang saya malas yakni melayani pelangganan sambil marah-marah. Norak!