Bagaimana Kondisi Angkot di Kota Medan Hari Ini?

Penulis: Achmad Susanto
Editor: Hamim Septian
Bagaimana Kondisi Angkot di Kota Medan Hari Ini?

Highlight

  • Mengapa Penting:

Dalam beberapa tahun terakhir, angkot di Kota Medan mengalami penurunan omzet yang signifikan. Supir angkot melaporkan penurunan drastis dalam pendapatan harian. Sebelumnya, setoran bersih rata-rata harian berkisar antara Rp150.000 hingga Rp180.000. Namun, angka tersebut kini turun menjadi hanya Rp50.000 hingga Rp130.000. Penurunan ini membuat beberapa supir angkot terpaksa menjual kendaraan karena kesulitan bersaing dengan ojek daring yang menawarkan tarif yang seringkali lebih murah dan kenyamanan yang lebih baik.

  • Gambaran Besar:

Pemerintah Kota Medan mencoba merespons kebutuhan masyarakat akan transportasi yang lebih handal dengan menghadirkan Bus Tayo atau Trans Metro Deli. Bus ini menjangkau berbagai sisi kota dan telah menjadi favorit penumpang dengan harga tiket yang terjangkau dan ketepatan waktu yang baik. Sejak peluncurannya, Bus Tayo telah mengangkut lebih dari 80.000 penumpang dalam sebulan.

  • Sorotan:

  1. Apakah Angkot Masih Punya Masa Depan?
  2. Solusi Keberlanjutan Angkot
  • Perspektif Luas:

Dalam menghadapi dinamika transportasi yang terus berubah, mungkin saatnya bagi pemerintah dan pemangku kepentingan untuk mengembangkan strategi yang lebih komprehensif. Ini termasuk mempertimbangkan peran angkot dalam sistem transportasi yang lebih besar, meningkatkan regulasi ojek daring, dan mengoptimalkan penggunaan Bus Tayo.

  • Perspektif Mendalam:

Untuk tetap bersaing, angkot di Kota Medan harus menghadapi sejumlah tantangan. Diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan, memastikan keamanan penumpang, dan menyesuaikan diri dengan perubahan tren transportasi modern.

  • Kilas Balik:

Meskipun menghadapi persaingan yang semakin sengit, angkot di Kota Medan masih memiliki potensi untuk memainkan peran penting dalam sistem transportasi kota. Namun, untuk tetap relevan, mereka harus beradaptasi dan terus berupaya meningkatkan kualitas layanan.

 

Kekacauan angkot Medan memang tidak ada duanya. Saya kira, angkot bakal mati dan mengikuti sudako yang perlahan hilang di kota sejuta ketua ini. Tetapi beberapa angkot trayeknya seperti mati segan hidup tak mau. Salah satunya adalah angkot Rahayu 124, angkot yang opung saya miliki. Ketika saya bertanya soal setoran yang diterima, beliau berkata semakin bertambah tahun, setoran yang ia terima kian berkurang. Sebelum tahun 2017, setoran bersih yang ia terima setiap harinya berjumlah 150 hingga 180 ribu rupiah. Angka ini mulai menipis di tahun 2016. Setoran bersih yang ia terima hanya berkisar 50 hingga 130 ribu rupiah saja.

Baca Selengkapnya: Angkot Medan, Dibenci Tapi Masih Diperlukan

 

Kondisi Angkot di Kota Medan: Masa Lalu, Sekarang, dan Masa Depan

 

Persaingan yang Sengit

Kota Medan selalu dikenal dengan kekacauan lalu lintas, terutama yang melibatkan angkot. Suara klakson yang menggelegar dan persaingan sengit antar supir angkot adalah pemandangan sehari-hari di jalanan. Pertikaian fisik antar supir angkot kadang bahkan terjadi.

Tantangan utama yang dihadapi angkot adalah maraknya ojek daring. Ojek daring memberikan kenyamanan, ketepatan waktu, dan fleksibilitas dalam memesan transportasi. Namun, persaingan ini sering kali berujung pada konflik di jalan.

Penurunan Omzet Angkot di Kota Medan

Seiring berjalannya waktu, angkot mengalami penurunan omzet yang signifikan. Supir angkot melaporkan penurunan drastis dalam setoran harian mereka. Sebelum tahun 2017, setoran bersih rata-rata harian berkisar antara 150 hingga 180 ribu rupiah. Namun, angka tersebut turun menjadi hanya Rp50.000 hingga Rp130.000 dalam beberapa tahun terakhir.

Penurunan omzet ini membuat beberapa supir angkot terpaksa menjual kendaraan. Mereka kesulitan bersaing dengan ojek daring yang menawarkan tarif yang seringkali lebih murah dan kenyamanan yang lebih baik.

Potensi Angkot untuk Penumpang Terbatas

Dalam menghadapi persaingan dari ojek daring, angkot kemungkinan hanya akan menarik penumpang dengan anggaran terbatas. Anak-anak sekolah mungkin tetap menjadi penumpang setia angkot karena uang jajan yang terbatas. Namun, dengan semakin sedikitnya penumpang, beberapa trayek angkot mulai menghilang dari jalanan, seperti Rahayu 124, Rahayu 01, KPUM 05, KPUM 04, KPUM 59, dan KPUM 42.

Keberlanjutan Angkot di Kota Medan

Meskipun menghadapi tantangan besar, angkot di Medan masih berjuang untuk mempertahankan eksistensinya. Sejumlah angkot tetap beroperasi dan menjadi pilihan transportasi utama bagi masyarakat yang ingin menggapai setiap sudut kota.

Solusi Alternatif

Pemerintah merespons kebutuhan masyarakat akan transportasi yang lebih handal dengan menghadirkan Bus Tayo atau Trans Metro Deli. Bus ini menjangkau berbagai sisi kota dan telah menjadi favorit penumpang dengan harga tiket yang terjangkau dan ketepatan waktu yang baik. Sejak peluncurannya, Bus Tayo telah mengangkut lebih dari 80.000 penumpang dalam sebulan.

Apakah Angkot di Kota Medan Masih Punya Masa Depan?

Dalam pertarungan ketat antara angkot, ojek daring, dan Bus Tayo, pertanyaan besar adalah apakah angkot masih punya tempat di masa depan transportasi kota Medan. Angkot masih memiliki keunggulan dalam menjangkau sudut-sudut kota yang sulit diakses oleh moda transportasi lainnya. Ini membuatnya tetap relevan bagi sebagian masyarakat dengan anggaran terbatas.

Namun, untuk tetap bersaing, angkot harus menghadapi beberapa tantangan. Diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan, memastikan keamanan penumpang, dan menyesuaikan diri dengan perubahan tren transportasi modern.

Integrasi Solusi

Mungkin saatnya bagi pemerintah dan pemangku kepentingan untuk mengembangkan strategi yang lebih komprehensif dalam mengatasi masalah transportasi kota. Ini termasuk mempertimbangkan peran angkot dalam sistem transportasi yang lebih besar, meningkatkan regulasi ojek daring, dan mengoptimalkan penggunaan Bus Tayo.